Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Gambaran Dermatoglifi Tangan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Martapura Kalimantan Selatan Panghiyangani, Roselina; Husein, Achyar Nawi; Nazar, Hasrul
Jurnal Kedokteran Indonesia Vol 1, No 2 (2009)
Publisher : Jurnal Kedokteran Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (30.522 KB)

Abstract

Background: Hand dermatogliphic is a pattern of skin ridges in hand radius and palm. Skizophrenia is apsychosis with disturbance in personality, distorted thought, and perception disturbance. However,cognitive and intellectual capacity are usually not disturbed. This study aimed to describe handdermatogliphic profile of skizophrenic patients and compare it with non-skizofrenia persons.Methods: An analytic study was conducted at Sambang Lihum Mental Hospital Martapura, SouthKalimantan. 32 skizophrenic patients were taken as study subjects, and 32 persons without skizophreniaas control. The data was analyed using chi square test for finger ridge pattern and independent t testfor total finger ridge count and fluctuating asymmetry.Results: There was statistically significant difference in finger ridge pattern (p<0.05) . There was nostatistically significant difference in total fingger ridge count (p>0.05) and in fluctuating asymmetry(p>0.05).Conclusion: There is statistically significant difference in finger ridge pattern between skizophrenicpatients and non-skizophrenic persons.Keywords: skizofrenia, finger ridge pattern, total finger ridge count, fluctuating asymmetry
Gambaran Distribusi Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Banjarmasin Dan Banjarbaru Tahun 2011 Mubarta, Al Furqonnata; Husein, Achyar Nawi; Arifin, Syamsul
Jurnal Berkala Kedokteran Vol 9, No 2 (2013): September 2013
Publisher : Pendidikan Dokter Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jbk.v9i2.950

Abstract

ABSTRACT: One of the causes mental disorders are sociodemographic factors that include: age, gender and population density. Banjarmasin and Banjarbaru city has a high population density, this affecting the distribution of mental disorders. this Research is to find the distribution of mental disorders in Banjarmasin and Banjarbaru. This research use a descriptive method using secondary data of mental disorders in 2011 that was in Banjarmasin and Banjarbaru Health Department. The result, found that the number of people with mental disorders in Banjarmasin: psychosis 33%; non psychosis 67%; highest age 31-40 years 31.07%, women 60.20%, men 39.80% and highest in Kecamatan Banjarmasin Selatan 23.25%. The number of people with mental disorders in Banjarbaru: psychosis, 72%, non psychosis 28%; highest age > 50 years 27.80%, women 60.76%, men 39.24% and highest in Banjarbaru Selatan 51.12%. From the above results, there are some differences in the distribution of mental disorders in Banjarmasin and Banjarbaru in 2011. Keywords: mental disorder, age, gender, population density.ABSTRAK: Salah satu penyebab gangguan jiwa adalah faktor sosiodemografi yang meliputi; usia, jenis kelamin dan kepadatan penduduk. Kota Banjarmasin dan Banjarbaru merupakan wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga mempengaruhi distribusi gangguan jiwa. Tujuan penelitian untuk mengetahui distribusi penderita gangguan jiwa di wilayah Banjarmasin dan Banjarbaru. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan data sekunder gangguan jiwa tahun 2011 yang berada di Dinas Kesehatan Banjarmasin dan Banjarbaru. Hasil dari penelitian didapat bahwa jumlah penderita gangguan jiwa di Banjarmasin: psikosis 33%; non psikosis 67%; usia terbanyak 31-40 tahun 31,07%; perempuan 60,20%; laki-laki 39,80% dan terbanyak pada Kecamatan Banjarmasin Selatan 23,25%. Jumlah penderita gangguan jiwa di Banjarbaru: psikosis 72%; non psikosis 28%; usia terbanyak >50 tahun 27,80%; perempuan 60,76%; laki-laki 39,24% dan terbanyak pada Kecamatan Banjarbaru Selatan 51,12%. Dari hasil di atas, terdapat beberapa perbedaan distribusi penderita gangguan jiwa di Banjarmasin dan Banjarbaru tahun 2011. Kata-kata kunci: gangguan jiwa, usia, jenis kelamin, kepadatan penduduk.
Hubungan Antara Perilaku Merokok Dan Kejadian Insomnia: Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Mushoffa, Muhammad Annahri; Husein, Achyar Nawi; Bakhriansyah, Mohammad
Jurnal Berkala Kedokteran Vol 9, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Pendidikan Dokter Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jbk.v9i1.921

