p-Index From 2020 - 2025
0.751
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Sain Veteriner
Soedarmanto Indarjulianto
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Validasi Metode Analisis Tetrasiklin pada Ikan Nila (Oreochromis sp.) menggunakan Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Nisa Hakimah; Gagak Donny Satria; Wari Pawestri; Soedarmanto Indarjulianto
Jurnal Sain Veteriner Vol 37, No 2 (2019): Desember
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.167 KB) | DOI: 10.22146/jsv.34466

Abstract

Antibiotics are substances that capable of inhibiting the growth of or killing microorganisms. The presence of residues in the tissues are associated with continuous use of antibiotics for long periods of time. The antibiotic residue that is often detected in freshwater fishery products is tetracycline. One method of analysis of tetracycline residues in fish meat is widely developed using high performance liquid chromatography (HPLC). This research was aimed to validate the method of analysis of tetracycline content in tilapia meat by using HPLC Shimadzu 6.1. The mobile phase consisting of methanol: acetonitrile: oxalic acid (5:15:80) with 1 ml / min flow rate, detector UV Vis with wavelength 355 nm, and C18Shim-pack column size 150 L x 4,6 mm at temperature of 30oC. The result of this research showed values corresponding to validation criteria based on parameters of specificity, precision, accuracy, linearity, limit of detection, and limit of quantification. Tetracycline analysis using HPLC tool has good and acurate validity as the first step in detecting the tetracycline level in tilapia meat.
Laporan Kasus: Anemia pada Anjing Pascaenterektomi Julitha Dewitri Merthayasa; Agustina Dwi Wijayanti; Soedarmanto Indarjulianto; Yanuartono .; Alfarisa Nururrozi; Putu Devi Jayanti
Jurnal Sain Veteriner Vol 39, No 1 (2021): April
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.35127

Abstract

Anemia adalah terjadinya defisiensi eritrosit atau hemoglobin atau keduanya hingga kemampuan darah mengangkut oksigen berkurang dan sering dijumpai pada anjing. Anjing lokal  betina bernama Pogan berumur 1 tahun dengan riwayat enterektomi diperiksa dengan keluhan; lemas, kurus, nafsu makan dan minum menurun. Hasil pemeriksaan fisik;  mukosa mulut dan mata anemis, dehidrasi dan kurus. Hasil pemeriksaan hematologi rutin, total protein plasma (TPP) dan albumin menunjukkan bahwa anjing mengalami anemia mikrositik hipokromik, trombositopenia, limfositosis, terjadi penurunan nilai TPP dan hipoalbuminemia. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboratorik anjing Pogan didiagnosis menderita anemia mikrositik hipokromik yang diakibatkan oleh defisiensi zat besi (Fe). Pengobatan dengan menggunakan preparat Fe dengan dosis 1 ml/5kgbb, subcutan selama 5 hari dan terapi suportif berupa infus serum albumin manusia dengan total volume 128 ml melalui infus intravena selama ±4 jam dan Livron (Vitamin B complex) 1tab/hari, per oral selama 5 hari memberikan hasil yang baik.
Identifikasi Serovar Penyebab Leptospirosis pada Anjing di Yogyakarta Guntari Titik Mulyani; Sri Hartati; Hastari Wuryastuty; Ida Tjahajati; Yuriadi Yuriadi; Irkham Widiyono; Yanuartono Yanuartono; Hary Purnamaningsih; Soedarmanto Indarjulianto; Slamet Raharjo; Alfariza Nururozi; Angeline Ganapragasam; Yeo Suan Jiao
Jurnal Sain Veteriner Vol 37, No 2 (2019): Desember
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.014 KB) | DOI: 10.22146/jsv.39201

