M Jazuli
Unknown Affiliation

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

MEMPERTIMBANGKAN KONSEP PENDIDIKAN SENI (Considering the Concept of Art Education) Iryanti, V Eny; Jazuli, M
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 2, No 2 (2001)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v2i2.851

Abstract

Seni mempunyai peran yang sangat penting, yaitu sebagai kebutuhandasar pendidikan manusia (Bacis Experience in Education), memenuhikebutuhan dasar estetika, pengembangan sikap dan kepribadian, dandeterminan terhadap kecerdasan lainnya. Pendiidkan seni yangebrdimensi mental (moral) sesungguhnya dapat membantu kecerdasanemosional dan intelektual, menghargai pluralitas budaya dan alamsemesta, menumbuhkan daya imaginasi, motivasi, dan harmonisasi siswadalam menyiasati atau menanggapi setiap fenomena sosial budaya.Kata Kunci : pendidikan seni, kompetensi
MITOS DAN POSISI SENIMAN DALAM ERA GLOBALISASI Jazuli, M
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 1, No 1 (2000)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v1i1.834

Abstract

Globalisasi yang tengah merambah pada masyarakat dunia dewasa ini nampaknya lebih dipahami sebagai peristiwa dan proses kebudayaan. Hal  ini berarti pula berhubungan dengan lembaga, sistem, dan strategi global  dari pelakunya. Dalam globalisasi bukan hanya merupakan fenomena  budaya melainkan juga fenomena komersial yang membentuk keseragaman tertentu sekaligus membutuhkan perbedaan tertentu sebagai identitas dalam permainan suatu sistem dunia. Dalam konteks ini bukan saja tenaga dan pemikiran yang dijual tetapi komitmen dan loyalitas dari peran aktor. Implikasi fenomena global tersebut dalam jagad seni pertunjukan agaknya sering menimbulkan mitos, yang kemudian melahirkan suatu posisi-posisi tertentu pada diri sang seniman. Mitos tersebut terlihat dari tiga sikap pada  sebagian seniman, yaitu: 1) sikap yang mengarah pada kegairahan estetika yang berlebihan sehingga sering mengabaikan nilai dari seni yang memberikan pencerahan bagi kehidupan manusia; 2) sikap yang mengarah pada semangat yang meluap-luap untuk menjadi diri pribadi tanpa disertai semangat mencari nilai yang lebih bermakna; 3) sikap yang  mengarah pada pengkultusan terhadap diri seorang tokoh tertentu yang telah menduduki posisi elite. Dengan mitos semacam itu tak pelak kemudian muncul tiga posisi seniman, yaitu: sebagai reproduktor, akomodator, dan emansipator. Masing-masing posisi mempunyai tanggung jawab dan konsekuensi sendiri.
TARI SEBAGAI TERAPI BIMBIN6AN BAGI ANAK CACAT MENTAL Jazuli, m
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 1, No 1 (2000)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v1i1.836

Abstract

Cacat mental merupakan keadaan kemampuan mental di bawah normal yang tidak dapat disembuhkan, tetapi bias diperingan melalui pendidikan, bimbingan, latihan, dan perlakuan-perlakuan khusus. Apabila secara wajar seni tari dimengerti sebagai pelajaran inti dan penuh dengan perencanaan, maka dapat berfungsi sebagai katalisator bagi pertumbuhan seseorang dan sebagai penyatu banyak disiplin, termasuk pemberian perlakuan khusus seperti tersebut di atas. Tari dapat dimanfaatkan sebagai alat sekaligus sebagai proses dan produkpendidikan dalam kesatuan totalitas dari kehidupan manusia. Tari dapat merupakan metode yang relative ideal untuk mencapai keseimbangan daya tahan dan kontrol tubuh, serta pembentukan jiwa melalui pengalaman emosi imajinatif dan ungkapan kreatif. Semua itu barangkali sangat dibutuhkan oleh anak manusia, tidak terkecuali anak penyandang cacat mental. Persoalannya mungkin hanva terletak pada bagaimana strategi, metode, dan esensi tari sebagai materi bimbingan bagi anak pengandang cacat mental.
KRITIK SENI PERTUNJUKAN (Critic of The Performing Art) Jazuli, M
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 2, No 2 (2001)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v2i2.855

