Anies Irawati
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Balitbangkes Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ANTROPOMETRI WANITA PRA HAMIL DAN PENGARUHNYA PADA PERTAMBAHAN BERAT BADAN SELAMA KEHAMILAN DI KECAMATAN BOGOR TENGAH, KOTA BOGOR Irawati, Anies; Susilowati, Andi
GIZI INDONESIA Vol 37, No 2 (2014): September 2014
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.505 KB)

Abstract

Kehidupan janin dalam kandungan merupakan tahap peratama 1000 hari kehidupan yang menentukan kualitas manusia dimasa depan. Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan merupakan indikator status gizi ibu hamil dan janin, yang tergantung pada status gizi ibu sebelum hamil. Ukuran antropometri ibu pra mil merupakan indikator yang mudah dan valid untuk prediksi status gizi ibu hamil. Tujuan penelitian ini adalah menilai perbedaan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan menurut ukuran antropometri berisiko (tinggi badan < 150 cm, berat badan sebelum hamil < 45 kg, indeks massa tubuh sebelum hamil < 18,5 kg/m2 dan lingkar lengan atas < 23,5 cm). Penelitian kohor prospektif dilakukan pada 401 ibu sejak sebelum ibu hamil sampai anak dilahirkan dan berumur sedikitnya 23 bulan di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor yang dilakukan sejak tahun 2012 sampai sekarang. Berat badan dan lingkar lengan atas ibu di ukur setiap bulan, dan tinggi badan di ukur ketika responden dinyatakan hamil oleh bidan. Perbedaan pertambahan berat badan menurut ukuran antropometri berisiko dianalisis menggunakan uji T. Hasil menunjukkan bahwapertambahan berat badan ibu selama kehamilan lebih rendah secara bermakna pada ibu dengan ukuran antropometri berisiko (berat badan sebelum hamil < 45 kg, tinggi badan < 150 cm, IMT sebelum hamil < 18,5 kg/m2, LiLA < 23,5 cm). Selisih terbesar adalah pada ibu dengan berat badan sebelum hamil < 45 kg (3,5 kg dari standar IOM 2009). Dapat disimpulkan bahwa berat badan ibu sebelum hamil merupakan indikator untuk pertambahan berat badan ibu selama kehamilan. Disarankan pada ibu yang memulai kehamilan dengan berat badan < 45 kg perlu pemantauan berkala lebih ketat agar pertambahan berat badan selama kehamilan sesuai anjuran dapat terpenuhi. ABSTRACT  THE MEASUREMENT OF ANTROPOMETRY IN PREGNANT WOMEN AND ITS IMPACT TO THE INCREASE OF BODY WEIGHT DURING PREGNANCY IN CENTRAL BOGOR SUBDISTRICT, BOGOR CITY Maternal anthropometry measurement is a valid indicator for predicting pregnancy weight gain. The objective of the study is to evaluate the difference in weight gain during pregnancy according to maternal anthropometric measurement Prospective cohort study was applied tof 401 pregnant women from pre pregnancy until giving birth in the District Central Bogor, Bogor City since 2012 until now. Weight and mid arm circumference measured every month, and the height is measured one time. The difference in weight gain according maternal anthropometry measurement analyzed using T-test. The results showed that maternal weight gain during pregnancy was significantly lower in women with pre pregnancy body weight <45 kg, height <150 cm, BMI before pregnancy < 18.5 kg / m2, MUAC <23.5 cm. In conclusion, maternal antropometry measurement before pregnancy is an indicator of maternal weight gain during pregnancy. It is suggested that Women who start pregnancy with anthropometry measurement less than 45 kg need regular monitoring more frequent in order to achieve weight gain as recommended.Keywords: anthropometry, body weight, pregnancy
BERAT DAN PANJANG BAYI SERTA NILAI Z SKORBAYI DENGAN ASI PREDOMINAN DAN PARSIAL BERDASARKAN STANDAR WHO 2005 DAN NCHS\WHO Irawati, Anies; Achadi, Endang L.; Jahari, Abas B
GIZI INDONESIA Vol 31, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.619 KB)

Abstract