Abstract

Leptospirosis is a zoonotic disease of global concern, and is caused by pathogenic serovar Leptospira interrogans. Canine Leptospirososis is widespread worldwide, dogs can act as incidental hosts or maintenance hosts for various serovars. The purpose of this research was to identify leptospire serovars that infect healthy and suspected leptospirosis dogs in Yogyakarta. A total of 56 dogs (36 healthy dogs and 20 suspect leptospirosis dogs) sera were taken from cephalica vein as much as 3 ml. Sera were examined for leptospirosis with Microscopic Aglutination Test (MAT) which conducted at the Research Center for Veterinary Science, Bogor. Microscopic Aglutination Test carried out on various Leptospire serovar, namely: Ichterohaemorrhagiae, Javanica, Celledoni, Ballum, Pyogenes, Cynopeteri, Rachmati, Australis, Pomona, Canicola, Grippotyphosa, Bataviae, Hardjo, and Tarrasovi. The results showed that Celledoni serovars infected 25% of healthy dogs and 5% of suspect leptospirosis dogs, Javanica serovar infected 19% of healthy dogs, Bataviae serovars infected 15% of suspect leptospirosis dogs, Grippotyphosa serovar infected 11% of healthy dogs, Tarrasovi serovar infected 10% of suspect leptospirosis dogs, serovars Cynopteri infects 5% of healthy dogs and 5% of suspect leptospirosis dogs, serovar Pyrogenes infects 5% of healthy dogs and 5% of suspect leptospirosis dogs, and serovar Rachmati infects 5% of suspect leptospirosis dogs. Seven healthy dogs (19%) and 2 suspect leptospirosis dogs (10%) were infected with more than 2 leptospire serovars. From the results of this study it can be concluded that Celledoni serovar of Leptospira interrogans infection causes subclinical leptospirosis, while Bataviae serovar infection causes clinical leptospirosis in dogs in Yogyakarta.
Bovine Ephemeral Fever (BEF) : Penyebab, Epidemiologi, Diagnosa, dan Terapi Alfarisa Nururrozi; Soedarmanto Indarjulianto; Yanuartono Yanuartono; Hary Purnamaningsih; Slamet Raharjo; Rusmihayati Rusmihayati
Jurnal Sain Veteriner Vol 38, No 1 (2020): April
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.41863

Abstract

Bovine ephemeral fever (atau 3-day sickness) adalah penyakit demam akut pada sapi dan kerbau yang disebabkan oleh Ephemerovirus dari keluarga rhabdoviridae dan ditularkan oleh vektor arthropoda. Penyakit tersebut biasa terjadi di daerah tropis dan subtropis. Dalam banyak kasus, dampak utamanya adalah pada penurunan produktivitas, produksi susu, kondisi tubuh, gangguan reproduksi, dan periode pemulihan yang lama pada beberapa hewan. Gejala klinis bervariasi pada setiap individu hewan, tetapi pada umumnya diawali dengan demam yang bersifat bifasik melanjut menjadi polifasik. Mortalitas biasanya rendah, namun, peningkatan kasus berakibat fatal telah dilaporkan dalam beberapa wabah akhir-akhir ini. Penyakit ini tersebar luas diberbagai daerah di Indonesia. Secara umum tidak menimbulkan kerugian ekonomi yang besar, asalkan segera mendapatkan pertolongan medis yang memadai sehingga tidak terjadi komplikasi dengan penyakit lain. Tulisan ini bertujuan untuk mengulas penyebab, metode diagnosa, dan terapi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kejadian BEF.
The Efficacy Study of Duramectin, Oxfendazole, Piperazine, and Pyrantel pamoate Against Gastrointestinal Worms In Horses In Yogyakarta Special Region*) Yuriadi Yuriadi; Ida Tjahajati; Soedarmanto Indarjulianto; Irkham Widiyono
Jurnal Sain Veteriner Vol 37, No 1 (2019): Juni
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (528.394 KB) | DOI: 10.22146/jsv.42969

Abstract

This research aimed at determining the efficacy of duramectin, oxfendazole, piperazine, and pyrantelpamoate against gastrointestinal worms in horses in Yogyakarta Special Region and Central Java. The object of research involved 40 horses diagnosed with gastrointestinal worm infection. Prior to the research, all of the horses were subjected to examination for clinical symptoms and parasitology laboratory checkup for signs of worm eggs in their feces, and they were pronounced positive for experiment animals with at least 150 eggs per gram of feces per horse. The research horses were weighed to determine the dose of worm medication to be used. The research horses are divided into four treatment groups, each group consists of ten horses. Group I was given duramectin with a dose of 0.2 mg/kg of body weight. Group II was given oxfendazole with a dose of 7.5 mg/kg of body weight, Group III was given 125 mg Piperazin treatment per kilogram of body weight and Group IV was given pyrantelpamoate with a dose of 20 mg/kg of body weight. After receiving themedication, the horses were observed to document the progress in terms of clinical symptoms and the amount and type of worm eggs in their feces every three days for four times in a row. The research data results were tabulated and were descriptive-comparatively analyzed.The research result showed varying efficacy level of worm medication for horses. Oxfendazole kills Strongylus and Parascaris worms. Duramectin kills Strongylus worms and reduce some of the Parascaris worms. Piperazineandpyrantelpamoate kills the Strongylus wormsand reduce some of the Parascaris. 
Stasis urin pada Kucing: Evaluasi Klinis dan Laboratoris Geovani Meryza Oka Putra Caesar; Sitarina Widyarini; Soedarmanto Indarjulianto; Alfarisa Nururrozi; Yanuartono .; Slamet Raharjo
Jurnal Sain Veteriner Vol 39, No 1 (2021): April
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.52678

