Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

The Javanese Onomatopoeic Words Concerning Human Sense, Head and Eye Movements Sunarya Sunarya
Humaniora Vol 30, No 2 (2018)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.668 KB) | DOI: 10.22146/jh.24964

Abstract

Onomatopoeic words in the Javanese language are evidence of the uniqueness of both lingual aspects and the described facts. This study discussed the phenomenon of phonological and morphological language processing. This study examined the derivation of the onomatopoeic root words of Javanese into some form of the word as an iconic formation. The data source covered source language of local print media. The study found that the iconic words to denote the head movements are classifiable into two types of motion. The first, the head movement itself is without involving the other elements; second, the head movement which involves other elements. Head movements that do not involve other elements include the motions of up and down, like: manthuk [mantu?] ‘nodding’, lenggut-lenggut[lәŋgut-lәŋgut] ‘nodding’, and ndhingkluk [nḍiŋklu?] ‘down’; right and left lateral movements, such as: gedheg[gɛḍɛg]. Additionally, head movements that involve other elements are described by a word sundhul[sundUl]. The iconic nature of several words for eyes movements are words such as mlorok [mlɔrɔ?], kedhep [kәḍɛp], nglirik [ŋlirI?], liyer-liyer [lijәrlijәr], mencereng [mʧәñәŋrәŋ], blalak [blala?] and ngiyer [әijәr]. The word mlorok ‘glaring’ was derived from basic word plorok with addition of prefix aN-, and comes from the root rok.
BROSUR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SMP/MTS DI KOTA SEMARANG Amanah Amanah; Harjito Harjito; Sunarya Sunarya
Teks: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 6, No 1 (2021): TEKS
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/teks.v6i1.8268

Abstract

ABSTRAKArtikel ini mengangkat masalah tentang bagaimanakah prototipe brosur sebagai media dalam pembelajaran. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan prototipe brosur sebagai media yang digunakan dalam pembelajaran mengidentifikasi teks berita. Jenis penelitian yang diangkat dalam artikel ini adalah penelitian campuran (mix method) dengan metode penelitian yang digunakan berupa metode Research and Development (R&D) disertai teori Borg dan Gall yang disesuaikan dengan kebutuhan. Data diolah dengan teknik analisis deskriptif. Teori yang digunakan sebagai dasar meliputi teori tentang media pembelajaran dan brosur. Pada akhir artikel ini, dipaparkan hasil penelitian bahwa brosur dapat diangkat menjadi media pembelajaran. Brosur dikreasikan dengan menyertakan gambar, warna, dan contoh serta terapannya. Di dalamnya terdapat beberapa ruang (space) dengan fungsi yang berbeda-beda. Brosur dicetak dengan media kertas Art Paper atau Matte Paper dengan ukuran luas A3 dengan dimensi 29,7 x 42 cm. Media pembelajaran ini dinyatakan layak digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa-siswa dalam mengingidentifikasi teks berita. Kata kunci: brosur, media pembelajaran ABSTRACTThis article raises the problem of how to prototype brochure as a medium in learning. The purpose of writing this article is to describe the brochure prototype as a medium used in learning to identify news texts. The type of research raised in this article is mixed research (mix method) with the research method used in the form of the Research and Development (R&D) along with the Borg and Gall theory which is adapted to the needs. The data were processed using descriptive analysis techniques. The theory used as a basis includes the theory of learning media and brochures. At the end of this article, presented that brochure can be used as a learning media. Brochure are created by including images, colors, and examples and their applications. Inside there are several rooms (spaces) with different functions. Brochure are printed on Art Paper or Matte Paper with an area of A3 size with dimensions of 29,7 x 42 cm. this learning media is declared feasible to be used to improve student’s ability in identifying news texts. Keyword: learning media, brochure
THE COMPARISON OF THE IMPERFECT JAVANESE LANGUAGE ABILITY IN THE 10 – 11 YEARS OLD BOYS AND GIRLS IN KENDAL CENTRAL JAVA Dr. Sunarya M.Hum.
International Journal of Research in Education Vol 1, No 2 (2021): Issued in July 2021
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/ijre.v1i2.8476

Abstract

            The use of Javanese language by 10 - 11 years old children in Kendal Central Java experienced some imperfection especially from the diction, grammatical, and semantic aspects. This research took the sample from 5th grade children in SDN 3 Kutoarjo, Kendal Central Java.            This research used qualititave method by describing the language aspects which were resulted by the 5th grade children in oral story by using pictorial media. The analytical technique in use was direct method which was the direct analysis on language aspects such as vocabularies, grammatical, and its meaning.            The data collection was collected by recording, listening, and taking note in order to collect the representative data. According to some analysis , it could be known that in javanese language ability by the 10 to 11 years old children frequently did the imperfection, especially in vocabulary, grammatical, and meaning aspects.
Pembelajaran Daring dengan Green Screen dalam Pengajaran Vocabulary bagi Tutor PAUD Anak Bangsa III Semarang Tarcisia Sri Suwarti; Siti Lestari; M Wahyu Widiyanto; Sunarya Sunarya
E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 14, No 1 (2023): E-DIMAS
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/e-dimas.v14i1.9323