Abstract

Tiadanya kritik berarti salah satu informasi budaya tak sampai. Tiada kritik,maka nilai-nilai dan kualitas karya seni tak dapat dikenali dan dipahami.Kritik bukan hanya bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangankhasanah seni, melainkan juga dapat memacu kreatifitas seni man danmeningkatkan daya apresiasi khalayak luas. Namun mengkritik karya senitidaklah mudah, karena membutuhkan kedewasaan dan kearifan daripengkritiknya. Selain itu, sebuah kritik seni harus mempertahankanaktifitas-aktifitasnya yang memancarkan kejelasan dan kekuatanproporsional dan mampu menyertakan posisinys (stage of the art) diantara jenis karya seni yang menjadi objek kritik .Kata Kunci : kritik, kritikus
MODEL PEMBELAJARAN TARI PENDIDIKAN PADA SISWA SD/MI SEMARANG Jazuli, M
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 10, No 2 (2010)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v10i2.59

Abstract

The underlying problem of this study is what learning model of Educational Dance is used for elementary school students in Semarang. This study employs qualitative approach using library research, interview, and direct observation as the methods of data collection. The subject of the study is the learning model of educational dance at elementary schools in Semarang district. Data analysis was conducted through descriptive analysis method. The study shows that learning model used for educational dance at elementary school is explorative model using observation evaluation technique. The learning model includes: first, materials of movement lesson that covers body realization, mastery of basic movements, and movement development. Second, movements that reflect thought, feeling, and communication medium. Third, the direction of dance lesson covers aspects such as delight, creativity, communication, and aesthetics. Fourth, students’ character development that embeds in the learning process implicates in students’ attitude, such as the growing self-confidence, concern, tolerance, and responsibility. It is then concluded that the components of learning model of educational dance for elementary school, based on regulation number 19 article number 19 year 2005, are met in the explorative model because it shows the existence of dimensions that are interactive, inspiring, fun, challenging, motivating students to actively participate, and giving rooms necessary for initiative, creativity, and autonomy in accordance to students’ talent, interest, physical and psychological development. Kata kunci : model pembelajaran, tari pendidikan
POPULARITAS SINDHEN Jazuli, M
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 9, No 2 (2009)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v9i2.637

Abstract

Apparently, the sindhèn life, today, have not been far from celebrities one or otherarties with many other styles and beautiful tricked performances. Therefore, it isnatural, that every sindhèn always wants to be popular, famous, and amazed bymany people with the result that they can do the ways to reach what they wantto. But, how to be a sindhèn, what trick to get to become a popular sindhèn, andhow to hold their existence so that they constantly get interest of wide society.The questions above will be answered in this article which is a research result ofpopular sindhèn in Semarang by using quantitative paradigm. First, the ways tobe a sindhèn has four factors, namely the way to learn, its surrounding, socialassociate, and laku brata. Second, the sindhèn popularity is appeared from theirhigh stage-performance (20 to 25 times per month), the stage area reach out ofprovince, quality of artistic trough their special style, having wide influentialsponsor, and getting compensation between four to five millions each their stage.Third, the ways of sindhèn to maintain their attractive power for society attentionare taken on such as : (1) maintaining pattern and increasing quality and itscharacteristic, namely trough the colour of their soft voices, making gregel andwiledan so that their voices always impress such as tregel, rongêh, renyah, and berakfor the listeners; (2) they must be self confidence in pesindhênan, there is no otherjob except the sindhèn , such as langgam, campursari, and keroncong dangdut; (3)they must plait together social relation to the people who have wide influence aswell as art organisations; (4) they always surrender to the god trough laku brataas their belief.Key word: sindhén, popularitas
TARI SEBAGAI TERAPI BIMBIN6AN BAGI ANAK CACAT MENTAL Jazuli, m
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 1, No 1 (2000)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v1i1.836

