Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Tanggapan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq. ) terhadap Variasi Iklim Benny W.P.; Eka Tarwaca Susila Putra; Supriyanta Supriyanta
Vegetalika Vol 4, No 4 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (769.204 KB) | DOI: 10.22146/veg.23941

Abstract

Unsur iklim meliputi curah hujan, radiasi matahari, suhu udara dan kelembapan udara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh individual maupun kombinasi dari variasi unsur tersebut terhadap produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) maupun rendemen minyak kelapa sawit dan menentukan pola hubungan di antara variasi unsur iklim tersebut dengan produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) dan rendemen minyak kelapa sawit. Penelitian dilakukan di Kebun Kelapa Sawit milik PT Asian Agri wilayah Sumatera Utara, Riau, dan Jambi, dengan pengumpulan data sekunder tahun 2005-2012 dari salah satu afdeling di wilayah perkebunan yang ada di Sumatra Utara, Riau, dan Jambi yang  meliputi curah hujan, suhu udara, kelembapan udara, dan radiasi matahari, produksi Tandan Buah Segar (TBS), rendemen minyak kelapa sawit, dan kadar free fatic acid (FFA) dalam crude palm oil (CPO). Data primer yang dikoleksi adalah data analisis jaringan tanaman (khususnya organ daun) dan data analisis kadar minyak sawit dalam buah. Percobaan disusun dalam rancangan tersarang (nested design), dengan masing-masing kebun bertindak sebagai sarangnya. Setiap kebun selanjutnya dibagi menjadi 3 blok, dan data sekunder maupun primer dikoleksi dari sampel yang diambil di masing-masing blok. Analisis yang digunakan dalam percobaan ini adalah analisis varian pada level 5% dan bila terdapat beda nyata pada variabel dilanjutkan dengan analisis korelasi dan regresi sederhana. Berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan, komponen unsur iklim yang menjadi faktor pembatas adalah curah hujan yang memiliki persamaan regresi  y = -0.007x + 3.168 di Kebun Aek Kuo, kelembapan udara (RH) yang memiliki persamaan regresi  y = 0.039x + 16.43 di Kebun  Rantau Baru, dan suhu udara yang memiliki persamaan regresi  y = 0.250x - 5.129 di Kebun Tungkal Ulu.
Daya Simpan Benih Kacang Hijau (Vigna radiata (L.) R. Wilczek) Hasil Tumpangsari dengan Jagung Manis (Zea mays L. saccharata) dalam Barisan Abdillah Muhammad; Setyastuti Purwanti; Supriyanta Supriyanta
Vegetalika Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.688 KB) | DOI: 10.22146/veg.24631

Abstract

Tumpangsari dapat dijadikan solusi dalam upaya peningkatan produksi kacang hijau dilahan sempit, baik untuk konsumsi maupun penggunaan benih secara umum.Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas dan daya simpan benih kacang hijau yangditanam secara tumpangsari dengan jagung manis dibandingkan monokultur, dan jugamengetahui komposisi jumlah baris optimal tanaman jagung yang ditanam secaratumpangsari dengan jagung manis yang dapat menghasilkan benih dengan dayasimpan yang tinggi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih danrumah kaca, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas GadjahMada, Yogyakarta pada bulan November 2014 hingga April 2015. Penelitian dilakukan dengan pendekatan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) satufaktor dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalahtumpangsari kacang hijau dengan jagung manis dengan kombinasi baris yaitu 3:1, 4:1,5:1, 6:1, dan monokultur kacang hijau. Pengujian benih dilakukan setiap bulan selama6 bulan terhadap gaya berkecambah, indeks vigor, vigor hipotetik, kadar air benih, dandaya hantar listrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanam tumpangsarikacang hijau, dengan berbagai pengaturan baris (3:1, 4:1, 5:1, dan 6:1), sama baiknyadengan sistem tanam monokultur dalam hal daya simpan benih yang dihasilkannyasetelah disimpan selama 6 bulan. Sistem tanam tumpangsari kacang hijau denganpengaturan baris 6:1 direkomendasikan karena memiliki nilai NKL yang lebih dari 1,serta masih memiliki gaya berkecambah, indeks vigor, dan nilai DHL yang baik setelahmengalami 6 bulan penyimpanan.
Pengaruh Komposisi Media dan Umur Pindah Tanam terhadap Pertumbuhan Awal Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dalam Pembibitan Metoda Cabutan Fahmi Ekaputra; Supriyanta Supriyanta; Prapto Yudono
Vegetalika Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1097.802 KB) | DOI: 10.22146/veg.24657

