Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

APPROPRIATE TECHNOLOGY FOR COMMUNITY; RECYCLING OF PLASTIC TRASH IN PONOROGO Fajri Anugroho; Musthofa Lutfi; Wahyunanto Agung Nugroho
Journal of Innovation and Applied Technology Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1180.333 KB) | DOI: 10.21776/ub.jiat.003.02.6

Abstract

UMKM SAE merupakan usaha kecil yang menjalankan kegiatan pengolahan limbah sampah plastik, berlokasi di Desa Polorejo, Kecamatan Babadan, Kota Ponorogo. Sebagai usaha penggilingan/pencacahan limbah sampah plastik, pengelola UMKM Sae mempunyai keinginan untuk meningkatkan harga jual limbah plastic. Dalam rangka mendukung keinginan yang positif tersebut, kegiatan ini dilakukan dengan tujuan adalah: 1). Mengatasi  limbah sampah perkotaan melalui proses daur ulang sehingga menjadi produk yang “lebih bermanfaat”. 2). Meningkatkan harga limbah sampah plastic melalui pembuatan produk menjadi plastik cetakan. 3). Usaha padat karya yang akan melibatkan banyak masyarakat sebagai pemilah, pencacah dan pencetak dengan tujuan meningkatkan ekonomi keluarga dan membuka lapangan pekerjaan. Target khusus yang dicapai dari aspek teknis adalah: 1.) Pengenalan  teknologi proses dan perlengkapan peralatan pengelolaan limbah sampah plastik yang bermanfaat untuk diversifikasi usaha melalui rancang bangun mesin pengering. 2.) Diversifikasi usaha tersebut diharapkan meningkatkan pendapatan 25%-35% pada usaha pengelolaan limbah sampah plastik UMKM Sae. Target khusus yang ingin di capai dari aspek manajemen usaha adalah 1.) Memperluas jaringan pemasaran dari produk plastik jadi dengan persyaratan produk yang bermutu dan marketable. 2.) Terjalinannya kerja sama dan penggalangan komitmen bersama sehingga semakin mempermudah pembinaan yang  berkelanjutan pada usaha ini. Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah metode partisipatif yang mencakup: rancang-bangun alat, penyuluhan dan diklat, demonstrasi pemakaian alat serta kegiatan pendampingan. Evaluasi dilakukan secara berkala sejak dilakukannya kegiatan rancang bangun mesin/alat, penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, demonstrasi pemakaian alat, sampai dengan berakhirnya program (pada kegiatan pendampingan). Ditempuh empat tahap pelaksanaan kegiatan, yaitu: 1). Pembinaan manajemen dan administrasi sumber daya. 2). Pengenalan teknologi proses dan perlengkapan peralatan pengelolaan dan pengolahan limbah sampah plastik. 3). Pengembangan dan kerja  sama sehingga keberlanjutan usaha tetap terjaga.
UJI KINERJA TUNGKU BIOMASSA MENGGUNAKAN BLOWER BERDASARKAN VARIASI TEGANGAN DAN JENIS BAHAN BAKAR Wahyunanto Agung Nugroho; Musthofa Lutfi; Indra Braga Adi Nuriawan
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 4, No 3 (2016)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.273 KB)

Abstract

Penggunaan tungku hemat energi akan berdampak positif terhadap penurunan tingkat konsumsi kayu bakar. Tungku harus memperhatikan beberapa aspek, antara lain sifat fisik bahan bakar yang dipergunakan dalam tungku tersebut, suhu pembakaran yang dilakukan dalam tungku, dan waktu pembakaran. Selain itu, besarnya efisiensi pembakaran juga merupakan salah satu hal yang paling penting, karena efisiensi pembakaran yang rendah dapat berakibat pada energi pembakaran. Dimana semakin rendah efisiensi pembakaran, maka energi pembakaran yang hilang akan semakin besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa sistem termal pada tungku biomassa, yang terdiri dari kehilangan panas pada tungku biomassa, efisiensi tungku biomassa, efisiensi pembakaran. Penelitian menggunakan perlakuan sistem tegangan tiga level dan tiga jenis bahan bakar, untuk rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dengan 2 faktor, dimana faktor 1 adalah jenis bahan bakar, A (sekam padi), B (arang), C (kayu pinus). faktor 2 adalah beda tegangan D (12V), E (9V) dan, F (7,5), Sehingga pada penelitian ini terdapat 9 model perlakuan dimana tiap perlakuan dilakukan 3 kali ulangan sehingga terdapat 27 kali pengamatan dengan 9 kali perlakuan dan 3 kali ulangan pada tiap-tiap perlakuan Adapun tungku tanpa blower digunakan sebagai kontrol. Parameter yang diukur antara lain: (1) suhu; (2) massa; (3) waktu; dan (4) kecepatan angin. Efisiensi tungku tertinggi rata-rata dari ketiga bahan bakar didapat dari bahan bakar arang dengan tegangan 9 volt yaitu 70.76℅. Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa nilai efisiensi tungku berbanding lurus dengan efisiensi pembakaran. Bahan bakar dan sistim tegangan yang dianjurkan dalam tungku mengunakan blower adalah bahan bakar arang dengan mengunakan tegangan 9Volt.
Rancang Bangun Alat Perajang Otomatis Ubi Kayu (Manihot Esculenta) sebagai Bahan Dasar Keripik Berbasis Mikrokontroler AT89S52 Wahyunanto Agung Nugroho; Mochamad Bagus Hermanto; Rohganga Bahwono; Joko Prasetyo
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.005 KB)