Abstract

Stasis urin merupakan diagnosis simtomatif yang menggambarkan tertahannya urin di dalam saluran urinaria yang biasanya ditandai dengan membesarnya vesica urinaria (VU). Gejala klinis dan hasil pemeriksaan laboratoris sangat berperan penting dalam menentukan diagnosanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kejadian stasis urin pada kucing secara klinis dan laboratoris. Materi yang digunakkan di dalam penelitian ini adalah 10 ekor kucing yang menunjukkan gejala klinis kesulitan urinasi. Semua kucing diperiksa fisik secara lege artis meliputi kondisi umum dan keadaan organ urinari khususnya VU. Kucing selanjutnya diambil sampel darahnya untuk diperiksa gambaran hematologi meliputi pemeriksaan jumlah eritrosit dan leukosit, nilai hemoglobin (Hb) dan packet cell volume (PCV). Hasil pemeriksaan pada penelitian ini didapatkan bahwa semua 10 ekor kucing (100%) menunjukkan gejala klinis tidak urinasi lebih dari 24 jam, pembesaran dan distensi VU, penurunan nafsu makan dan minum, lemas dan 3 ekor kucing (30%) menunjukkan penurunan reflek kesadaran. Semua kucing dalam penelitian ini berjenis kelamin jantan, terdiri dari 8 ekor (80%) berumur 13-24 bulan dan 2 ekor (20%) berumur lebih dari 24 bulan. Hasil pemeriksaan VU menggunakan USG didapatkan adanya peradangan dinding pada 9 ekor (90%), penebalan dinding pada 7 (70%) ekor dan adanya urolit pada 9 (90%) ekor kucing. Hasil pemeriksaan hematologi didapatkan semua parameter darah yang diperiksa dalam batasan yang normal. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa stasis urin total menunjukkan gejala klinis tidak urinasi, penurunan nafsu makan, pembesaran dan distensi VU yang pada pemeriksaan menggunakan USG menunjukkan adanya keradangan dan penebalan dinding VU dan ditemukan urolit.
Pemilihan Antibiotika pada Anjing Diare yang Terinfeksi Escherichia coli Soedarmanto Indarjulianto; Sitarina Widyarini; Gede Bayu Suparta; Alfarisa Nurrurozi; Yanuartono .; Slamet Raharjo; Yeremia Yobelino Sitompul; Ika Tidariani; Anna Ekawati; Mega Cahya Nalasukma
Jurnal Sain Veteriner Vol 39, No 1 (2021): April
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.60327

Abstract

Diare adalah penyakit yang sering ditemukan pada anjing dan Escherichia coli merupakan salah satu yang dianggap sebagai penyebabnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan diagnosis diare pada anjing yang disebabkan E. coli dan menentukan pilihan antibiotika sebagai terapi utama. Sebanyak 3 pasien anjing diare digunakan di dalam penelitian ini. Semua anjing diperiksa secara fisik dan E. coli diidentifikasi dari sampel fesesnya. Sampel feses dipupuk pada agar Harlequin™ E. coli/Coliform Medium dan diinkubasi pada 37 °C selama 24 jam. Koloni yang tumbuh diamati, dicat Gram dan diperiksa di bawah mikroskop. Bakteri selanjutnya diuji sensitivitasnya terhadap amoxicillin, chloramphenicol, doxycycline dan enrofloxacin menggunakan metode disk difusi. Zona pertumbuhan bakteri diukur dan dibandingkan dengan standar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa E. coli ditemukan pada semua (3) sampel feses anjing diare. Semua bakteri tersebut sensitif terhadap chloramphenicol dan 1 isolat sensitif terhadap amoxicillin, tetapi isolat lainnya berifat intermedier sampai resisten terhadap amoxicillin, doxycylin dan enrofloksasin. Kesimpulan penelitian ini adalah E. coli dapat berperan sebagai penyebab diare  pada anjing dan chloramphenicol adalah antibiotika pilihan utama untuk terapi.