I Gede Herry Purnama
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

STUDI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK DENGAN BIOFILTER MEDIA IJUK I Wayan Eka Parama Putra; I Gede Herry Purnama
ARCHIVE OF COMMUNITY HEALTH Vol 8 No 2 (2021): Agustus 2021
Publisher : Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Berasosiasi Dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/ACH.2021.v08.i02.p11

Abstract

ABSTRAK Hotel di kawasan pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil limbah cair domestik. Pengolahan limbah cair domestik dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan ijuk sebagai media biofilter untuk mengolah limbah cair domestik dari hotel. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimental. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dari hasil pengujian laboratorium. Pada penelitian ini parameter yang akan diteliti adalah BOD5, COD, TDS, dan pH. Berdasarkan sampel yang diambil di salah satu hotel di Kota Denpasar, nilai rata-rata parameternya antara lain: BOD5 sebesar 86,71 mg/L, COD sebesar 122,3 mg/L, TDS sebesar 529 mg/L, dan pH 8. Sebelum diuji dilakukan seeding selama 2 minggu untuk menumbuhkan bakteri di dalam reaktor. Efektivitas sistem yang diperoleh selama 5 minggu pengujian memiliki nilai rata-rata sebesar 33,05%, dengan persentase efektivitas penurunan parameter pencemar antara lain: BOD sebesar 46,47%, COD sebesar 39,88%, TDS sebesar 12,81%. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja reaktor seperti: air limbah yang dipergunakan memiliki kualitas yang fluktuatif, cara penyusunan media biofilter, dan kondisi lingkungan saat penelitian dilakukan. Kata Kunci: Ijuk, Biofilter, Air Limbah Domestik ABSTRACT Hotels in tourism areas are a source of domestic wastewater. Domestic wastewater treatment is carried out to prevent environmental pollution. This study aims to determine the effectiveness of using palm fiber as a biofilter medium to treat domestic wastewater from hotels. The research design used was quasi experimental. The data used in this study are primary data from laboratory test results. In this study, the parameters to be studied are BOD2, COD, TDS, and pH. Based on samples taken at a hotel in Denpasar City, the average parameter values include: BOD5 of 86.71 mg/L, COD of 122.3 mg/L, TDS of 529 mg/L, and pH of 8. Before being tested, seeding was carried out for 2 weeks to grow bacteria in the reactor. The system effectiveness obtained during the 5 weeks of testing has an average value of 33.05%, with the percentage of effectiveness of decreasing pollutant parameters, among others: BOD of 46.47%, COD of 39.88%, TDS of 12.81%. There are several factors that affect the performance of the reactor, such as: the quality of the wastewater used is fluctuating, the way the biofilter media is prepared, and the environmental conditions when the research is carried out. Keywords: Palm Fibers, Biofilter, Domestic Wastewater
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU PENJUAL TERHADAP PELARANGAN PENGGUNAAN KANTONG BELANJA PLASTIK SEKALI PAKAI DI PASAR TRADISIONAL BADUNG KOTA DENPASAR Elbena Bani Nathania; I Gede Herry Purnama
ARCHIVE OF COMMUNITY HEALTH Vol 7 No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Berasosiasi Dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/ACH.2020.v07.i02.p02

Abstract

ABSTRAK Indonesia merupakan Negara kedua penyumbang sampah plastik yang dibuang ke laut pada tahun 2015 mencapai 187,2 juta ton. Beberapa kota di Indonesia akhirnya melakukan diet plastik, sebagai upaya untuk mengurangi penggunaan kantong plastik termasuk Denpasar. Pemerintah kota Denpasar mengeluarkan Peraturan Wali Kota (Perwali) Nomor 36 Tahun 2018 mengenai pelarangan penggunaan kantong plastik di Denpasar pada pusat perbelanjaan dan pasar modern pada tanggal 1 Januari 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku penjual terhadap pelarangan penggunaan kantong belanja plastik sekali pakai di pasar Badung kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan total sampel penjual di Pasar Badung sebanyak 86 orang. Pengambilan data dilakukan secara langsung kepada penjual dengan wawancara menggunakan kuesioner pengetahuan, sikap, dan perilaku. Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling pada penjual di Pasar Badung. Analisis data menggunakan analisis univariat secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa penjual yang berpengetahuan baik (53,49%), sikap baik (55,81%) dan perilaku kurang baik (50%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan dan sikap baik namun masih banyak responden yang berperilaku kurang baik.
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA DI DESA RIANG GEDE, KECAMATAN PENEBEL, TABANAN Made Ayu Hitapretiwi Suryadhi; Putu Ayu Rhamani Suryadhi; I Gede Herry Purnama
ARCHIVE OF COMMUNITY HEALTH Vol 2 No 2 (2013): Desember (2013)
Publisher : Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Berasosiasi Dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3095.613 KB)

