Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

PERBEDAAN LAJU ALIRAN SALIVA TERSTIMULASI ANTARA PENGUNYAHAN PARAFIN WAX DENGAN PERMEN KARET XYLITOL PADA PASIEN TERINDIKASI GERD Ridha Andayani; Sunnati .; Amatu Sholiha
ODONTO : Dental Journal Vol 3, No 2 (2016): December 2016
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/odj.3.2.105-110

Abstract

Background: Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) is a condition of irreversibility (reflux) of stomach contents into the esophagus exceeds the normal amount and causes a variety of complaints. Reduction in salivary flow and decreased secretion of bicarbonate in the saliva cannot be avoided so that the patient is symptomatic GERD in the oral cavity in the form of halitosis and tooth erosion. Paraffin wax and chewing xylitol gum can be an alternative to increase the rate of saliva and neutralize the acid in patients with GERD. This study aimsto observes salivary flow rate differences between paraffin wax and xylitol gum patient - indicated GERD at RSUDZA in Banda Aceh.Method: This research is an analytic study with cross sectional approach and a subject of 17 people. Data were analyzed by statistical tests using Wilcoxon test.The results of this study, the salivary flows by chewing paraffin wax at the low category (52.9%), whereas salivary flows by chewing xylitol gum is the normal category (76.5%).Result: The data obtained P = 0.001 (P <0.05) for the difference between chewing paraffin wax and chewing xylitol gum.Conclusion: The conclusion from this study is a significant difference between salivary flows chewing paraffin wax and chewing xylitol gum in patient-indicated GERD at RSUDZA in Banda Aceh
Perdarahan Gingiva Pada Masa Sebelum Menstruasi Sunnati .; Ridha Andayani
Cakradonya Dental Journal Vol 7, No 1 (2015): Juni 2015
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (536.683 KB)

Abstract

Gingivitis adalah salah satu penyakit yang paling lazim diderita oleh masyarakat. Gingivitis merupakan inflamasi yang hanya mengenai jaringan gingiva tanpa menyerang tulang alveolar dan ligamen periodontal (tanpa mengakibatkan kehilangan perlekatan). Perdarahan gingiva adalah salah satu tanda klinis dari gingivitis. Perdarahan gingiva terjadi satu atau dua hari sebelum terjadinya menstruasi, yang biasanya hilang setelah dimulainya menstruasi. Salah satu indeks untuk mengukur perdarahan gingiva adalah Papillary Bleeding Index (PBI). Penelitian ini bertujuan untuk melihat indeks perdarahan gingiva pada masa sebelum menstruasi, yaitu 1–2 hari sebelum menstruasi. Penelitian deskriptif ini dilakukan di Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Subjek penelitian berjumlah 65 orang yang berasal dari angkatan 2009–2011. Pada subjek diberikan kuesioner dan pemeriksaan klinis, yaitu pemeriksaan Indeks Perdarahan Papila. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 64 subjek (98,5%) memiliki Indeks Perdarahan Papila 0, sebanyak satu subjek (1,5%) memiliki Indeks Perdarahan Papila 1 dan tidak terdapat subjek yang memiliki Indeks Perdarahan Papila 2 dan 3–4. Disimpulkan bahwa 98,5% pada penelitian ini
DAMPAK KARAKTERISTIK MALOKLUSI GIGI ANTERIOR BERDASARKAN TINGKAT KEPARAHANNYA TERHADAP STATUS PSIKOSOSIAL Rafinus Arifin; Sunnati .; Armi Amanda Daulay
Cakradonya Dental Journal Vol 9, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (65.318 KB) | DOI: 10.24815/cdj.v9i2.9741