Abstract

Ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang sudah dikenal luas di Indonesia, karena mudah dalam penanaman dan perawatan, ubi kayu dapat tumbuh dengan baik di berbagai kondisi tanah. Usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik yang sudah berkembang masih banyak menggunakan tenaga manusia khususnya pada proses perajangan. Penggunaan tenaga manusia ini tentunya memiliki beberapa kekurangan diantaranya hasil ketebalan potongan tidak seragam, kapasitas kecil dan membutuhkan waktu yang lama. Permasalahan diatas memberi ide untuk merancang dan membuat alat pemotong ubi kayu dengan menggunakan mikrokontroler AT89S52 sebagai otomatisasi dan otak (processor) dari suatu alat. Dengan adanya alat pemotong otomatis dengan mikrokontroler AT89S52 ini diharapkan akan banyak membantu pemotongan bahan keripik secara efektif dan efisien.
Efektivitas Tipe Pengomposan (Konvensional, Aerasi, dan Rak Segitiga) terhadap sifat fisik dan kimia kompos dari sludge biogas dan Serbuk Gergaji Musthofa Lutfi; Wahyunanto Agung Nugroho; Ineke de Elda Ayumi
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 5, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.619 KB)

Abstract

Pengomposan merupakan proses biodegradasi bahan organik menjadi kompos. Penguraian kompos terjadi dalam keadaan aerob (dengan oksigen) dan anaerob (tanpa oksigen). Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme didalam bahan itu sendiri (kanwal, et al., 2011). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari berbagai tipe pengomposan terhadap sifat fisik dan kimia kompos yang berbahan baku sludge biogas.Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sludge biogas, serbuk gergaji, dan EM4. Terdapat tiga perlakuan pada metode penelitian ini, masing masing perlakuan adalah pengomposan pasif konvensional tanpa aerasi, pengomposan dengan tumpukan statis beraerasi, dan yang ketiga adalah pengomposan dengan rak segitiga. Masing-masng perlakuan akan diambil sampel sebanyak 3 kali sehingga total sampel yang akan dianalisa dan diamati hasil pengomposan sebanyak 9 sampel. Perlakuan pengomposan dengan tumpukan statis beraerasi dan pegomposan dengan rak segitiga memberikan hasil terbaik serta mempermudah pada saat monitoring tanpa harus melakukan pembalikan. C/N rasio dari masing-masing perlakuan adalah pengomposan konvensional 16,67:1, pengomposan statis beraerasi 15,33:1, serta pengomposan dengan rak segitiga 15:1.
Uji Kinerja Berbagai tipe Bajak Singkal dan Kecepatan Gerak Maju Traktor Tangan Terhadap hasil Olah pada Tanah Mediteran Effect of Various Moulboard Type and Operating Speed on Mediterranean Soil Physical Properties Hayyu Latiefuddin; Musthofa Lutfi; Wahyunanto Agung Nugroho
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 1, No 3 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.297 KB)