New WHO standard introduce to implemented in every country including Indonesia. Thepopulation of children to develop new standard comes from good economic status and lowmobility. Three quarters infant were exclusive/predominantly breastfed for at least four month. InIndonesia, predominantly and partially breastfed most practiced than exclusive breastfeeding. Tocompare the growth of infantsaccording to WHO new standard and NCHSreference. Methods:Analyzed using secondary data of cohort prospective research of “the influence earlysupplementation infant feeding to first four month infant growth”. Developing curve of infant weightand length attainment for predominant and partially breastfed; also developing curve Z score(weight for age, weight for length and length for age) for predominant and partially breastfed. Bothcurves development are using new WHO standard and NCHS reference. During the first fourmonth, the weight and length deviation of infant with predominantly and partially breastfed usingnew who standard larger than NCHS, and infant with predominantly breastfed better than partiallybreastfed. The Z score curve for weight for age, length for age and weight for age simultaneouslyas a pattern of new WHO standard, but since birth until 4 month age the number of Z score forthose indicators lower than WHO new standard. New WHO standard anthropometry morerepresentative to infant growth than NCHS reference.Keywords: Predominant breastfed infants, partially breastfed infants, growth curve, New WHOstandard, NCHSreference
Validitas Lingkar Lengan Atas Mendeteksi Risiko Kekurangan Energi Kronis pada Wanita Indonesia Ariyani, Diny Eva; Achadi, Endang Laksmining; Irawati, Anies
Kesmas Vol. 7, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lingkar lengan atas (LiLA) telah digunakan sebagai indikator proksi terhadap risiko kekurangan energi kronis (KEK) untuk ibu hamil di Indonesia karena tidak terdapat data berat badan prahamil pada sebagian besar ibu hamil. Selama ini, ambang batas LiLA yang digunakan adalah 23,5 cm. Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas LiLA terhadap indeks massa tubuh (IMT) yang merupakan indikator yang lebih baik untuk mengetahui status gizi wanita dewasa. Penelitian ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 pada perempuan dewasa usia 20 – 45 tahun di seluruh Indonesia. Hasil penelitian ini ialah ambang batas LiLA yang paling optimal untuk mendeteksi risiko KEK di Indonesia berada pada titik 24,95 cm (Se = 85%; Sp = 75%). Terdapat perbedaan ambang batas antarprovinsi tetapi tidak lebih dari 2 cm, terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (23,95 cm) dan tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo (25,95 cm). LiLA mempunyai korelasi yang kuat (r = 0,67; nilai p < 0,000) dengan IMT. Direkomendasikan untuk menggunakan ambang batas LiLA 24,95 cm untuk mendeteksi risiko KEK wanita usia 20 – 45 tahun, sementara 23,5 cm untuk outcome kehamilan, yaitu morbiditas dan mortalitas bayi. Mid-upper arm circumference has been used in Indonesia as an proxy indicator of chronic energy malnutrition risk for pregnant women because there isn’t any data of prepregnancy weight in most of pregnant women. The boundary used was 23,5 cm. The objective of the study is to validate the current boundary related to body mass index (BMI) indicator, which is believed as a better indicator in identifying women nutritional status. The study is using Riset Kesehatan Dasar 2007 data on Indonesian adult women aged 20 – 45 years old. The study found the boundary is 24,95 cm for detecting chronic energy malnutrition risk among adult women (Se = 85%; Sp = 75%). There are differences among provinces but not more than 2 cm, the lowest is in Nusa Tenggara Timur (23,95 cm) and the highest is in North Sulawesi and Gorontalo (25,95 cm). Mid upper arm circumference has a strong relation to BMI (r = 0,67; p value < 0,000). It is recommended to use mid-upper arm circumference boundary 24,95 cm to detect chronic energy malnutrition on 20 – 45 years old women and 23,5 cm to pregnancy outcome, baby morbidity, and mortality.