Abstract

ABSTRACT: Cigarettes contain about 4000 toxic substances thataffecting health status and cigarettes consumption leads to some diseases such as cardiovascular and respiratory diseases, malignancy, mental and other disorders, including insomnia. This researchwas aimed to analyze the association between smoking behavior and insomnia on Medical Faculty student of LambungMangkurat University. It was an observational analytic studywith cross-sectional approach. The population was108 male students who met the inclusion criteria. Insomnia was assessed by Insomnia Rating Scale questionnaire. The result showed that 5 smoker students with insomnia (15.15%), 28 smokers students without insomnia (84.85%), 2 non-smoker students with insomnia (2.67%), and 73 non-smoker students without insomnia (97.33%). The data were analyzed by usingFisher’s statistic test with 95% confidence interval.Statistical analysis revealed that the p value 0.027. Hence, there was anassociation between smoking behavior and insomnia. It couldbe concluded that there wasan significant association betweensmoking behavior and insomnia on Medical Faculty student of LambungMangkurat University.Keywords: smoking behavior, insomnia, male, Medical Faculty student of LambungMangkurat University.ABSTRAK: Rokok memiliki sekitar 4000 zat beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Berbagai gangguan seperti penyakit kardiovaskular, pernapasan, keganasan, mental dan gangguan lainnya, termasuk insomnia dapat muncul sebagai akibat konsumsi rokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku merokok dan kejadian insomnia pada mahasiswa FK UNLAM. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah 108 mahasiswa laki-laki di FK UNLAM yang memenuhi kriteria inklusi. Kejadian insomnia ditentukan dengan menggunakan kuesioner Insomnia Rating Scale. Dari kuesioner didapatkan data mahasiswa perokok dengan insomnia 5 orang (15,15%), mahasiswa perokok tanpa insomnia 28 orang (84,85%), mahasiswa nonperokok dengan insomnia 2 orang (2,67%), dan mahasiswa nonperokok tanpa insomnia 73 orang (97,33%). Data kemudian dianalisis dengan uji statistik Fisher’s.Hasil  analisis data menggunakan uji Fisher’s dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan nilai p = 0,027. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan risiko terjadinya insomnia pada mahasiswa perokok FK UNLAM. Kata-kata kunci:perilaku merokok, insomnia, laki-laki, FK UNLAM 
Gambaran Kejadian Kecemasan Pada Ibu Penderita Retardasi Mental Sindromik Di Slb-C Banjarmasin: Tinjauan Terhadap Usia Anak, Paritas Dan Tingkat Pendidikan Ibu Norhidayah, Norhidayah; Wasilah, Siti; Husein, Achyar Nawi
Jurnal Berkala Kedokteran Vol 9, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Pendidikan Dokter Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jbk.v9i1.917

Abstract

ABSTRACT: Mental retardation is one of the things that can cause anxiety in a mother. There are several factors that influence the anxiety that age, education level, gender and socio-cultural. This research aims to determine the incidence of anxiety in mothers with mental retardation in terms of age, parity and maternal education level. This research uses observational methods. The Results have 59.26% of women who experience anxiety. Mothers who experience anxiety in terms of the childs age was 22.22% in children aged ≤ 12 years and 37.04% at age >12 years. Mothers who experience anxiety in terms of parity was 33.33% of the mothers in the low parity and 25.93% in high parity. Mothers who experience anxiety in terms of education level shows 40.74% at low levels of education, and 18.52% higher educational level. The conclusion of this research is mostly mothers with mental retardation children experience anxiety at  age >12 years, low parity and low education levels. Keywords: anxiety, syndromic mental retardation. ABSTRAK: Retardasi mental merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan kecemasan pada seorang ibu. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan yaitu usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan sosial budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian kecemasan pada ibu penderita retardasi mental ditinjau dari usia anak, paritas dan tingkat pendidikan ibu. Penelitian ini menggunakan metode observasional.. Hasil penelitian menunjukkan 59,26% ibu  penderita retardasi mental mengalami kecemasan. Ibu yang mengalami kecemasan ditinjau dari usia anak adalah 22,22% pada usia anak ≤12 tahun dan 37,04% pada usia anak >12 tahun. Ibu yang mengalami kecemasan ditinjau dari paritas adalah 33,33% ibu pada paritas rendah dan 25,93% paritas tinggi. Ibu yang mengalami kecemasan ditinjau dari tingkat pendidikan menunjukkan 40,74% pada tingkat pendidikan rendah dan 18,52% tingkat pendidikan tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar ibu penderita retardasi mental mengalami kecemasan pada usia anak >12 tahun, paritas rendah dan tingkat pendidikan rendah. Kata-kata kunci :kecemasan, retardasi mental sindromik
Hubungan Antara Status Keakraban Orang Tua-Anak Dan Kecenderungan Antisosial: Pada Pelajar SMK YPK Kota Banjarbaru Avicenna, Annisa; Husein, Achyar Nawi; Bakhriansyah, Mohammad
Jurnal Berkala Kedokteran Vol 9, No 2 (2013): September 2013
Publisher : Pendidikan Dokter Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jbk.v9i2.942

