Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

TARTĪB AL-NUZŪL DALAM DISKURSUS PARA ULAMA Muhammad Fadhillah; Mulyasir Mulyasir
Pedagogik : Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol 7, No 1, April (2020)
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.526 KB) | DOI: 10.37598/pjpp.v7i1.773

Abstract

Al-Quran merupakan kitab petunjuk (hudā) bagi kaum muslimin. Mekanisme penyampaian dari Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw dan dari Nabi saw kepada kaum muslimin, hingga proses pengkodifikasiannya merupakan bagian dari pewahyuan al-Qur’an yang terus-menerus diperbincangkan. Proses pewahyuan al-Quran, merupakan salah satu topik penting yang telah lama menjadi bahan perbincangan di kalangan para intelektual muslim, kontemporer dan barat. Para Intelektual Muslim klasik cenderung memfokuskan pembahasannya terhadap status prerogatif yang melatarbelakangi munculnya tartīb al-nuzūl, apakah ia bersifat tauqīfī atau ijtihādī. Sementara para intelektual Muslim kontemporer, memiliki pandangan yang berbeda. Mereka mengatakan bahwa teori tartīb al- nuzūl tidaklah hanya sebatas pada persoalan status prerogatif semata. Selain itu, Para intelektual Barat juga menaruh perhatian besar untuk melakukan kajian terhadap wacana kronologi pewahyuan al-Qur’an dengan mengeksplorasi berbagai bahan tradisional Islam seperti riwayat-riwayat sejarah dan tafsir. Dengan adanya pengetahuan terhadap penanggalan ayat-ayat al-Qur’an, maka runtutan kronologi pewahyuan serta perjalanan Syari’at Islam juga akan terbaca.
EDUCATION TO MAINTAIN FRIENDSHIP TO STRENGTHEN THE FOUNDATIONS OF PEACE IN SOCIETY Muhammad Fadhillah; Emawati Emawati; Ema Sulastri; Hamdi Yusliani; Rosnidarwati Rosnidarwati
ABDIMU: Jurnal Pengabdian Muhammadiyah Vol 4, No 1 (2024): Vol 4, No 1 Juni 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/abdimu.v4i1.2101

Abstract

According to Islamic teachings, human beings are connected to each other, and as such, they naturally require the company of other people. Due to their inherent weakness, humans depend on the support of people around them. Thus, it is not unusual to refer to humans as social beings. This is owing to the fact that humans are beings who will always require the company of other people. This suggests that all Muslims have a duty to uphold friendship, whether it is through familial ties (descendants) or brotherly relationships with other Muslims. It is necessary for non-Muslims to uphold the virtue of mutual respect and appreciation, even if they go about it in various ways. It is hard to establish harmony and peace within a society if its people lack affection, as this always results in arguments, animosity, and ultimately, murder. For this reason, shilaturrahim (engaging with others)—both general and specific—are essential to bringing about the world's peace, harmony, and unification of humanity. Keywords: Society, Engagement with others, peace