Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

KONDISI KUALITAS PERAIRAN DI KABUPATEN MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH: PENDEKATAN SPASIAL DAN STATISTIK MULTIVARIAT I Nyoman Radiarta; Hasnawi Hasnawi; Akhmad Mustafa
Jurnal Riset Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.55 KB) | DOI: 10.15578/jra.8.2.2013.299-309

Abstract

Kondisi kualitas perairan di suatu wilayah dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya proses alami dan dampak dari aktivitas manusia. Oleh karena itu, pemantauan kualitas perairan yang dapat memberikan estimasi kualitas perairan yang representatif dan sesuai sangat diperlukan. Statistik multivariat yang dikombinasikan dengan analisis spasial telah digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis kondisi kualitas perairan di Kabupaten Morowali. Sembilan parameter penting kualitas perairan telah dikumpulkan pada bulan Juni 2011. Hasil analisis klaster menunjukkan bahwa kualitas perairan di lokasi penelitian dikategorikan menjadi dua kelompok (klaster 1 dan 2). Dengan menggunakan analisis komponen utama diperoleh sebanyak empat signifikankomponen dengan persentase kumulatif sebesar 69,180% dari total ragam. Analisis spasial dari komponen utama menunjukkan pola yang serupa dengan klaster analisis yaitu secara umum wilayah penelitian terbagi menjadi dua wilayah dengan karakteristik yang berbeda. Dengan pendekatan statistik multivariat ini dapat digunakan untuk merancang pengambilan titik pengamatan di masa yang akan datang sehingga lebih efektif dan efisien.
KARAKTERISTIK DAN KESESUAIAN LAHAN AKTUAL PADA MUSIM KEMARAU UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU DI TAMBAK YANG ADA DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT Akhmad Mustafa; Hasnawi Hasnawi; Tarunamulia Tarunamulia
Media Akuakultur Vol 9, No 2 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1636.508 KB) | DOI: 10.15578/ma.9.2.2014.135-146

Abstract

Abstrak lengkap dapat di download di File PDF
BUDIDAYA LOBSTER (Panulirus sp.) DI VIETNAM DAN APLIKASINYA DI INDONESIA Akhmad Mustafa
Media Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (663.301 KB) | DOI: 10.15578/ma.8.2.2013.73-84

Abstract

Desa Xuan Tun di Kecamatan Van Ninh Kota Nha Trang Provinsi Khanh Hoa merupakan lokasi pertama kegiatan budidaya lobster di Vietnam yang dilakuan pada tahun 1992. Secara umum di Kota Nha Trang, ada tiga jenis lobster yang dibudidayakan yaitu lobster mutiara (Panulirus ornatus), lobster pasir (Panulirus homarus), dan lobster batik (Panulirus longipes), karena benih lobster tersebut mudah didapat pada awalnya, cepat tumbuh, berukuran besar, warna cerah, dan memiliki harga yang tinggi. Kegiatan budidaya lobster pada dasarnya terdiri atas: penangkapan benih lobster, produksi tokolan lobster, dan pembesaran lobster yang masing-masing merupakan segmen usaha tersendiri. Pakan yang digunakan dalam produksi tokolan dan pembesaran lobster adalah berupa udang, kerang, tiram, cumi-cumi, dan ikan rucah, di mana sebagian besar dari pakan tersebut digunakan ikan rucah terutama pada pembesaran lobster. Sebagai akibat penggunaan pakan tersebut dan peningkatan jumlah keramba jaring apung yang cukup signifikan berdampak pada penurunan kualitas perairan yang memicu berkembangya penyakit susu (milky haemolymph disease) sehingga terjadi penurunan produksi. Terkait dengan hasil yang didapatkan tersebut, ke depan diperlukan berbagai kegiatan termasuk untuk dapat diaplikasikan di Indonesia. Kegiatan tersebut meliputi: produksi benih lobster secara buatan di hatcheri dan penggunaan pakan buatan berupa moist pellet. Upaya pencegahan penyakit susu dan perlakuan-perlakuan praktis untuk mencegah perkembangan serangan penyakit susu juga perlu mendapat perhatian. Perkembangan budidaya lobster yang begitu cepat memicu terjadinya penurunan daya dukung lahan. Oleh karena itu, kegiatan untuk menentukan daya dukung lahan dan kesesuaian lahan menjadi penting untuk dilakukan untuk menentukan lokasi dan jumlah keramba jaring apung yang dapat dioperasikan. Penentuan daya dukung lahan dan evaluasi kesesuaian lahan tidak hanya dilakukan pada daerah yang sudah berkembang pesat seperti di Vietnam, tetapi juga pada daerah yang baru memulai pengembangan budidaya lobsternya seperti di Indonesia untuk menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan penurunan produksi dan ketidakberlanjutan usaha budidaya lobster di masa akan datang.
KRITERIA KESESUAIAN LAHAN UNTUK BERBAGAI KOMODITAS DI TAMBAK Akhmad Mustafa
Media Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.829 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.2.2012.108-118

Abstract

Budidaya tambak merupakan industri akuakultur terbesar di Indonesia yang sangat diharapkan menjadi andalan dalam mewujudkan visi: Indonesia penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar 2015, serta misi: menyejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, maka Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mencanangkan program minapolitan dan industrialisasi kelautan dan perikanan. Komoditas yang menjadi andalan program minapolitan dan industrialisasi perikanan budidaya tambak adalah udang windu, udang vaname, ikan bandeng, dan ikan nila. Karena komoditas tersebut merupakan komoditas yang berbasis lahan, sehingga untuk dapat hidup, tumbuh, dan berproduksi membutuhkan persyaratan tertentu yang berbeda satu sama lainnya. Persyaratan tumbuh atau persyaratan penggunaan lahan yang diperlukan oleh masing-masing komoditas dapat dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kesesuaian lahan. Pada evaluasi lahan yang didasarkan pada sumberdaya fisik, empat faktor/sub-model telah dipertimbangkan sebagai kriteria kesesuaian lahan untuk budidaya tambak yaitu: topografi dan hidrologi, kondisi tanah, kualitas air, dan iklim dengan masing-masing nilai kriteria peubah yang berbeda-beda pada kelas kesesuaian dan komoditas yang berbeda pula.