Abstract

Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh komposisi media dan umur pindah tanamjarak pagar terhadap potensi pembibitan tanaman jarak pagar secara cabutan sebagaimetode alternatif pengganti pembibitan menggunaan cara polibag. Penelitiandilaksanakan pada bulan April-Juli 2015 di Kebun Percobaan Tridharma, Banguntapan,Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian denganpercobaan faktorial diatur dalam rancangan petak terbagi diulang sebanyak tiga kali.Faktor pertama sebagai petak utama adalah media pembibitan dengan tiga aras yaitucampuran tanah + pupuk kandang + pasir perbandingan 2:1:2 (M1), tanah + pupukkandang + pasir + kokopit perbandingan 2:1:2:1 (M2), dan tanah + pupuk kandang +pasir + arang sekam perbandingan 2:1:2:1 (M3). Faktor kedua sebagai anak petak adalah umur pindah tanam bibit dengan tiga aras yaitu umur 30 (U1), 45 (U2), dan 60(U3) hari setelah semai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kokopit(U2) meningkatkan bobot segar bibit sebaliknya penambahan arang sekam (U3)menurunkan bobot segar bibit. Penambahan bahan organik berinteraksi dengan umurpindah tanam pada variabel pengamatan indeks luas daun. Pindah tanam umur 60 harisetelah semai cenderung memberikan nilai lebih rendah dibanding umur pindah tanam30 dan 45 hari setelah semai pada variabel pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun,dan diameter batang. Hasil analisis laju pertumbuhan nisbi (LPN) dan laju asimilasibersih (LAB) menunjukan bahwa bibit cabutan tidak beda nyata dengan bibit polibagpada seluruh kombinasi perlakuan kecuali kombinasi M2U2 dan M3U1 lebih tinggidibandingkan bibit polibag. Penelitian menunjukan bahwa pembibitan cabutan dapatmenggantikan pembibitan model polibag.
Karakteristik dan Preferensi Masyarakat terhadap Empat Populasi Kembang Kertas (Zinnia elegans Jacq.) Fajar Hayuatmaja; Aziz Purwantoro; Supriyanta Supriyanta
Vegetalika Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.994 KB) | DOI: 10.22146/veg.25347

Abstract

Penelitian bertujuan mengetahui karakteristik dan preferensi masyarakat terhadap kembang kertas varietas asal Jepang dan populasi generasi M7 hasil iradiasi sinar X kultivar lokal. Penelitian dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta pada bulan Juni-Desember 2015. Percobaan dilaksanakan mengikuti kaidah rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dengan kode tanam T6B2.5; T5B2.20; T5B2.17 untuk kembang kertas populasi generasi M7 hasil iradiasi sinar X dan komdocit untuk kembang kertas varietas asal Jepang, dengan dua blok sebagai ulangan. Hasil penelitian terkait tipe bunga menunjukkan Populasi T6B2.5 terdiri dari 6% tanaman berbunga single, 51% tanaman berbunga double, dan 43% tanaman berbunga pompom. Populasi T5B2.20 terdiri dari 26% tanaman berbunga single, 55% tanaman berbunga double, dan 19% tanaman berbunga pompom. Populasi T5B2.17 terdiri dari 15% tanaman berbunga single, 52% tanaman berbunga double, dan 33% tanaman berbunga pompom. Populasi komdocit terdiri dari 26% tanaman berbunga single, 39% tanaman berbunga double, dan 35% tanaman berbunga pompom. Hasil penelitian terkait warna bunga, populasi T6B2.5 terdiri dari 46% bunga berwarna merah dan 54% bunga berwarna ungu. Populasi T5B2.20 terdiri dari 77% bunga berwarna ungu dan 23% bunga berwarna putih. Populasi T5B2.17 terdiri dari 79% bunga berwarna ungu dan 21% bunga berwarna putih. Populasi komdocit terdiri dari 29% bunga berwarna merah, 45% bunga berwarna ungu, 16% bunga berwarna kuning, dan 10% bunga berwarna putih. Preferensi masyarakat terhadap kembang kertas menunjukkan bahwa masyarakat lebih menyukai bunga berbentuk pompom, warna bunga putih, diameter bunga sedang (4,1-6 cm) dengan jumlah bunga sedikit (1-13 kuntum) dan tanaman berhabitus pendek (15-50 cm) baik untuk bunga potong maupun tanaman hias dalam pot.
Pendugaan Parameter Genetik Komponen Hasil untuk Seleksi Tidak Langsung Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Berdaya Hasil Tinggi M. Mujadid Faiqon; Supriyanta Supriyanta; Rani Agustina Wulandari
Vegetalika Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.828 KB) | DOI: 10.22146/veg.26168