Abstract

Pesticide use amongst farmers remains high in Bali. Pesticide use causes acute- to chronic- health effects. This study focusses on assessing the use of protective gear amongst farmers using pesticides and measuring their hemoglobin level.This was a cross-sectional study in 71 male farmers in the village of Riang Gede, Penebel, Tabanan, Bali. Data was collected by interview and blood test. Analysis was performed using SPSS 18.0.Mean age of farmers was 51,2 years and mean body mass index (BMI) was 21,5 kg/m2. Most of the farmershad an education level of primary school. Use of full protective gear was low for mask, boot, eye-protection, and gloves. Hemoglobin level was abnormal in 49,3% of farmers with a mean hemoglobin level of 12,2 g/dl which was lower than that of the normal population.This study showedthat the use of appropriate protective gear is low and that pesticide use might contribute to the lowering of hemoglobin level.
BIOAKUMULASI DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN MASYARAKAT DARI PENCEMARAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA IKAN YANG DITANGKAP DI TUKAD BADUNG, DENPASAR Ni Putu Gita Saraswati Palgunadi; I Gede Herry Purnama
ARCHIVE OF COMMUNITY HEALTH Vol 9 No 1 (2022): April 2022
Publisher : Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Berasosiasi Dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/ACH.2022.v09.i01.p03

Abstract

Tukad Badung is a river that crosses Badung and Denpasar Regencies. 3 locations are often used for fishing, namely Tukad Korea, Fishing Park, and Muara Dam. Previous research showed that this river polluted by Pb and Cd. This research is a descriptive observational study with a field survey method on levels of lead and cadmium in fish that have been caught in Tukad Badung and survey of fish consumption habits to predict public health risks. This study uses an Environmental Health Risk Analysis (EHRA) approach. Fish samples selection used purposive sampling and convenient sampling for respondent selection. Laboratory results showed that the levels of Pb in mujair ranged from 0.1104-0.5012 ppm, and in Tilapia ranged from 0.0928-0.4462 ppm. The average lead in the two types of fish has exceeded the maximum limit of Pb in fish as regulated in PerBPOM No.23.2017. Health risk calculations showed the value of EDI show that the daily intake of Pb is classified as high risk. THQ value of Pb indicates a low level of non-carcinogenic risk. TR value for Pb indicates a low level of carcinogenic risk. Meanwhile, the value of EDI, THQ, HI and TR of Cd could not be calculated. Keywords: Lead, Cadmium, Fish, Environmental Health Risk Assessment
METODE-METODE PENGOLAHAN AIR GAMBUT YANG EFEKTIF DALAM MENURUNKAN INTENSITAS WARNA AIR SUNGAI KAHAYAN: SYSTEMATIC LITERATURE REVIEW Lentar Aditya Djinu; I Gede Herry Purnama
ARCHIVE OF COMMUNITY HEALTH Vol 8 No 3 (2021): Desember 2021
Publisher : Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Berasosiasi Dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/ACH.2021.v08.i03.p06

Abstract

ABSTRAKAir gambut adalah salah satu air permukaan yang terdapat pada daerah gambut yang tersebar di dataran rendah seperti di wilayah Sumatra dan Kalimantan. Karakteristik air gambut sendiri memiliki intensitas warna yang cukup tinggi (berwarna merah kecoklatan). Air gambut sering digunakan masyarakat untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan memiliki risiko membawa penyakit yang dapat mengganggu kesehatan tubuh. Tujuan pada penelitian ini untuk meninjau dan mengetahui metode-metode pengolahan air gambut yang efektif dalam menurunkan intensitas warna pada artikel-artikel penelitian selama satu dekade terakhir. Metode Systematic Literature Review yang digunakan pada penelitian ini, dengan sumber literatur yang ditemukan pada portal Google Scholar, Science Direct, dan Garuda Ristekbrin. Pencarian dilakukan dengan kata kunci “pengolahan air”, “menurunkan intensitas warna”, “air gambut”, “water treatment", "reducing color intensity", dan "peat water". Setelah artikel melalui proses peninjauan terdapat 16 artikel dan ditemukan Pengolahan berbeda-beda. Pengolahan Secara kimia menggunakan proses koagulasi dan flokulasi, pengolahan secara fisik menggunakan proses filtrasi, dan pengolahan secara biologis dengan penambahan bakteri yang dapat membantu penguraian zat organik pada air gambut. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010, kualitas warna air ditetapkan maksimum 15 TCU. Metode pengolahan air yang paling efektif untuk menurunkan intensitas warna secara kimia dengan efisiensi penurunan warna mencapai 99,20%.Kata Kunci: Systematic Literature Review, Metode Pengolahan, Air Gambut, Efektif, Penurunan Intensitas Warna.
ANALISIS KUALITAS BAKTERIOLOGIS, KANDUNGAN LOGAM BERAT, SERTA PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH DAN LIMBAH CAIR PADA MASYARAKAT DI SEKITAR SUNGAI AYUNG, DESA KESIMAN PETILAN – KOTA DENPASAR Ni Luh Made Angnidiah Sri Sahanita Bawanti Rahmi; I Gede Herry Purnama
ARCHIVE OF COMMUNITY HEALTH Vol 8 No 3 (2021): Desember 2021
Publisher : Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Berasosiasi Dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/ACH.2021.v08.i03.p07