Abstract

Pengolahan tanah merupakan usaha manipulasi tanah dengan menggunakan tenaga mekanis untuk menciptakan kondisi tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Salah satu usaha dalam pengolahan tanah tersebut adalah pembajakan tanah. Bajak singkal sebagai salah satu alat pengolahan tanah dipandang sebagai peralatan mekanis yang dirancang terutama untuk menciptakan sistem mekanis yang dapat mengontrol pemakaian gaya, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan dalam tanah seperti penggemburan, pembalikan dan pemotongan serta pergerakan tanah. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perbedaan bentuk bajak dan kecepatan maju terhadap beberapa sifat fisik tanah dan mengetahuikualitas tipe bajak yang baik untuk tanah Mediteran. Hasil dari penelitian ini adalah mengacu pada perbedaan bentuk bajak dan kecepatan maju traktor pada pengolahan tanah yang mana mempengaruhi beberapa sifat fisik tanah diantaranya adalah kadar air tanah, berat isi tanah, massa jenis tanah,  porositas tanah dan distribusi agregat tanah. Kadar air tanah paling tinggi adalah pada pengolahan tanah dengan tipe bajak B3 dengan nilai 8.47 % dan yang paling rendah ditunjukkan oleh pengolahan tanah dengan tipe bajak B2 dengan nilai sebesar 7.25 %. Berat isi tanah (bulk density) paling tinggi ditunjukkan oleh pengolahan tanah dengan tipe bajak B3 dengan nilai sebesar 1.162 g/cm3 dan yang paling rendah ditunjukkan oleh pengolahan tanah dengan tipe bajak B2 dengan nilai sebesar 1.148 g/cm3. Massa jenis tanah (true density) hasil pengolahan tanah memiliki rata-rata nilai yang sama, yaitu sebesar 2,4 g/cm3. Porositas tanah paling tinggi ditunjukkan oleh pengolahan tanah dengan tipe bajak B1 dengan nilai sebesar 52.25 % dan yang paling rendah ditunjukkan oleh pengolahan tanah dengan tipe bajak B3 dengan nilai sebesar 51.45 %. Sedangkan pada distribusi ukuran agregat atau Mean Weight Diameter (MWD), diameter yang paling kecil diperoleh pada pengolahan tanah dengan tipe bajak B2 yaitu 25.28 mm, sedangkan yang paling besar adalah pada pengolahan tanah dengan tipe bajak B1 yaitu 38.68 mm. Diantara ketiga jenis bajak tersebut yang paling baik dan cocok digunakan untuk pengolahan lahan kering pada jenis tanah mediteran adalah jenis bajak singkal B2, yaitu bajak singkal implemen dari traktor Yanmar.Kata Kunci: Kecepatan Maju; Sifat Fisik Tanah; Bajak Singkal 
PENGARUH KONSENTRASI AKTIVATOR ARANG AKTIF DAN WAKTU KONTAK LIMBAH TERHADAP KANDUNGAN TDS DAN ZAT WARNA LIMBAH CAIR BATIK Ricana Rindu Indihani; Wahyunanto Agung Nugroho; Musthofa Lutfi
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 5, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.47 KB)

Abstract

Arang aktif merupakan padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon yang dihasilkan dari bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi ataupun dengan proses aktivasi. Daya serap arang aktif disebabkan adanya pori yang besar jumlahnya, sehingga menimbulkan gejala kapiler yang menyebabkan adanya daya serap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari konsentrasi penggunaan arang aktif limbah kulit siwalan dengan aktivator H2So4 dan lama kontak dengan limbah cair batik terhadap kadar nilai TDS, warna, dan pH limbah cair batik. Adsorpsi adalah proses saat solute yang berupa gas atau cairan tertarik ke permukaan (adsorben) dan membentuk adsorbat (molekular). Adsorben yang digunakan pada proses adsorpsi tersebut adalah arang aktif yang diaplikasikan pada limbah cair batik tulis UKM Amali CH Sidoarjo. Limbah cair batik tersebut mengandung polutan berupa logam berat, padatan tersuspensi, ataupun zat organik yang dapat meningkatkan kandungan BOD, COD, dan TDS sehingga menurunkan kualitas air. Hasil penelitian dengan optimasi menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2 fakrot yaitu konsentrasi aktivator H2So4 (5M dan 7M) dan waktu kontak dengan limbah (90, 120, 150, dan 180 menit). Hasil penelitian menunjukan pH limbah cair dengan konsentrasi H2So4 5M sebesar 3,7- 3,9 dan pH limbah cair dengan konsentrasi H2So4 7M sebesar 6,13-6,27. Nilai TDS menurun hingga 19,67 ppm dengan proses adsorpsi arang aktif 7M dan 42,67 ppm untuk arang aktif berkonsentrasi H2So4 5M. Zat warna yang diadsorpsi arang aktif konsentrasi H2So4 5M hingga 7,72 ppm dan 1,52 ppm yang diadsorpsi dengan arang aktif dengan konsentrasi H2So4 7M. Kapasitas maksimum yang mampu diserap arang aktif dapat menggunakan persamaan Langmuir dan Freundlich.
The Community's Dynamics Towards Clean Water Adequacy and Membrane Technology in Bojonegoro, Indonesia Setiyo Yuli Handono; Yusuf Wibisono; Wahyunanto Agung Nugroho; Chusnul Arif
HABITAT Vol. 34 No. 2 (2023): August
Publisher : Department of Social Economy, Faculty of Agriculture , University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.habitat.2023.034.2.20