Abstract

Seleksi langsung terhadap daya hasil seringkali sulit dilakukan karena sifat alami hasil yang kompleks dan besarnya pengaruh lingkungan terhadap hasil. Seleksi tidak langsung mendasarkan pada komponen hasil yang berkorelasi terhadap hasil dapat dilakukan sebagai solusi untuk masalah tersebut. Pendugaan parameter genetik dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai komponen hasil yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil per hektar. Sembilan genotipe padi  diasumsikan  berdistribusi  random  ditanam  mengikuti  rancangan RCBD di dua lokasi, Klaten dan Sleman. Komponen varian dan kovarian yang diduga melalui ANOVA dan ANCOVA digunakan untuk menduga heritabilitas, korelasi genetik, koheritabilitas, dan rasio nilai harapan CRA/RA. Analisis lebih lanjut untuk korelasi genetik dilakukan dengan analisis lintas untuk memperoleh informasi tambahan  mengenai hubungan  antara hasil dengan komponen hasil. Tinggi tanaman, panjang daun bendera, umur berbunga, umur panen, bobot 100 butir biji, jumlah malai per rumpun, panjang malai, dan kerapatan malai diketahui memiliki heritabilitas tinggi (lebih dari 0,7) dan lebih tinggi dibandingkan heritabilitas hasil per hektar (0,55 di Klaten dan 0,42 di Sleman). Jumlah malai per rumpun memiliki korelasi genetik positif dan tinggi dengan hasil per hektar sementara panjang daun bendera dan umur berbunga memiliki pengaruh langsung positif dan tinggi terhadap hasil per hektar di lokasi Klaten. Bobot 100 butir biji dan panjang malai memiliki korelasi genetik yang positif dan tinggi terhadap hasil per hektar sementara tinggi tanaman dan jumlah biji per malai memiliki pengaruh langsung yang tinggi dan positif. Akan tetapi, tidak terdapat komponen hasil yang memiliki rasio nilai harapan CRA/RA lebih tinggi dari 1 yang menunjukkan bahwa tidak ada komponen hasil yang dapat meningkatkan kemajuan genetik hasil per hektar melalui seleksi tidak langsung. Seleksi langsung terhadap daya hasil lebih efektif dibandingkan dengan seleksi tidak langsung melalui komponen hasil tertentu.
Keragaan Sepuluh Kultivar Padi Lokal (Oryza sativa L.) Daerah Istimewa Yogyakarta Whisnu Agung Suryanugraha; Supriyanta Supriyanta; Kristamtini Kristamtini
Vegetalika Vol 6, No 4 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1533.728 KB) | DOI: 10.22146/veg.30917

Abstract

Penanaman padi varietas unggul mengakibatkan keanekaragaman padi lokal menurunsecara drastis bahkan punah. Kehilangan sumber daya genetik merupakan kehilanganyang tidak ternilai harganya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikeragaan karakter agronomi sepuluh kultivar padi lokal (Oryza sativa L.). Sepuluhkultivar padi lokal ditanam di di dusun Timur, Selomartani, Kalasan, Yogyakarta padaDesember 2016 hingga Maret 2017 dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap(RAKL) dengan ulangan sebanyak tiga. Sepuluh kultivar lokal tersebut berasal dariberbagai daerah di Yogyakarta yaitu Mentik putih, Mentik susu, Sri kuning, Pandan wangi, Cempo putih, Kenanga, Gading Melati, Pangestu, Similikiti, dan Menorehbercak ungu. Penanaman dilakukan dengan membuat petak berukuran 4×4 m yangditanam secara jajar legowo 2:1, jumlah tanaman 2 rumpun per lubang, umur bibit 15hari. Analisis varians dilakukan untuk variabel kuantitatif dengan taraf kepercayaan 5%.Jika terdapat signifikansi, dilanjutkan dengan uji HSD Tukey. Kultivar mentik susu dankenanga adalah kultivar yang termasuk dalan kelompok padi sedang dengan umurpanen 120–150 HSS. Sedangkan, delapan kultivar lain termasuk dalam padi berumurgenjah. Kultivar Mentik susu dan Kenanga juga merupakan kultivar yang memiliki umurberbunga paling lama yaitu 100 HSS dan 95 HSS. Kultivar Sri kuning memiliki hasilproduksi aktual paling tinggi dengan 6,28 ton/ha. Di sisi lain, kultivar Mentik susumenjadi yang paling rendah denga 2,18 ton/ha. Analisis korelasi antar karaktermenunjukan karakter jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah total per malai, bobot100 butir, dan kepadatan malai memiliki korelasi positif yang kuat terhadap hasilproduksi aktual. Umur berbunga dan umur panen merupakan karakter yang memilikikorelasi negatif paling besar terhadap hasil produksi aktual.
Karakterisasi Morfologi dan Fotoperiodisme Padi Lokal (Oryza sativa L.) Indonesia Mirza Bintang Ahimsa; Panjisakti Basunanda; Supriyanta Supriyanta
Vegetalika Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1086.868 KB) | DOI: 10.22146/veg.33557