Abstract

Usia puncak pertumbuhan anak merupakan masa peralihan antara masa anak-anak hingga menuju masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional. Maloklusi adalah suatu anomali yang menyebabkan gangguan fungsi oral dan estetika serta memerlukan perawatan jika sudah mengganggu fisik dan emosional. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa remaja pada usia puncak pertumbuhan yang mengalami maloklusi gigi anterior akan berdampak negatif terhadap status psikososial remaja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dampak karakteristik maloklusi gigi anterior terhadap status psikososial (studi kasus pada usia puncak pertumbuhan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Banda Aceh dengan menggunakan indeks PIDAQ). Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dan penelitian ini dilakukan di SMP Negeri dengan total subjek 279 siswa. Subjek diberikan kuisioner PIDAQ untuk mengetahui dampak karakteristik maloklusi gigi anterior terhadap status psikososial. Hasil uji Wilks’ Lamda menunjukkan dampak signifikan karakteristik maloklusi gigi anterior terhadap status psikososial pada usia puncak pertumbuhan, diperoleh nilai p=0,003 (p0,05). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan adanya dampak karakteristik maloklusi gigi anterior berdasarkan tingkat keparahannya terhadap status psikososial pada usia puncak pertumbuhan.Kata kunci: maloklusi, protrusif, PIDAQ
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN DENTAL (DENTAL ANXIETY) TERHADAP PERSEPSI NYERI KETIKA SKELING PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS SYIAH KUALA Cut Fera Novita; Sunnati .; Shabirah Inas Ferrina Siregar
Cakradonya Dental Journal Vol 9, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (58.398 KB) | DOI: 10.24815/cdj.v9i1.9876

Abstract

Kecemasan dental merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien yang melkan perawatan ggi dan mulut. Kecemasan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi nyeri seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pasien dan persepsi nyeri yang dirasakan ketika skeling. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Metode pengambilan subjek dilakukan dengan teknik purposive sampling. Subjek penelitian berjumlah 72 orang yang diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin, terdapat sebanyak 44 orang perempuan dan 28 orang laki-laki. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner kecemasan dental corah dan visual analog scale untuk pengukuran nyeri. Hasil analisis menggunakan statistika deskriptif frekuensi dan crosstabs menunjukkan frekuensi tertinggi tingkat kecemasan subjek penelitian yaitu kecemasan ringan sebanyak 47 orang (65,35) dan persepsi nyeri ringan sebanyak 36 orang (76,6%) ketika dilakukan perawatan skeling. Kesimpulan penelitian ini adalah pasien dengan perawatan skeling mengalami kecemasan ringan dan persepsi nyeri yang ringan.Kata Kunci: Kecemasan dental, persepsi nyeri, skeling
Perbandingan Efektifitas Penyuluhan Metode Ceramah dan Demonstrasi Terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Siswa SD Zuraida Usman Bany; Sunnati .; Winda Darman
Cakradonya Dental Journal Vol 6, No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.096 KB)

Abstract

Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak telah mengalami peningkatan tetapi prevalensi karies gigi pada anak tetap tinggi. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada anak. Penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya dengan metode ceramah dan demonstrasi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas penyuluhan metode ceramah dan demonstrasi terhadap pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa kelas V SDN 7 Labuhanhaji. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu dengan rancangan pretest dan posttest group design. Subjek pada penelitian ini berjumlah 40 siswa, yang dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 20 siswa. Teknik pengambilan subjek adalah total sampling. Skor pengetahuan siswa sebelum dan sesudah penyuluhan diukur dengan memberikan kuisioner. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan skor pengetahuan yang bermakna pada kedua metode (p0,05). Peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sesudah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah lebih baik dibandingkan dengan metode demonstrasi (p0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah penyuluhan metode ceramah lebih efektif dibandingkan metode demonstrasi dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut.
Efektifitas Berkumur Dengan Obat Kumur Kombinasi Minyak Esensial dan Teh Hijau Sunnati .
Cakradonya Dental Journal Vol 6, No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.067 KB)

