Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

ISLAM DAN PERGESERAN PANDANGAN HIDUP ORANG TOLAKI Idaman, Idaman; Rusland, Rusland
Al-Ulum Vol 12, No 2 (2012): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.142 KB)

Abstract

Islam memberi pengaruh yang cukup signifikan dalam perubahan atau pergeseran pandangan hidup masyarakat Tolaki di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Pandangan hidup orang Tolaki dapat diketemukan dalam cerita rakyat yang hingga kini masih sering ditransimisikan ke generasi terbaru dalam masyarakat Tolaki. Analisis terhadap cerita rakyat Tolaki Langgai Moriana Ndotongano Wonua dan I Sandima terungkap sebuah fakta bahwa sejak masuknya Islam di daerah ini, pandangan hidup secara perlahan mengalami pergeseran baik pada tataran konseptual maupun faktual dalam kehidupan sehari-hari orang Tolaki. Dalam cerita rakyat Langgai Moriana Ndotongano Wonua, pengaruh Islam telah menggeser kepercayaan kepada para Sangia (dewa) kepada kepercayaan atas Ombu Allahtaala (Allah SWT). Hal ini turut pula mempengaruhi hampir keseluruhan aspek adat istiadat orang Tolaki, dalam bentuk perkawinan, relasi manusia dengan alam dan lingkungan sosialnya, serta kelas sosial. Demikian halnya, dalam cerita rakyat I Sandima, pergeseran pandangan hidup juga nampak pada peralihan kepercayaan dari animistik ke Islam dan relasi manusia Tolaki dengan alam. Sejak kedatangan di ‘Negeri para Sangia’ Islam telah menjadi bagian yang inheren dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Tolaki. ----------------------Islam has significantly influenced the change and way of life of the people of Tolaki in Kunawe, Southeast Sulawesi. The Tolaki’s way of life can be traced within folklore which stil transmitted from generation to generation. Analysis of the folklore, such as, Langgai Moriana Ndotongano Wonua dan I Sandima, revealed that since Islam came to this region, there has constantly been shifting within society, both in terms of concept and daily life of the Tolaki peoples. It is mentioned, for example, in the Langgai Moriana Ndotongano Wonua, that Islam has changed the belief of Sangia to Allah. Also, Islam influenced almost all traditions of Tolaki, marriage, human relation, environment, social relation and stratification. In other folklore, I sandima, the change also took place in the area from animism to Islam and relation between the Tolaki people and their nature. Since the coming of Islam in ‘Negeri para Sangia’, it is inherently coming into daily lives of Tolaki community.
AGAMA NELAYAN: ISLAM LOKAL DI TANAH MANDAR Idaman, Idaman
Jurnal Kawistara Vol 2, No 2 (2012)
Publisher : Sekolah Pascasarjana UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.853 KB)

Abstract

Persentuhan Islam dengan kebudayaan Mandar, dalam catatan Arifuddin Ismail, bermula ketika Islam masuk di wilayah tersebut pada awal abad XVII M atau abad X H, tepatnya 1610 M yang dibawa oleh saudagar Arab Muslim, Syaikh Abdurrahim Kamaluddin, bersama para mubalighdari Makassar. Sebelumnya, kehidupan tradisional suku bangsa Mandar masih dalam suasana hinduistik. Kehadiran Islam di tengah-tengah mereka membawa ajaran dan nilai baru. Pertemuan dua kebudayaan tersebut melahirkan akulturasi antara Islam dengan kebudayaan Mandar (tradisi lokal), yang kemudiaan membentuk suatu tatanan nilai tersendiri menjadi tradisi Islam lokal, seperti kebudayaan nelayan Pambusuang.
Relasi Kuasa-Pengetahuan dalam Sistem Ketatanegaraan di Kerajaan Konawe Abad Ke-XVII: Telaah Epistemologi Siwole Mbatohu Idaman, Idaman
Halu Oleo Law Review Vol 3, No 1 (2019): Halu Oleo Law Review: Volume 3 Issue 1
Publisher : Halu Oleo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.947 KB) | DOI: 10.33561/holrev.v3i1.6076