Abstract

Penelitian berjudul Karakterisasi Morfologi dan Fotoperiodisme Padi Lokal (oryza sativa L.) Indonesia yang dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai September 2016 di Kebun Tri-Dharma, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada yang berlokasi di Desa Bantengan, Kecamatan Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, menggunakan 11 kultivar padi lokal yang merupakan koleksi Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UGM yang bertujuan untuk mengkarakterisasi aspek morfologi dan mengidentifikasi pengaruh fotoperiode terhadap umur berbunga padi lokal Indonesia Penanaman dilakukan dalam kondisi lingkungan yang seragam dengan menggunakan rumah plastik seluas 5 x 5 m. Setiap kultivar ditanam dalam ember, setiap ember berisi satu tanaman. Data penelitian dianalisis mengikuti kaidah RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan tanggal tanam sebagai faktor. Hasil pengukuran panjang daun kultivar yang termasuk golongan daun panjang adalah 'Hitam Pagentan', 'Temen Ireng', dan 'Saka', kultivar yang termasuk golongan daun sedang adalah 'Bulu', 'Toraja', dan 'CempoIreng', kultivar yang termasuk golongan daun pendek adalah 'Menthik Wangi', 'Ciherang','Cukah, dan 'Andelrojo', dan kultivar yang termasuk golongan sagat pendek adalah'Nipponbare'. Pengukuran tinggi tanaman menunjukan padi yang memiliki tinggi tanamanterpendek yaitu 'Nipponbare', sedangkan yang tertinggi yaitu 'Temen Ireng' dan padi yangmemiliki ketegaran batang yang lemah seperti 'Bulu', 'Toraja', 'Hitam Pagentan', 'TemenIreng', 'Saka'. Kultivar 'Ciherang' dan Kultivar 'Menthik Wangi'. Hasil penelitian terhadapfotoperiodisme menunjukan kultivar yang tidak sensitif terhadap cahaya yaitu 'Nipponbare','Menthik Wangi' dan 'Cempo Ireng', sedangkan kultivar padi yang sensitif terhadap cahayayaitu 'Saka', 'Cukah', 'Andelrojo', 'Hitam Pagentan', 'Ireng temen', 'Toraja', 'Ciherang', dan'Bulu'.
Identifikasi Genotipe Padi (Oryza sativa L.) Hemat Air Rossy Hening Pratiwi; Supriyanta Supriyanta; Budiastuti Kurniasih
Vegetalika Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.417 KB) | DOI: 10.22146/veg.35772

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi genotipe padi yang berpotensi dikembangkan sebagai varietas padi hemat air. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Tridharma, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada di Banguntapan, Bantul pada bulan Mei 2016 sampai Desember 2016. Percobaan pot menggunakan rancangan petak terbagi faktorial 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama berupa varietas padi dengan menggunakan 11 varietas yaitu Widas, Inpari 29, Menthik Wangi, Inpago 9, Inpari 23, Lumbu Kuning, Segreng, Inpari 25, IR 64, Situ Bagendit, dan Ciherang. Faktor kedua yaitu sistem pengairan dengan 3 aras, sawah, macak-macak, dan gogo sehingga terdapat 33 kombinasi perlakuan. Pengamatan difokuskan pada karakter agronomi dan karakter komponen hasil. Hasil analisis varian digunakan untuk menduga nilai ragam genetik dan heritabilitas arti luas. Data hasil pengamatan juga digunakan untuk menghitung indeks respon tanaman terhadap perlakuan. Hasil percobaan menunjukkan adanya interaksi antara sistem pengairan dan varietas pada karakter kepadatan malai. Faktor sistem pengairan mempengaruhi karakter jumlah anakan total, volume akar, dan persentase gabah hampa. Karakter tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai, hasil per rumpun, dan indeks panen hanya dipengaruhi oleh perbedaan genotipe tanaman. Berdasarkan nilai indeks respon, pada karakter komponen hasil, varietas Widas, Menthik Wangi, Inpago 9, Inpari 23, Inpari 25, dan Ciherang dapat dikembangkan sebagai varietas padi hemat air.
Evaluasi Galur Harapan Padi Hitam (Oryza sativa L.) Berdaya Hasil Tinggi dan Berumur Genjah Sholeh Udin Al Ghifari; Supriyanta supriyanta; Kristamtini Kristamtini; Panjisakti Basunanda; Taufan Alam; Muhammad Habib Widyawan; Taryono taryono
Vegetalika Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/veg.45011