Abstract

Fresh and clean water is an essential source of life. It can be supplied from the oceans, rivers, lakes, streams, and marshes. Nowadays, clean water availability has become a problem in several areas. Several problems usually occur, including the local ecosystem and air conditions, so they cannot be used properly. It is one area vulnerable to clean water availability. Meanwhile, UNESCO declares the community's right to clean water is 60 liters per person daily. This situation is the basis of research problems with the aim of (1) analyzing the problems and obstacles of the Nganti community towards water needs, (2) community responses to these problems and technology, and (3) the Nganti community strategies for now and future. The method used in this research was qualitative and descriptive. The key informants are the head of village, the head of the Clean Water Association, the head of Ngraho sub-district, the leader of community, and a survey of 40 Nganti-Ngraho residents. The data analysis used statistics descriptive and qualitative by using SMART method. The results show that the currently developed strategy was membrane technology, but the ultra-filtrated water was still turbid, requiring a more sophisticated membrane technology. The expected strategy is that local government institutions need to be directly involved to improve water quality.
Examining the robustness of selected microalgae to grow in landfill leachate Wahyunanto Agung Nugroho; Ummul Hasanah Hj Hassan
Advances in Food Science, Sustainable Agriculture and Agroindustrial Engineering (AFSSAAE) Vol 6, No 4 (2023)
Publisher : Advances in Food Science, Sustainable Agriculture and Agroindustrial Engineering (AFSSAAE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.afssaae.2023.006.04.7

Abstract

Microalgae is widely recognized as a leading candidate for future bio-oil production, serving dual purposes: biodiesel generation and bioremediation. Identifying a sustainable cultivation medium is essential, aiming to minimize production costs. Landfill leachate emerges as a prospective growth medium for microalgae. However, due to the diverse substances within landfill leachate that may impede microalgal growth, careful selection of robust species becomes crucial. This study examined the growth of four microalgae species—Chlamydomonas reindhartii, Chlorella vulgaris, Chlorella ovalis, and Nannochloropsis oculata—in landfill leachate. Prior to utilization, the landfill leachate underwent treatment to remove the total ammonium nitrogen (TAN). Cultivation spanned 30 days, during which various parameters, including ammonium removal, growth rate, and oil content, were monitored. Initially, all microalgae exhibited a decline in numbers, succeeded by a subsequent increase in concentration after several days. Results revealed Nannochloropsis oculata to have the highest growth rate, while Chlamydomonas reindhartii displayed the lowest. Generally, the oil content of all species at the end of cultivation was lower than that of their respective inocula. Chlorella vulgaris exhibited the highest oil content, followed by Chlamydomonas reindhartii, Chlorella ovalis, and Nannochloropsis oculata.
Frying kinetics and physical properties of air-fried french fries La Choviya Hawa; Syifa Rahadian Izzati; Rini Yulianingsih; Wahyunanto Agung Nugroho
Advances in Food Science, Sustainable Agriculture and Agroindustrial Engineering (AFSSAAE) Vol 7, No 2 (2024)
Publisher : Advances in Food Science, Sustainable Agriculture and Agroindustrial Engineering (AFSSAAE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.afssaae.2024.007.02.6

Abstract

French fries are processed products made of partially cooked frozen potatoes. The most essential step in making french fries is frying, aiming to produce soft and crunchy product. Using air fryers in the frying process offers the benefit of significantly reducing oil consumption, thereby making it a favorable option for producing lower-fat fried foods. The objectives of the present study were to analyze the physical and chemical characteristics of french fries on the use of oil and time variation in the air frying method and to determine the frying kinetics under the air fryer. Finding the best frying method was carried out using some attributes of Zeleny, such as the frying rate. Frying was controlled at a constant temperature of 180 °C with time variations of 10, 13, and 16 minutes, and variation in the amount of oil, i.e., 2 mL, 4 mL, and without oil. The results showed the physical characteristics of french fries that include moisture content (26.85 – 45.56%), color with indicators L* (64.44 – 68.66), a* (0.01 – 4.80), b* (21.32 – 35.54), color differences (4.57 – 10.60), hardness (120.83 – 559.8 g), springiness (1.15 – 2.82 mJ), chewiness (0.33 – 3.98 mm), gumminess (28.6 – 213.43 g), and cohesiveness (0.2 – 0.41). The variations in the amount of cooking oil in the air frying method significantly affect the redness parameters. The time variation in the air frying method significantly affects moisture content, hardness, gumminess, chewiness, and cohesiveness parameters. Lightness, yellowness, colour differences, and springiness parameters have no significant effect on the variation of oil and time. The chemical characteristic of french fries includes fat content (5.78 – 22.42 %). The air frying method without oil used for 13 minutes was considered as the best treatment for frying french fries.