Abstract

Cacat mental merupakan keadaan kemampuan mental di bawah normal yang tidak dapat disembuhkan, tetapi bias diperingan melalui pendidikan, bimbingan, latihan, dan perlakuan-perlakuan khusus. Apabila secara wajar seni tari dimengerti sebagai pelajaran inti dan penuh dengan perencanaan, maka dapat berfungsi sebagai katalisator bagi pertumbuhan seseorang dan sebagai penyatu banyak disiplin, termasuk pemberian perlakuan khusus seperti tersebut di atas. Tari dapat dimanfaatkan sebagai alat sekaligus sebagai proses dan produkpendidikan dalam kesatuan totalitas dari kehidupan manusia. Tari dapat merupakan metode yang relative ideal untuk mencapai keseimbangan daya tahan dan kontrol tubuh, serta pembentukan jiwa melalui pengalaman emosi imajinatif dan ungkapan kreatif. Semua itu barangkali sangat dibutuhkan oleh anak manusia, tidak terkecuali anak penyandang cacat mental. Persoalannya mungkin hanva terletak pada bagaimana strategi, metode, dan esensi tari sebagai materi bimbingan bagi anak pengandang cacat mental.
KRITIK SENI PERTUNJUKAN (Critic of The Performing Art) Jazuli, M
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 2, No 2 (2001)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v2i2.855

Abstract

Tiadanya kritik berarti salah satu informasi budaya tak sampai. Tiada kritik,maka nilai-nilai dan kualitas karya seni tak dapat dikenali dan dipahami.Kritik bukan hanya bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangankhasanah seni, melainkan juga dapat memacu kreatifitas seni man danmeningkatkan daya apresiasi khalayak luas. Namun mengkritik karya senitidaklah mudah, karena membutuhkan kedewasaan dan kearifan daripengkritiknya. Selain itu, sebuah kritik seni harus mempertahankanaktifitas-aktifitasnya yang memancarkan kejelasan dan kekuatanproporsional dan mampu menyertakan posisinys (stage of the art) diantara jenis karya seni yang menjadi objek kritik .Kata Kunci : kritik, kritikus
MEMPERTIMBANGKAN KONSEP PENDIDIKAN SENI (Considering the Concept of Art Education) Iryanti, V Eny; Jazuli, M
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 2, No 2 (2001)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v2i2.851

Abstract

Seni mempunyai peran yang sangat penting, yaitu sebagai kebutuhandasar pendidikan manusia (Bacis Experience in Education), memenuhikebutuhan dasar estetika, pengembangan sikap dan kepribadian, dandeterminan terhadap kecerdasan lainnya. Pendiidkan seni yangebrdimensi mental (moral) sesungguhnya dapat membantu kecerdasanemosional dan intelektual, menghargai pluralitas budaya dan alamsemesta, menumbuhkan daya imaginasi, motivasi, dan harmonisasi siswadalam menyiasati atau menanggapi setiap fenomena sosial budaya.Kata Kunci : pendidikan seni, kompetensi
MODEL PEMBELAJARAN TARI PENDIDIKAN PADA SISWA SD/MI SEMARANG Jazuli, M
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 10, No 2 (2010)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v10i2.59

Abstract

The underlying problem of this study is what learning model of Educational Dance is used for elementary school students in Semarang. This study employs qualitative approach using library research, interview, and direct observation as the methods of data collection. The subject of the study is the learning model of educational dance at elementary schools in Semarang district. Data analysis was conducted through descriptive analysis method. The study shows that learning model used for educational dance at elementary school is explorative model using observation evaluation technique. The learning model includes: first, materials of movement lesson that covers body realization, mastery of basic movements, and movement development. Second, movements that reflect thought, feeling, and communication medium. Third, the direction of dance lesson covers aspects such as delight, creativity, communication, and aesthetics. Fourth, students’ character development that embeds in the learning process implicates in students’ attitude, such as the growing self-confidence, concern, tolerance, and responsibility. It is then concluded that the components of learning model of educational dance for elementary school, based on regulation number 19 article number 19 year 2005, are met in the explorative model because it shows the existence of dimensions that are interactive, inspiring, fun, challenging, motivating students to actively participate, and giving rooms necessary for initiative, creativity, and autonomy in accordance to students’ talent, interest, physical and psychological development. Kata kunci : model pembelajaran, tari pendidikan