Abstract

ABSTRACT: Juvenile delinquency is a form of antisocial behavior. Teenagers who have no proximity with their parents tend to have antisocial behaviors compared to them who have it with their parents. This study aimed to determine the relationship between the status of the parents-child proximity and the antisocial tendency on students at YPK Senior High School Banjarbaru. This was a descriptive analytical study with cross sectional approach. Samples involved in this study were 48 students and were selected by purposive sampling technique. Status of the parents-child proximity and the antisocial tendency were determined by using ‘Instrumen Keakraban Remaja-Orang tua (IKRO)’ and The Manson Evaluation Test, respectively. The samples consisted of 16 students had no proximity with their parents and 32 students who had it. The data showed that students who had no proximity with parents having antisocial tendency were 16 (33%) and none of students with no antisocial tendency (0%), whereas, students who had proximity with parents having antisocial tendency were 24 (50%) and those with no antisocial tendency were 8 (17%). Statistical analysis using Fisher test at 95% confidence level showed a significant relationship between proximity status of parents-child and the antisocial tendency on students at SMK YPK Banjarbaru (p=0,039). Keywords:  proximity of parents-child, antisocial behavior, YPK Senior High School                    Banjarbaru. ABSTRAK: Kenakalan remaja merupakan salah satu bentuk perilaku antisosial. Remaja yang tidak memiliki keakraban dengan orang tua cenderung memiliki perilaku antisosial dibandingkan dengan remaja yang memiliki keakraban dengan orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status keakraban orang tua-anak dan kecenderungan antisosial pada pelajar SMK YPK Kota Banjarbaru. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional dengan sampel penelitian sebanyak 48 orang dan dipilih secara purposive sampling. Status keakraban orang tua-anak dan kecenderungan antisosial ditentukan dengan menggunakan masing-masing kuesioner yaitu Instrumen Keakraban Remaja-Orang tua (IKRO) dan The Manson Evaluation Test. Sampel terdiri atas, 16 orang pelajar yang tidak memiliki keakraban dengan orang tua dan yang memiliki keakraban dengan orang tua berjumlah 32 orang. Hasil pengumpulan data tersebut menunjukkan bahwa pelajar SMK YPK yang tidak memiliki keakraban dengan orang tua memiliki kecenderungan antisosial sebanyak 16 orang (33%), sementara tidak ada pelajar yang tidak memiliki kecenderungan antisosial (0%). Selain itu, pelajar SMK YPK yang memiliki keakraban dengan orang tua memiliki kecenderungan antisosial sebanyak 24 orang (50%) dan tidak memiliki kecenderungan antisosial sebanyak 8 orang (17%). Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Fisher pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara status keakraban orang tua-anak dan kecenderungan antisosial pada pelajar SMK YPK Kota Banjarbaru (p=0,039). Kata kunci: keakraban orang tua-anak, perilaku antisosial, SMK YPK Banjarbaru
Hubungan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Unlam Banjarmasin: Kajian pada Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) Angkatan 2010-2012 Kusumawarddhani, Dyah Ayu; Husein, Achyar Nawi; Bakhriansyah, Mohammad
Jurnal Berkala Kedokteran Vol 10, No 1 (2014): Februari 2014
Publisher : Pendidikan Dokter Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jbk.v10i1.933