Abstract

Pembelajaran di tingkat PAUD memiliki prinsip belajar sambil bermain sehingga perlu ada pemilihan media yang tepat dalam pelaksanaannya. Permasalahan yang muncul adalah kebosanan yang dialami terutama oleh siswa dan orangtua dalam pembelajaran daring. Para siswa menghendaki ingin bertatap muka langsung dengan tutor dan sesama siswa untuk mempermudah interaksi dalam pembelajaran yang hangat. Dengan adanya pembelajaran daring ini, orangtua juga harus lebih intensif mendampingi anak belajar di tengah rutinitas bekerja. Kegiatan pengabdian tentang pembelajaran daring dengan green screen dalam pengajaran vocabulary dilakukan melalui dua tahapan yakni pelatihan dan pendampingan praktek mengajar tutor PAUD Anak Bangsa III Semarang. Faktor pendukung keberhasilan kegiatan ini adalah 1) antusiasme tinggi dari para tutor PAUD untuk terus berlatih dan berkreasi menggunakan Green Screen 2) para tutor PAUD sudah memiliki fasilitas berupa smartphone dan aplikasi pengeditan video 3) para tutor PAUD selalu dapat berkonsultasi dan mendapat pantauan serta saran dari tim pengabdian.
Efektivitas Penggunaan Tiktok Sebagai Pelestari Tradisi Mitoni Orang Hamil Adat Jawa dalam Wedding Organizer Aksara Refa Widia Pratiwi; Yuli Kurniati Werdiningsih; Sunarya Sunarya
Journal on Education Vol 6 No 2 (2024): Journal on Education: Volume 6 Nomor 2 Tahun 2024
Publisher : Departement of Mathematics Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/joe.v6i2.5388

Abstract

This research aims to explore the effectiveness of using TikTok as a tool to preserve the Mitoni tradition for pregnant people in the context of Wedding Organizer Aksara. The Mitoni tradition is a Javanese custom which is related to pregnancy and preparation for welcoming the birth of a child. The focus of this research is to discuss the effectiveness of using tiktok as a tool for preserving the Mitoni tradition for pregnant people in Javanese traditional communities, the benefits of this tradition for Javanese traditional communities and what customary sanctions occur if this tradition is violated.
Makna dan Fungsi Tradisi Tedun di Desa Sambong Kecamatan Sumber, Rembang: Kajian Semiotika Charles Sanders Pierce Mashitoh Anisatullatif; Alfiah Alfiah; Sunarya Sunarya
Jurnal sosial dan sains Vol. 4 No. 11 (2024): Jurnal Sosial dan Sains
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59188/jurnalsosains.v4i11.31490

Abstract

Latar Belakang: Tedun merupakan sebuah ritual adat yang berakar pada kepercayaan masyarakat terdahulu Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan fungsi rangkaian prosesi Tedun di Desa Sambong, Kecamatan Sumber, Rembang Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika Charles Sanders Pierce. Teori Pierce digunakan untuk mengupas makna dan fungsi dari prosesi Tradisi Tedun. Penelitian ini menggunakan metode deskptif kualitatif yang mendeskripsikan data dan analisisnya. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung, dokumentasi, wawancara, dan teknik catat Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dan observasi langsung terhadap pihak penyelenggara, diperoleh bahwa prosesi Tedun sekilas mirip dengan prosesi Tedhak Siten. Namun, Tradisi Tedun hanya terdiri dari tiga tahap yang berupa doa bersama, naik turun tangga dan menyebar undhik-undhik. Masing-masing dari prosesi tersebut memiliki makna syukur yang disertai harapan dari orang tua kepada sang anak. Kesimpulan: Kemudian dari analisis teori semiotika Pierce didapatkan tanda, objek, dan interpretan pada prosesi Tedun ini. Penelitian ini memberikan pemahaman teoritis tentang makna dan fungsi Tradisi Tedun sebagai media untuk mengekspresikan budaya leluhur dan membentuk identitas sosial di masyarakat.
Struktur Naratif dan Fungsi Legenda Bende Becak di Kabupaten Rembang Rejeki Indah Suprapti; Yuli Kurniati W; Sunarya Sunarya
Jurnal Sosial Teknologi Vol. 4 No. 11 (2024): Jurnal Sosial dan Teknologi
Publisher : CV. Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59188/jurnalsostech.v4i11.27621