Abstract

Plak adalah lapisan lunak berwarna kuning keabu-abuan pada permukaan gigi yang terdiri atas mikroorganisme. Akumulasi plak pada permukaan gigi merupakan penyebab utama penyakit periodontal. Pencegahan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan kontrol plak secara mekanis (sikat gigi dan dental floss) dan kimiawi (pasta gigi dan obat kumur). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan indeks plak sebelum dan sesudah berkumur dengan obat kumur kombinasi minyak esensial dan teh hijau. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental klinis. Subjek penelitian sebanyak 24 siswa(i) SMAN 10 Fajar Harapan Banda Aceh yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pada hari pertama penelitian dilakukan pemeriksaan indeks plak, lalu subjek berkumur dengan obat kumur kombinasi minyak esensial dan teh hijau selama tiga hari. Pada hari ketiga, subjek kembali diperiksa indeks plak. Data dianalisis menggunakan uji t berpasangan. Hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan penurunan indeks plak yang signifikan (p0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penurunan indeks plak sebelum dan sesudah berkumur dengan obat kumur kombinasi minyak esensial dan teh hijau.
Gambaran Kasus Mukokel Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Lokasi, dan Rekurensi Setelah Perawatan (Kajian Di Instalasi Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2005-2011) Chairunas .; Sunnati .; Siti Alya Humaira
Cakradonya Dental Journal Vol 4, No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (757.41 KB)

Abstract

Mukokel merupakan salah satu lesi patologis yang sering dijumpai dalam praktik kedokteran gigi sehari-hari. Mukokel adalah lesi yang umum pada mukosa rongga mulut yang dihasilkan dari suatu perubahan pada kelenjar saliva minor sehingga menyebabkan penumpukan mukus pada jaringan sekitar. Mukokel dapat terjadi pada mukosa mulut yang terdapat kelenjar saliva minor di dalamnya dan biasanya disebabkan oleh trauma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kasus mukokel di Instalasi Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2005-2011 berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi serta rekurensi setelah perawatan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari kartu rekam medis pasien. Dari 50 kasus yang dianalisis, pasien mukokel perempuan sebanyak 27 kasus (54%) dan laki-laki sebesar 23 kasus (46%). Sejumlah 15 kasus (30%) terjadi pada usia 0-10 tahun, 17 kasus (34%) pada usia 11-20 tahun, 14 kasus (28%) pada usia 21-30 tahun, 3 kasus (6%) pada usia 31-40 tahun, dan satu kasus (2%) pada usia 41-50 tahun. Berdasarkan lokasi mukokel, mukosa labial rahang atas terjadi sebanyak 4 kasus (14,3%), 20 kasus (71,4%) pada mukosa labial rahang bawah, 3 kasus (10,7%) pada mukosa bukal, dan satu kasus (3,6%) pada ventral lidah. Rekurensi setelah perawatan jarang terjadi, hanya 2 kasus (4%) yang dilaporkan. Simpulan penelitian ini adalah jenis kelamin sedikit lebih dominan terjadi pada perempuan. Kelompok usia tertinggi yang mengalami mukokel adalah usia 11-20 tahun, dan mukosa bibir bawah merupakan lokasi yang paling umum terjadi.
Hubungan Antara Durasi Hemodialisis Dengan Periodontitis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Sri Rezeki; Sunnati .; Dara Mauliza
Cakradonya Dental Journal Vol 8, No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.976 KB)

Abstract

Gagal ginjal kronik merupakan masalah kesehatan dunia, dengan jumlah penderita yang bertambah setiap tahun. Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal secara perlahan yang berkaitan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus. Pasien gagal ginjal kronik biasanya diberikan terapi hemodialisis untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta mengeluarkan produk sisa metabolisme. Pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis sering terjadi periodontitis akibat kondisi kebersihan mulut yang buruk, dan menjadi semakin parah seiring bertambahnya durasi hemodialisis yang dijalani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara durasi hemodialisis dengan periodontitis. Penelitian analitik cross sectional ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Subjek penelitian sebanyak 99 orang dengan usia 20–59 tahun. Dilakukan pemeriksaan kedalaman poket periodontal dan pemeriksaan OHI-S terhadap subjek penelitian. Berdasarkan hasil uji chi-square terdapat hubungan yang bermakna antara durasi hemodialisis dengan periodontitis (p0,05). Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara durasi hemodialisis dengan periodontitis.
PERBEDAAN LAJU ALIRAN SALIVA TERSTIMULASI ANTARA PENGUNYAHAN PARAFIN WAX DENGAN PERMEN KARET XYLITOL PADA PASIEN TERINDIKASI GERD Ridha Andayani; Sunnati .; Amatu Sholiha
Odonto : Dental Journal Vol 3, No 2 (2016): December 2016
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.002 KB) | DOI: 10.30659/odj.3.2.105-110