Abstract

ABSTRACT: Pre Menstrual Syndrome (PMS) is a set of physical, psychological and emotional symptoms within, 7-10 days prior to menstruation. Some epidemiological studies showed that PMS are common in women of reproductive women, including university student. A variety of symptoms such as anxiety, fatigue, concentrating difficulty, lack of energy, headaches, abdominal pain, and other symptoms, including insomnia can be found in women who suffered from PMS. This research was aimed to analyze the association between PMS and insomnia within school of medicine students. It was an observational analytic study with cross - sectional approach. The population was 58 female students who met the inclusion criteria. Insomnia was assessed by Insomnia Rating Scale questionnaire. The result showed that 7 students with PMS having insomnia (29.16 %), 17 students with PMS having no insomnia (70.84 %), 5 students without PMS having insomnia (14.70 %), and 29 students with no PMS having no insomnia (85.30 %). The data were analyzed statistically by using chi-square test with 95% confidence interval. The p value was 0.184. It could be concluded that there is no significant association between PMS and insomnia in School of Medicine students of Lambung Mangkurat University. Key words : PMS, insomnia, students, School of Medicine ABSTRAK: Pre Menstrual Syndrome (PMS) merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang biasanya terjadi 7-10 hari sebelum menstruasi. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa gejala PMS banyak ditemukan pada wanita usia reproduksi, termasuk salah satunya adalah mahasiswi. Berbagai gejala seperti cemas, lelah, susah konsentrasi, hilang energi, sakit kepala, sakit perut, dan gejala lainnya, termasuk insomnia dapat ditemui pada wanita yang mengalami PMS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kejadian PMS dengan kejadian insomnia pada mahasiswi PSPD FK UNLAM. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah 58 mahasiswi PSPD FK UNLAM yang memenuhi kriteria inklusi. Kejadian insomnia ditentukan dengan menggunakan kuesioner Insomnia Rating Scale. Dari kuesioner didapatkan data mahasiswi PMS dengan insomnia sebanyak 7 orang (29,16%), mahasiswa PMS tanpa insomnia sebanyak 17 orang (70,84%), mahasiswa non PMS dengan insomnia sebanyak 5 orang (14,70%), dan mahasiswa non PMS tanpa insomnia sebanyak 29 orang (85,30%). Hasil  analisis statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan nilai p = 0,184. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian PMS dengan kejadian insomnia pada mahasiswi penderita PMS PSPD FK UNLAM. Kata kunci: PMS, insomnia, mahasiswi, PSPD FK UNLAM
Gambaran Kejadian Insomnia pada Wanita Menopause di Kelurahan Teluk Dalam Tahun 2013: Kajian Berdasarkan Usia Responden dan Lama Menopause Wijayanti, Devita; Husein, Achyar Nawi; Arifin, Syamsul
Berkala Kedokteran Vol 10, No 2 (2014): September 2014
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jbk.v10i12.966

Abstract

ABSTRACT: Insomnia is a sleep disorder which manifest as difficulty to start sleep, difficulty to maintain sleep or wake up with feeling of dissatisfied sleep. Women showed the higher prevalence of insomnia than men due to the occurrence of menopause is associated with declining of estrogen levels in postmenopausal women. The aim of this study was to describe the incidence of insomnia in menopausal women based on menopausal age and menopausal periode in Teluk Dalam Area in Banjarmasin 2013 . The research method was descriptive with  cross - sectional approach . The number of samples according to Fraenkel and Wallen were 100 people with cluster random sampling technique. The results between menopausal women showed 60 % had insomnia and 40 % did not have insomnia . Based on the menopausal age, the incidence of insomnia in menopausal women aged 45-46 years old were 6.7 % , 47-48 years old were 8.3 % , 49-50 years old were 13.3 % , 51-52 years old were 8.3 % , 53-54 years old were 15 % and the most common age were 55 years as 48.4%. Based on the menopausal periode, 58.3%  women who experienced insomnia were less than five years and 41.7% were more than five years. It can be concluded that the most common age of woman who experienced insomnia was 55 years old and the most common menopausal periode of woman who experienced insomnia was less than 5 years.Key words: menopause, insomnia, usia, periode menopause. ABSTRAK: Insomnia merupakan gangguan tidur yang dapat berupa kesulitan untuk memulai tidur, kesulitan mempertahankan tidur atau bangun pagi dengan perasaan tidak puas tidur. Wanita menunjukkan prevalensi insomnia lebih sering dibanding pria disebabkan terjadinya menopause yang berhubungan dengan menurunnya kadar estrogen pada wanita menopause. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kejadian insomnia pada wanita menopause berdasarkan usia menopause dan lama menopause di Kelurahan Teluk Dalam Banjarmasin Tahun 2013. Metode penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel menurut Fraenkel dan Wallen sebanyak 100 orang dengan teknik pengambilan sampel cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukkan 60% mengalami insomnia dan 40% tidak mengalami insomnia. Berdasarkan usia menopause yang dialami, kejadian insomnia pada wanita menopause usia 45-46 tahun sebanyak 6,7%, usia 47-48 tahun sebanyak 8,3%, usia 49-50 tahun sebanyak 13,3%, usia 51-52 tahun sebanyak 8,3%, usia 53-54 tahun sebanyak 15% dan paling banyak terjadi pada usia 55 tahun sebanyak 48,4%. Jumlah responden yang mengalami insomnia berdasarkan lama menopause, maka pada wanita yang mengalami menopause kurang dari lima tahun sebanyak 58,3% dan pada wanita menopause lebih dari lima tahun sebanyak 41,7%. Kesimpulan penelitian ini yaitu jumlah wanita menopause yang paling banyak mengalami insomnia adalah pada usia 55 tahun dan pada wanita yang mengalami menopause  kurang dari 5 tahun. Kata-kata kunci: menopause, insomnia, age, menopausal periode
Hubungan Merokok dengan Kecenderungan Demensia pada Laki Laki Lanjut Usia di Kecamatan Banjarmasin Barat Periode Juni-September 2013 Fernanda, Ferina; Husein, Achyar Nawi; Bakhriansyah, Mohammad
Berkala Kedokteran Vol 10, No 2 (2014): September 2014
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jbk.v10i12.954