Abstract

Legenda Bende Becak merupakan sebuah cerita rakyat yang menceritakan tentang terciptanya sebuah benda yang disebut bende becak. Benda tersebut disebut sebagai benda berpetuah peninggalan Sunan Bonang pada saat mendirikan pesantren di masa Majapahit. Legenda Bende Becak memiliki tokoh dengan karakter masing-masing, sehingga cocok di analisis dengan menggunakan teori struktur naratif menurut Burhan Nurgiyantoro dan fungsi menurut Vladimir Propp.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur nafatif dan fungsi pada legenda Bende Becak di Kabupaten Rembang.Pada penelitian ini membahas tentang fungsi dan tindakan yang dilakukan tokoh pada Legenda Bende Becak yang termasuk dalam teori yang dikemukakan oleh Vladimir Propp. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif tradisi lisan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara langsung dengan Juru Kunci Bende Becak di Desa Bonang dan beberapa warga setempat. Hasil penelitian ini menunjukkan ada bahwa Legenda Bende Becak memiliki struktur naratif yaitu, Orientasi, komplikasi, klimaks, resolusi, dan koda. Pada hasil penelitian ini uga terdapat elemen naratif yang meliputi plot, karakter, tema, point of view, fungsi, makna, dan pola naratif. Selain itu, penelitian ini juga mendaparkan hasil bahwa, pada topik penelitian ini memiliki 9 fungsi dari 31 fungsi yang dikemukakan Vladimir Propp. 9 fungsi tersebut adalah Absentation ketiadaan (β), Interdiction larangan (γ), Violation pelanggaran (δ), Reconnaisance pengintaian (ε), Departure keberangkatan (↑), The difficult task tugas sulit (M), Solution ‘penyelesaian’ (N), Recognition dikenali (Q), dan Transfiguration ‘penjelmaan’ (T).
Makna dan Fungsi Tradisi Tedun di Desa Sambong Kecamatan Sumber, Rembang: Kajian Semiotika Charles Sanders Pierce Mashitoh Anisatullatif; Alfiah Alfiah; Sunarya Sunarya
Jurnal sosial dan sains Vol. 4 No. 11 (2024): Jurnal Sosial dan Sains
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59188/jurnalsosains.v4i11.31490

Abstract

Latar Belakang: Tedun merupakan sebuah ritual adat yang berakar pada kepercayaan masyarakat terdahulu Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan fungsi rangkaian prosesi Tedun di Desa Sambong, Kecamatan Sumber, Rembang Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika Charles Sanders Pierce. Teori Pierce digunakan untuk mengupas makna dan fungsi dari prosesi Tradisi Tedun. Penelitian ini menggunakan metode deskptif kualitatif yang mendeskripsikan data dan analisisnya. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung, dokumentasi, wawancara, dan teknik catat Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dan observasi langsung terhadap pihak penyelenggara, diperoleh bahwa prosesi Tedun sekilas mirip dengan prosesi Tedhak Siten. Namun, Tradisi Tedun hanya terdiri dari tiga tahap yang berupa doa bersama, naik turun tangga dan menyebar undhik-undhik. Masing-masing dari prosesi tersebut memiliki makna syukur yang disertai harapan dari orang tua kepada sang anak. Kesimpulan: Kemudian dari analisis teori semiotika Pierce didapatkan tanda, objek, dan interpretan pada prosesi Tedun ini. Penelitian ini memberikan pemahaman teoritis tentang makna dan fungsi Tradisi Tedun sebagai media untuk mengekspresikan budaya leluhur dan membentuk identitas sosial di masyarakat.
Ubarampe Ritual 'Guyang Jaran' in the Jaran Kepang Turonggo Mudo Art in Temanggung: A Semiotic Study by Charles Sanders Peirce Fitrotul Arofah; Sunarya Sunarya; Nuning Zaidah
Jurnal Indonesia Sosial Sains Vol. 5 No. 12 (2024): Jurnal Indonesia Sosial Sains
Publisher : CV. Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/jiss.v5i12.1527

Abstract

Jaran Kepang dance is a Javanese art form that features horses made of woven bamboo. This dance is not only entertainment for the community, but also holds values that symbolize life in Javanese society. This research aims to reveal the meaning of ubarampe in the guyang jaran ritual performed in the art of jaran kepang. This research used a descriptive qualitative method with Charles Sanders Pierce's semiotic theory. The research involved the Jaran Kepang Turonggo Mudo group in Legoksari Village, Tlogomulyo District, Temanggung Regency. Data were collected through interviews, observations, and documentation, then analyzed using data source triangulation. The results showed that, the guyang jaran ritual means bathing horses in the sendhang which starts from installing offerings to end praying together at pepundhen as a form of respect for ancestral spirits, repelling bad luck, and preserving culture. Some types of ubarampe used are tumpeng, sega kapirata, sega bakar, endhog jawa, ingkung, cambah pethek, juaddah pasar, jenang abang putih, incense, candles, cigarettes, kembang setaman, kembang durang, kembang wangi, degan ijo, and wedang 7 werna. Overall, the ubarampe in the guyang jaran ritual has the meaning of prayer requests, gratitude, and a form of harmonious relationship between humans and nature as well as a medium for the Legoksari village community and makes it integral in cultural and spiritual practices.