Exclusive Breastfeeding Intention among Pregnant Women Permatasari, Tria Astika Endah; Sartika, Ratu Ayu Dewi; Achadi, Endang Laksminingsih; Purwono, Urip; Irawati, Anies; Ocviyanti, Dwiana; Martha, Evi
Kesmas Vol. 12, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Intensi pemberian ASI eksklusif adalah intensi ibu untuk memberikan hanya ASI pada bayinya sejak dilahirkan hingga berusia enam bulan. Intensi pada periode prenatal merupakan penentu langsung pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor paling dominan berhubungan dengan intensi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di sebuah rumah sakit ibu dan anak di Kota Tangerang Selatan. Penelitian dengan desain studi potong lintang dilakukan secara primer. Sampel berjumlah 143 ibu hamil trimester ketiga dipilih secara purposive sampling. Intensi pemberian ASI eksklusif diukur menggunakan kuesioner the Infant Feeding Intentions scale. Sedangkan sikap, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku dinilai menggunakan modifikasi kuesioner Breastfeeding Attrition Prediction Tool. Data dianalisis menggunakan analisis regresi logistik ganda. Sebanyak 61,5% ibu memiliki intensi kuat memberikan ASI eksklusif. Persepsi kontrol perilaku paling dominan berhubungan dengan intensi pemberian ASI eksklusif, (p=0,007; Odds Ratio 3,030; 95% CI 1,361-6,746). Faktor lainnya yang berhubungan dengan intensi adalah sikap, keterpaparan ibu terhadap ASI eksklusif dari media sosial, dukungan tenaga kesehatan, pengalaman menyusui sebelumnya, dan pekerjaan ibu dengan persepsi kontrol perilaku tinggi berpeluang tiga kali lebih besar memiliki ‘intensi tinggi’ untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu berpersepsi kontrol perilaku rendah. Exclusive breastfeeding intention is a mother’s intention to provide her baby only breast milk since the infant was born until at the age of 6 months. Intention in prenatal period is the direct affirmation of exclusive breastfeeding. This study aimed to find out the most dominant factor related to exclusive breastfeeding intention among pregnant women at a mother and child hospital in South Tangerang. A cross-sectional study design was conducted primarily. The samples were 143 pregnant women on their third trimester pregnancy selected by purposive sampling. Intention was measured by the Infant Feeding Intention scale questionnaire. Meanwhile, attitude, subjective norms, and perceived behavioral control were measured by the modified Breastfeeding Attrition Prediction Tool questionnaire. Data were analyzed using the multivariate logistic regression analysis. It was 61.5% mother had strong exclusive breastfeeding intention. Perceived behavioral control dominantly influenced the exclusive breastfeeding intention (p value = 0.007; Odds Ratio 3.030; 95% CI = 1.361 6.746). The other factors influencing intention were attitude, exposure to exclusive breastfeeding from social media, health workers’ support, previous breastfeeding experience and mothers’ occupation. A mother with high perceived behavioral control has three times more likely to have ‘high exclusive breastfeeding intention’ than those having the low ones.
Exclusive Breastfeeding Intention among Pregnant Women Permatasari, Tria Astika Endah; Sartika, Ratu Ayu Dewi; Achadi, Endang Laksminingsih; Purwono, Urip; Irawati, Anies; Ocviyanti, Dwiana; Martha, Evi
Kesmas Vol. 12, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Intensi pemberian ASI eksklusif adalah intensi ibu untuk memberikan hanya ASI pada bayinya sejak dilahirkan hingga berusia enam bulan. Intensi pada periode prenatal merupakan penentu langsung pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor paling dominan berhubungan dengan intensi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di sebuah rumah sakit ibu dan anak di Kota Tangerang Selatan. Penelitian dengan desain studi potong lintang dilakukan secara primer. Sampel berjumlah 143 ibu hamil trimester ketiga dipilih secara purposive sampling. Intensi pemberian ASI eksklusif diukur menggunakan kuesioner the Infant Feeding Intentions scale. Sedangkan sikap, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku dinilai menggunakan modifikasi kuesioner Breastfeeding Attrition Prediction Tool. Data dianalisis menggunakan analisis regresi logistik ganda. Sebanyak 61,5% ibu memiliki intensi kuat memberikan ASI eksklusif. Persepsi kontrol perilaku paling dominan berhubungan dengan intensi pemberian ASI eksklusif, (p=0,007; Odds Ratio 3,030; 95% CI 1,361-6,746). Faktor lainnya yang berhubungan dengan intensi adalah sikap, keterpaparan ibu terhadap ASI eksklusif dari media sosial, dukungan tenaga kesehatan, pengalaman menyusui sebelumnya, dan pekerjaan ibu dengan persepsi kontrol perilaku tinggi berpeluang tiga kali lebih besar memiliki ‘intensi tinggi’ untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu berpersepsi kontrol perilaku rendah. Exclusive breastfeeding intention is a mother’s intention to provide her baby only breast milk since the infant was born until at the age of 6 months. Intention in prenatal period is the direct affirmation of exclusive breastfeeding. This study aimed to find out the most dominant factor related to exclusive breastfeeding intention among pregnant women at a mother and child hospital in South Tangerang. A cross-sectional study design was conducted primarily. The samples were 143 pregnant women on their third trimester pregnancy selected by purposive sampling. Intention was measured by the Infant Feeding Intention scale questionnaire. Meanwhile, attitude, subjective norms, and perceived behavioral control were measured by the modified Breastfeeding Attrition Prediction Tool questionnaire. Data were analyzed using the multivariate logistic regression analysis. It was 61.5% mother had strong exclusive breastfeeding intention. Perceived behavioral control dominantly influenced the exclusive breastfeeding intention (p value = 0.007; Odds Ratio 3.030; 95% CI = 1.361 6.746). The other factors influencing intention were attitude, exposure to exclusive breastfeeding from social media, health workers’ support, previous breastfeeding experience and mothers’ occupation. A mother with high perceived behavioral control has three times more likely to have ‘high exclusive breastfeeding intention’ than those having the low ones.