Chandra Indrawanto
Balai Penelitian Tanaman Palma

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Mekanisasi Pertanian dalam Perspektif Pengembangan Bahan Bakar Nabati di Indonesia PRASTOWO, BAMBANG; INDRAWANTO, CHANDRA; EEFENDI, DEDI SOLEH
Perspektif Vol 9, No 1 (2010): Juni 2010
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v9n1.2010.%p

Abstract

ABSTRAKPerubahan  lingkungan  strategis  yang  sangat  serius adalah adanya kenaikan harga dan permintaan pangan dan  energy  yang  semakin  cepat.  Oleh  karena  itu, terjadinya  kelangkaan  bahan  bakar  minyak (BBM) menjadi    kendala    serius    dalam    pengembangan mekanisasi pertanian ke depan. Pemanfaatan bahan bakar  nabati (BBN)  menjadi  salah  satu  alternatif penyelesaiannya. Ditinjau dari bentuknya, bahan bakar nabati  bisa  berbentuk  padat,  gas atau cair.  Seperti halnya BBM, bentuk cair dari BBN adalah  yang paling luas dan paling luwes penggunaannya. Lahan yang sesuai dan tersedia untuk tanaman penghasil BBN juga cukup luas, yaitu sekitar 22,4 juta ha, yang terdiri atas 7,1 juta ha untuk tanaman semusim dan 15,3 juta ha untuk tanaman tahunan. Potensi energi biomasa dari pertanian  di  Indonesia  sekitar 360,99  juta  GJ  yang berasal dari hasil pokoknya (biji,buah dll) dan sekitar 441,1  juta  GJ  dari  residu  biomasanya.  Teknologi mutakhir pemanfaatan biomasa adalah dengan cara mengubah biomasa menjadi cairan atau bahan bakar cair.   Teknologi   proses   semacam   ini   disebut  juga ”second generation biofuel”, atau proses ”biomass to liquid”. Oleh karena hasilnya dalam bentuk cair, maka penggunaannya  akan  lebih  luwes  dan  dapat  lebih mudah dimanfaatkan untuk alat-alat dan mesin-mesin pertanian. Biomasa juga dapat diubah menjadi biogas menggunakan  reaktor  digestasi  anaerob,  di  mana bakteri akan mendigestasi biomasa dan menghasilkan biogas. Biogas dapat dimanfaatkan     untuk pengoperasian  mesin-mesin  pengering  di  pedesaan. Oleh  karena  mekanisasi  pertanian  ke  depan  akan menghadapi kelangkaan energi fosil, maka penelitian dan    pengembangan    mekanisasi    yang    dapat memanfaatkan   bahan   bakar   nabati   dan   biomasa lainnya   hendaknya   mampu   mensinergikan   antar keduanya sehingga mampu dioperasionalisasikan di lapangan.Kata  kunci  :   Mekanisasi   pertanian,   bahan   bakar minyak,  bahan  bakar  nabati,  energi biomasa, energi fosil ABSTRACTPerspective Agriculture Mechanization in Relation to Bio fuel Development in IndonesiaThe price and demand of energy and food has been increase faster.  Potential shortage of fossil fuel became a   serious   problem   in   developing   agriculture mechanization. Therefore, bio fuel is an alternative way to solve the problem.  Bio energy can be produced in solid, gas or liquid form.  However, the liquid form is the most easy to be used.  Indonesia has around 22.4 million ha of land to grow up bio fuel crops. 7.1 million ha for seasonal crops and 15.3 million ha for annual crops.  Potential  of  energy  of  biomass  from agriculture is around 360.99 million GJ.  Biomass can be  converted  to  be  liquid  bio  fuel.    This  namely technology for second generation bio fuel or biomass to liquid process.  Biomass can also be bended to be biogas  by using anaerob digestation reactor.  Biogas can be used to operate drier machine in villages. To overcome fossil fuel scarcity problem in the future, agriculture   mechanization   development   should   be consider  bio  fuel  as  an  alternative  energy  source. Research of agriculture mechanization, then should be directed to the machines that can be operated using bio fuel and other biomas energy.Keywords: Agriculture mechanisation, bio fuel, fossil fuel, biomass energy, fossil energy
Analisis Efektivitas Diseminasi Inovasi Pertanian Komoditas Bawang Merah (Studi Kasus: Tiga Daerah Sentra Produksi Bawang Merah di Indonesia) Sihombing, Yennita; Mardiharini, Maesti; Indrawanto, Chandra; Wasito, Wasito; Hermawan, Hari; Mulyono, Joko; Purba, Samuel Fery
Agrikultura Vol 34, No 3 (2023): Desember, 2023
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v34i3.48909