Abstract

Background: Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) is a condition of irreversibility (reflux) of stomach contents into the esophagus exceeds the normal amount and causes a variety of complaints. Reduction in salivary flow and decreased secretion of bicarbonate in the saliva cannot be avoided so that the patient is symptomatic GERD in the oral cavity in the form of halitosis and tooth erosion. Paraffin wax and chewing xylitol gum can be an alternative to increase the rate of saliva and neutralize the acid in patients with GERD. This study aimsto observes salivary flow rate differences between paraffin wax and xylitol gum patient - indicated GERD at RSUDZA in Banda Aceh.Method: This research is an analytic study with cross sectional approach and a subject of 17 people. Data were analyzed by statistical tests using Wilcoxon test.The results of this study, the salivary flows by chewing paraffin wax at the low category (52.9%), whereas salivary flows by chewing xylitol gum is the normal category (76.5%).Result: The data obtained P = 0.001 (P <0.05) for the difference between chewing paraffin wax and chewing xylitol gum.Conclusion: The conclusion from this study is a significant difference between salivary flows chewing paraffin wax and chewing xylitol gum in patient-indicated GERD at RSUDZA in Banda Aceh
Gambaran Kasus Mukokel Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Lokasi, dan Rekurensi Setelah Perawatan (Kajian Di Instalasi Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2005-2011) Chairunas .; Sunnati .; Siti Alya Humaira
Cakradonya Dental Journal Vol 4, No 1 (2012): Juni 2012
Publisher : FKG Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mukokel merupakan salah satu lesi patologis yang sering dijumpai dalam praktik kedokteran gigi sehari-hari. Mukokel adalah lesi yang umum pada mukosa rongga mulut yang dihasilkan dari suatu perubahan pada kelenjar saliva minor sehingga menyebabkan penumpukan mukus pada jaringan sekitar. Mukokel dapat terjadi pada mukosa mulut yang terdapat kelenjar saliva minor di dalamnya dan biasanya disebabkan oleh trauma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kasus mukokel di Instalasi Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2005-2011 berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi serta rekurensi setelah perawatan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari kartu rekam medis pasien. Dari 50 kasus yang dianalisis, pasien mukokel perempuan sebanyak 27 kasus (54%) dan laki-laki sebesar 23 kasus (46%). Sejumlah 15 kasus (30%) terjadi pada usia 0-10 tahun, 17 kasus (34%) pada usia 11-20 tahun, 14 kasus (28%) pada usia 21-30 tahun, 3 kasus (6%) pada usia 31-40 tahun, dan satu kasus (2%) pada usia 41-50 tahun. Berdasarkan lokasi mukokel, mukosa labial rahang atas terjadi sebanyak 4 kasus (14,3%), 20 kasus (71,4%) pada mukosa labial rahang bawah, 3 kasus (10,7%) pada mukosa bukal, dan satu kasus (3,6%) pada ventral lidah. Rekurensi setelah perawatan jarang terjadi, hanya 2 kasus (4%) yang dilaporkan. Simpulan penelitian ini adalah jenis kelamin sedikit lebih dominan terjadi pada perempuan. Kelompok usia tertinggi yang mengalami mukokel adalah usia 11-20 tahun, dan mukosa bibir bawah merupakan lokasi yang paling umum terjadi.