Abstract

Siwole Mbatohu adalah konseptual politik di kerajaan Konawe, terutama di era Mokole Tebawo (Sangia Inato). Pembagian beberapa daerah otonom dengan cara ketahanan politik dan ekonomi atas wilayah kerajaan Konawe. Wilayah Siwole Mbatohu adalah: Wilayah bagian barat kerajaan Konawe yang disebut Tambo i Tepuli, ano Oleo yang berkedudukan di Latoma dipimpin oleh Sabandara, wilayah bagian Timur kerajaan Konawe yang disebut tambo i Losoano Oleo berkedudukan di Ranomeeto yang dipimpin oleh Sapati, wilayah bagian Kanan (Utara) kerajaan Konawe yang disebut Bharata i Hanano Wuta Konawe yang berkedudukan di Tongauna dipimpin oleh Ponggawa, dan wilayah bagian kiri (Selatan) kerajaan Konawe yang disebut Bharata i Moerino Wuta Konawe berkedudukan di Asaki yang dipimpin Inowa.Beberapa manuskrip Siwole Mbatohu hanya berjuang untuk menganalisis pertahanan keamanan. Para penulis menyatakan bahwa pembagian wilayah oleh Mokole adalah pertahanan keamanan kerajaan Konawe, walaupun jika dikaji, terutama dari penggunaan hubungan kekuasaan (power/knowledge), terlihat jelas bahwa pembagian wilayah dilakukan dalam rangka mempertahankan kekuasaan. Itu adalah alasan historis, yaitu alasan historis, yaitu sebelum pembagian kerajaan Konawe, Inolobunggadue.Dalam penyelidikan epistemologi, terutama epistemologi politik, konsep Siwole Mbatohu telah diproduksi untuk mengabadikan status quo, memperkuat kekuasaan, dan mengendalikan kekuasaan di empat kerajaan kecil, yaitu sayap dan gerbang. Hubungan ini dibangun untuk melegitimasi kekuatan pusat kerajaan Konawe sebagai entitas silsilah yang terhubung dengan wilayah lain di Siwole Mbatohu. Penyebutan Mokole Tebawo, dan bahkan raja-raja Konawe pra-Islam sebagai sangia (dewa) menunjukkan bahwa mol adalah perwujudan dewa, simbol kekuatan, tempat peristirahatan yang paling otoritatif untuk semua komunitas di kerajaan Konawe.
Pembentukan Desa yang Berimplikasi Kerugian Negara di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara Jabaruddin, Jabaruddin; Handrawan, Handrawan; Idaman, Idaman
Halu Oleo Law Review Vol 5, No 1 (2021): Halu Oleo Law Review: Volume 5 Issue 1
Publisher : Halu Oleo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33561/holrev.v5i1.15115