Abstract

Padi merupakan komoditas pangan penting dunia. Salah satu jenis padi adalah padi hitam yang saat ini belum banyak direkayasa, sehingga daya hasilnya rendah dengan umur yang panjang. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakter agronomi galur harapan padi hitam berdaya hasil tinggi dan berumur genjah. Percobaan dilaksanakan di Pusat Inovasi Agro Teknologi (PIAT) Universitas Gadjah Mada di Kalitirto, Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Maret-Agustus 2018. Bahan penelitian yang digunakan adalah 17 galur harapan padi dan 1 kultivar unggul lokal. Rancangan percobaan lapangan yang digunakan adalah Kisi Sederhana (Simple Lattice Design) dengan 3 ulangan. Setiap galur harapan ditanam pada plot berukuran 5x1,2 m dengan jarak tanam 20×30 cm, secara inling (1 bibit perlubang tanam) dengan umur pindah tanam 21 hari. Variabel pengamatan berupa komponen agronomi, komponen hasil dan karakter fisik gabah dan beras. Analisis varians dilakukan untuk variabel kuantitatif dengan taraf nyata α = 5%. dilanjutkan dengan uji Scott Knott. Hasil penelitian menunjukan karakter agronomi galur harapan padi hitam secara umum serupa dengan karakter agronomi galur harapan padi putih dan padi merah terkait dengan variabel tinggi tanaman sedang (lebih dari 110 cm), anakan produktif sedang (10-20 buah), umur panen sedang (125-150 HSS), panjang malai (20-30 cm), jumlah gabah per malai kurang dari 250 biji. Daya hasil galur harapan padi hitam P2 (4,10±0.27 ton/hektare) dan XI (3,95±0.45 ton/hektare) lebih tinggi dari varietas unggul lokal Sleman Merah (3,84±0.50 ton/hektare. Galur harapan padi hitam W (116±0.33 HSS) memiliki kategori umur panen genjah. 
Identifikasi Karakter Morfologi dan Agronomi Penentu Kehampaan Malai Padi (Oryza sativa L.) Lidwina Arum Meta Widyaningtias; Prapto Yudono; Supriyanta Supriyanta
Vegetalika Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (954.652 KB) | DOI: 10.22146/veg.50721

Abstract

Karakter morfologi dan agronomi seperti jumlah gabah per malai banyak, daun lebar, daun tipis, daun mendatar, daun cepat luruh, serta berumur genjah merupakan karakter penentu kehampaan gabah pada malai Padi Tipe Baru (PTB). Kehampaan gabah pada malai disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakter morfologi padi penyebab kehampaan malai. Dua puluh satu padi nomor aksesi padi ditanam di Pusat Inovasi Agro Teknologi (PIAT) Universitas Gadjah Mada (UGM) di Kalitirto, Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Maret hingga Agustus 2018 menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan tiga ulangan. Data pengamatan dianalisis dengan analysis of covariance (Ancova) dilanjutkan analisis korelasi dan analisis lintas (path analysis). Hasil penelitian mengatakan, kehampaan mampu mengurangi gabah isi sebesar 29.33%. Berdasarkan analisis korelasi karakter morfologi dan agronomi penyebab kehampaan malai antara lain panjang daun bendera, anakan produktif, kepadatan  malai dan gabah isi. Karakter tersebut beragam secara genetik sehingga dapat digunakan sebagai kriteria seleksi menurunkan kehampaan. Aksesi nomor 91 atau Q hitam dan 23 atau UGM*2 memiliki kehampaan rendah masing-masing sebesar 9.68% dan 9.92%, sehingga dapat digunakan sebagai tetua persilangan untuk menurunkan kehampaan.