Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Perlakuan Jenis Minyak Berbeda Sebagai Bahan Enkapsulasi Hidrolisat Ikan Gabus (Channa striata) Syukri Syukri; Gatot Siswo Hutomo; Samliok Ndobe
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 17, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v17i2.845

Abstract

Salah satu sumber albumin adalah ikan gabus (Channa striata). Albumin dapat mengalami kerusakan yang diakibatkan proses oksidasi selama penyimpanan. Enkapsulasi dapat menjadi salah satu teknologi yang dapat mempertahankan mutu albumin dari kerusakan oksidatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas ekstrak hidrolisat ikan gabus (C. striata) yang dienkapsilasi dengan minyak berbeda (VCO, zaitun, kemiri, atau wijen) dengan lama penyimpanan 8 minggu. Penelitian terdiri atas beberapa tahap yang meliputi ekstraksi hidrolisat ikan gabus, proses enkapsulasi (maltodekstrin + minyak sesuai perlakuan), dan dilakukan perlakuan penyimpanan 0, 2, 4, 6, dan 8 minggu pada suhu kamar (± 25°C). Parameter yang diamati adalah kadar albumin, kapasitas antioksidan, asam lemak bebas, kadar air, dan kadar abu. Hasil pengujian memperlihatkan perlakuan jenis minyak bahan enkapsulasi berpengaruh terhadap kadar albumin, sedangkan waktu penyimpanan tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar albumin. Selain itu, perlakuan perbedaan jenis minyak bahan enkapsulasi dan waktu penyimpanan memberikan pengaruh terhadap kapasitas antioksidan, asam lemak bebas, kadar air, dan kadar abu ekstrak hidrolisat ikan gabus. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa minyak kemiri merupakan bahan enkapsulasi terbaik, diiikuti oleh minyak wijen, minyak zaitun, dan VCO. Ekstrak hidrolisat ikan gabus yang dienkapsulasi dengan minyak kemiri hanya mengalami penurunan 0,79% setelah disimpan selama 8 minggu, lebih rendah dari perlakuan dengan minyak wijen (1,02%), minyak zaitun (1,35%), dan VCO (1,72%). AbstractSnakehead fish (Channa striata) has been known as a source of albumin. Albumin is susceptible to oxidation, so that it can be degraded during storage. The encapsulation method is one of technologies to maintain the quality of albumin. This study aimed to determine the hydrolyzed property of snakehead fish (C. striata) encapsulated with olive oil, virgin coconut oil (VCO), candlenut oil, or sesame oil during storage. The stages of research included the manufacture of snakehead fish hydrolysate, encapsulation with a combination of a treatment oil and maltodextrin, and storage time (0, 2, 4, 6, and 8 weeks) at room temperature (± 25°C). The parameters observed were albumin content, antioxidant capacity, free fatty acid, water content, and ash content. The results showed that the type of oil as an encapsulating material affected albumin levels, while storage time did not affect changes in albumin levels. In addition, treating different types of encapsulated oil and storage time affects the antioxidant capacity, free fatty acid content, water content, and ash content of snakehead fish hydrolysate. From the present study, it can be concluded that candlenut oil was the best encapsulation material, followed by sesame oil, olive oil, and VCO. The hydrolyzed snakehead fish extract, encapsulated with candlenut oil, only decreased by 0.79% after being stored for eight weeks, lower than treatment with sesame oil (1.02%), olive oil (1.35%), and VCO (1.72%). 
KARAKTERISTIK KIMIA ROTI PREBIOTIK DARI BERBAGAI PATI SAGU HASIL MODIFIKASI Abdul Rahim; Gatot Siswo Hutomo; Made Tangkas; Rosmianti; Putri Andini; Andri; Chitra Anggriani Salingkat
Jurnal Pengolahan Pangan Vol 7 No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Alkhairaat Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/pangan.v7i2.83

Abstract

The purpose of this research is the chemical characteristics of prebiotic bread from various modified sago starch, namely acetylated sago starch (ASS), butyrylated sago starch (BSS), phosphorylated sago starch (PSS). Preparation of prebiotic bread was done by using a ratio of wheat flour (WF) with a single modified sago starch consisting of 360 WF:0; 180 WF: 180 ASS; 180 WF: 180 BSS and 180 WF: 180 PSS with 4 replicates. Research parameters include water, ash, fat, protein, fiber and carbohydrate content. The results showed that the best prebiotic bread was obtained at 180 WF:180 ASS with 28.33% water, 0.79% ash, 3.58% fat, 6.85% protein, 0.096% fiber and 58.98% carbohydrates. Modified sago starch has been potential as an alternative raw material for the manufacture of prebiotic bread.
A KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA, FUNGSIONAL DAN SENSORIS MIE PREBIOTIK DARI PATI SAGU (Metroxylon sp.) HASIL MODIFIKASI GANDA Siti Maemunah; Gatot Siswo Hutomo; Amalia Noviyanty; Abdul Rahim
Jurnal Pengolahan Pangan Vol 7 No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Alkhairaat Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/pangan.v7i2.84

Abstract

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menentukan dan mengetahui pengaruh modifikasi ganda dari pati sagu asetat butirat, pati sagu asetat fosfat, dan pati sagu butirat fosfat pada karakteristik fisikokimia, fungsional, dan sensoris mie prebiotik yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan 4 taraf parameter yang dilakukan yaitu 360TT : 0, 180TT : 180PSAF, 180TT : 180PSAB, dan 180TT : 180PSBF. Parameter penelitian meliputi rendemen, daya serap air (WHC), daya serap minyak (OHC), daya mengembang dan kelarutan, kadar air, kadar serat, waktu pemasakan (cooking time), kehilangan padatan akibat pemasakan (cooking loss), dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukan bahwa mie prebiotik pada parameter WHC, OHC, Kadar Air, Kadar Serat, Pangan, Daya Mengembang Dan Kelarutan, Cooking Time, dan Cooking Loss, memberikan pengaruh yang nyata. Sedangakan pada parameter rendemen dan uji organoleptik tidak memberikan pengaruh nyata pada berbagai macam rasio. Sehingga dapat diketahui bahwa penambahan tepung modifikasi pati sagu asetat fosfat, asetat butirat, dan butirat fosfat mempengaruhi struktur mie yang dihasilkan.