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk pelanggaran dalam pembentukan desa di Kabupaten Konawe yang berimplikasi kerugian negara. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian hukum empiris dengan pendekatan undang-undang yang didukung oleh data. Berdasarkan hasil penelitian menujukan bahwa dalam pembentukan desa Uepai, desa Morehe dan desa Ulu Meraka yang berada di dua kecamatan tersebut tidak memenuhi syarat yang ditentukan oleh ketentuan Pasal 8 ayat (3) huruf b ke-7. Selain itu pembentukan ketiga desa tersebut tidak memenuhi syarat material dengan tidak adanya, wilayah dan masyarakat sehingga kedudukan desa tersebut adalah fiktif dan secara langsung telah merugikan keuangan negara sebesar Rp. 5.344.081.000. penelitian yang telah dilakukan diperoleh sebuah fakta hukum bahwa terjadi pembentukan desa tanpa melalui penetapan melalui peraturan daerah, seperti Desa Wiau Kecamatan Routa, Desa Arombu Utama dan Napoha Kecamatan Latoma yang secara de facto memiliki wilayah dan penduduk namun tidak memenuhi syarat pembentukannya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf b ke-7 Undang-Undang Nomor 6 Tahun. 2014 tentang Desa. Terhadap desa yang lain dibentuk yang tidak memenuhi syarat melalui Perda Nomor 11 Tahun 2017 dan pada tahun 2017 mendapatkan alokasi dana desa sampai tahun 2018, Desa Wiau Kecamatan Routa, Desa Arombu Utama dan Napoha Kecamatan Latoma pada tahun 2020 telah digabung lagi pada desa induk, Desa Wiau gabung dengan desa Parudonggka. Desa Arombu Utama bergabung ke Desa Latoma Jaya sedangkan desa Napoha bergabung dengan Desa Nesowi sebagai langkah administrasi untuk mencegah terjadinya kerugian negara yang semakin masif.
Navigating Tradition and Modernity: The Impact of Transnational Islam in Gorontalo, Indonesia Pomalingo, Samsi; Kamaruzzaman, Kartini; Idaman, Idaman; Tangahu, Wirna
Progresiva : Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam Vol. 13 No. 03 (2024): July-December
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/progresiva.v13i03.35868

Abstract

This research investigated the entry of Transnational Islam in Gorontalo, Indonesia, focusing on Tablighi Jamaat and Wahdah Islamiyah (Salafi). Addressing gaps in previous studies, this work explores why Gorontalo Muslims, despite early rejection, have embraced these movements. The study examines how transnational Islam responds to local cultural Gorontalo influences that affect the authenticity of Islamic teachings. Using a qualitative ethnographic approach, the research highlights key factors contributing to this acceptance, such as the emphasis on returning to the Quran and Sunnah, reinforcing aqidah (creed), tauhid (monotheism), and the importance of faith and good deeds. This study contributes to the growing body of literature on transnational Islam by offering new insights into its adaptation within local contexts, particularly in response to globalization. The findings are structured around key themes, such as doctrinal purity, dawah efforts, and the rejection of political agendas, which resonate with Gorontalo’s Muslim population across social classes. The theoretical frameworks of modernity and religious authority inform the analysis, illustrating how transnational movements negotiate global and local dynamics while maintaining a commitment to return to Islamic teachings under the guidance of the Al-Qur'an and the Sunnah of the Prophet.
BIMBINGAN TEKNIS PEMBUATAN PUPUK KOMPOS PADA MASYARAKATPERI-URBAN DI DESA ABEKO KECAMATAN RANOMEETO BARAT KABUPATEN KONAWE SELATAN Aku, Achmad Selamet; Wahyuni, Sri; Afa, Laode; Nalefo, La; Baka, Wa Kuasa; Tamrin, Tamrin; Iba, Wa; Ruslan, Ruslan; Idaman, Idaman
MAJU : Indonesian Journal of Community Empowerment Vol. 1 No. 6 (2024): MAJU : Indonesian Journal of Community Empowerment, November 2024
Publisher : Lembaga Pendidikan dan Penelitian Manggala Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62335/2xf70g89

Abstract

Thematic KKN activities carried out in Abeko Village, Ranomeeto Barat District, South Konawe Regency, focused on technical guidance on making compost for peri-urban communities. This program aims to improve community skills and knowledge in processing organic waste into environmentally friendly and economical compost. This activity is in line with efforts to support government programs in realizing sustainable agriculture and reducing dependence on chemical fertilizers that can damage the soil in the long term. The evaluation results showed that this training was able to improve the understanding and skills of participants, as evidenced by their success in making compost piles that met standards. In addition, participants were also able to identify organic materials available in the surrounding environment, such as plant residues and livestock manure, and understand how to maintain temperature and humidity during the fermentation process.