Abstract

Pada tahun 2021, produksi bawang merah di Indonesia mencapai 2.004,59 ribu ton. Bawang merah memiliki banyak khasiat bagi kesehatan manusia, tetapi petani belum memanfaatkan sepenuhnya inovasi pertanian. Adopsi inovasi dan teknologi pertanian komoditas bawang merah memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas bawang merah, kesejahteraan dan ketahanan pangan khususnya bagi petani di daerah tempat pelaksanaan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak penyebarluasan inovasi pertanian komoditas bawang merah yang diaplikasikan di tiga daerah sentra produksi bawang merah (Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Barat). Metode penelitian yang digunakan bersifat kombinasi, yaitu metode kuantitatif yang dianalisis menggunakan structural equation modeling - partial least square (SEM-PLS) dan metode kualitatif yang dianalisis melalui studi pustaka dan wawancara. Responden penelitian sebanyak 93 orang petani bawang merah di tiga lokasi penelitian. Variabel penelitian terdiri dari variabel independen yaitu sumber, pesan, saluran, dan penerima, sedangkan variabel dependen yaitu output dan dampak awal. Temuan penelitian menyatakan bahwa variabel output secara langsung berpengaruh signifikan terhadap variabel dampak awal. Variabel pesan dan penerima memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap variabel output. Sementara itu, variabel pesan dan penerima secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap variabel dampak awal. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa keunggulan teknologi, kesesuaian teknologi dengan kebutuhan, pendidikan informal, kapasitas petani, tingkat adopsi, dan peningkatan produktivitas usaha tani mampu meningkatkan pendapatan dan ketahanan petani responden serta mampu mempercepat difusi inovasi teknologi pertanian ke petani komoditas bawang merah.
Quality of Coconut Oil using Fruit of Dwarf Coconut Karouw, Steivie; Indrawanto, Chandra; Novarianto, Hengky
International Coconut Community Journal Vol 31 No 2 (2015): CORD
Publisher : International Coconut Community

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.732 KB) | DOI: 10.37833/cord.v31i2.57

Abstract

The purpose of this research was to study processing of coconut oil which focused on evaluation of the quality of oil by using fruit of several Dwarf coconut as raw materials. The varieties used were Salak Green Dwarf (SGD), Raja Brown Dwarf (RBD) and Bali Yellow Dwarf (BYD). The oil was extracted through the wet process by heating technique. The coconut oil volume was measured and evaluated for its fatty acids profile, free fatty acid contents, moisture content, color, smell and taste. The by-products such as coconut residue and blondo were measured, too. The results showed that processing of oil from 200 Dwarf nuts produced 7.1-8.4 L. The highest volume of oil (8.4 L) was resulted from SGD. The oil was generally having high medium chain fatty acid around 58.50-62.32% including lauric acid at 46.82-48.46%. The oil made from fruits of SGD contained the highest lauric acid around 48.46%, followed by RBD and BYD reaching 48.06% and 46.82%, respectively. It had a good smell, and fatty acid and moisture content were in accord with Indonesian National Standard. The coconut oil processed using the fruit of the SGD and RBD has a clear white color, while the BYD having clear yellow in color, like corn oil.