Abstract

ABSTRACT: A cigarette contains about 4000 elements and with more than 200 of them are harmful. Smoking behaviour is a risk factor for declining in cognitive function, such as dementia. Dementia is defined as a clinical symptoms characterised by short-term memory loss and impaired of global mental functions including language function, the decrease in abstract thinking, the difficulty of taking care of themselves, behavioural changes, emotional labile and disorientation of time and places. Dementia is mostly experienced by the elderly, in particular those of aged by over 60 years old. This research aimed to find out the relationship between smoking behaviour and the tendency of dementia in elderly men at Kecamatan Banjamasin Barat over the period June-September 2013. It was an observational analytic study with cross-sectional approach involving 150 elderly men. Respondents were selected randomly by using simple random sampling method. The tendency of dementia was determined by Mini Mental State Examination (MMSE) questionnaire. The results showed that 53 (61.63%) of 86 smoking elderly had a tendency of dementia, and 30 (46.88%) of 64 non-smoking elderly also had it. The statistical analysis using Chi-Square test showed that the p value was 0.073 and the odd ratio was 1.82. It could be concluded that there is no significant relationship between smoking behaviour and the tendency of dementia in elderly men at Kecamatan Banjarmasin Barat June-September 2013.Keywords : dementia, men, elderly, smoking ABSTRAK: Rokok mengandung sekitar 4000 elemen dengan 200 di antaranya yang berbahaya bagi kesehatan. Merokok juga merupakan faktor risiko terhadap penurunan fungsi kognitif, seperti demensia. Demensia adalah kumpulan gejala klinik yang ditandai dengan hilangnya daya ingat jangka pendek dan gangguan global fungsi mental termasuk fungsi bahasa, penurunan cara berpikir abstrak, kesulitan merawat diri sendiri, perubahan perilaku, emosi labil dan disorientasi waktu dan tempat. Demensia sering dialami kaum lansia, khususnya yang berusia di atas 60 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui hubungan merokok dengan kecenderungan demensia pada laki-laki lanjut usia di Kecamatan Banjarmasin Barat periode Juni-September 2013. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Pemilihan responden penelitian dilakukan dengan cara simple random sampling. Sampel penelitian adalah 150 laki-laki lanjut usia. Kecenderungan demensia ditentukan dengan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE). Hasil penelitian menunjukkan dari 86 lansia perokok yang mengalami kecenderungan demensia adalah 53 orang (61,63%), serta dari 64 lansia bukan perokok yang mengalami kecenderungan demensia adalah 30 orang (46,88%). Data kemudian dianalisis dengan uji statistik Chi-Square. Hasil  analisis data dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan nilai p=0,073 dan nilai Odd Ratio (OR)= 1,82. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan merokok dengan kecenderungan demensia pada laki-laki lanjut usia di Kecamatan Banjarmasin Barat periode Juni-September 2013.                                                  Kata-kata kunci: demnsia, laki-laki, lansia, merokok