Abstract

ABSTRAKSungai memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat, mulai dari untuk sarana irigasi hingga dijadikan sumber air baku untuk air bersih. Namun, keberadaan sungai saat ini terancam oleh adanya pencemaran. Sebagai salah satu sungai terpanjang di Provinsi Bali, Sungai Ayung juga memiliki potensi untuk dijadikan objek wisata. Hal ini menyebabkaan kelestarian Sungai Ayung perlu dijaga. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air sungai pada segmen yang akan dijadikan area wisata air baru, dilihat dari sisi bakteriologis dan kandungan logam berat pada sedimen sungai, serta untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat di bantaran Sungai Ayung dalam pengelolaan sampah dan limbah cair. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif. Hasil menunjukkan bahwa secara keseluruhan, kandungan Coliform dan Escherecia coli pada ketiga segmen Sungai Ayung melebihi batas normal, sehingga air Sungai Ayung sudah tercemar dari sisi bakteriologis dan logam berat. Selain itu, perilaku masyarakat dalam membuang sampah dan limbah cair rumah tangga di sekitar Sungai Ayung masih perlu ditingkatkan agar tidak mencemari lingkungan dan Sungai Ayung. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian Sungai Ayung.Kata kunci: Bakteriologis, Logam Berat, Sampah, Limbah Cair, Sungai Ayung
IMPLEMENTASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN MELALUI SISTEM BANK SAMPAH DI RSU SURYA HUSADHA DENPASAR BALI Khairul Hamdi; I Gede Herry Purnama
ARCHIVE OF COMMUNITY HEALTH Vol 6 No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Berasosiasi Dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.09 KB) | DOI: 10.24843/ACH.2019.v06.i02.p09

Abstract

ABSTRAK Dari hasil observasi implementasi pengelolaan limbah B3 dengan sistem bank sampah pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Kehutanan RI No 56 Tahun 2015 Pasal 38 di RSU Surya Husadha tidak semua jenis limbah B3 bisa dilakukan pengelolaan karena kendala pada sarana dan prasarana, limbah B3 yang bisa dilakukan desinfeksi adalah infusan bekas dan kemasan cairan Hemodialisa. Hasil implementasi pengelolaan limbah B3 dapat menggunakan mekanisme sistem bank sampah sehingga proses pengelolaan dan administrasi tercatat dengan baik. Pemasukan pengelolaan limbah non B3 infusan bekas dan kemasan cairan Hemodialisa dari bulan Desember 2018 sampai dengan April 2019 mencapai Rp2.304.442,-/Bulan tidak sesuai dengan perhitungan estimasi yang mencapai Rp 4.200.000/Bulan karena dipengaruhi dengan jumlah kunjungan. Faktor penghambatan dalam implementasi program ini adalah sumberdaya manusia yang terbatas, sarana dan prasarana belum memadai seperti tidak ada alat pencabut jarum suntik dengan spuit bekas dan tidak tersedia alat penghancur ampul kaca kemasan bekas B3, Uji limbah cair tidak memenuhi baku mutu.Belum adanya pelarut yang sesuai dengan sifat pencemar dan dapat menghilangkan zat pencemar yang dapat dibuktikan secara ilmiah. Kata Kunci : Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor 56 Tahun 2015, Bank Sampah
UJI EFEKTIVITAS BATU VULKANIK DAN ARANG SEBAGAI MEDIA FILTER PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PENGOLAHAN CONSTRUCTED WETLAND Made Pasek Arya Suwahdendi; I Gede Herry Purnama
ARCHIVE OF COMMUNITY HEALTH Vol 5 No 1 (2018): Juni (2018)
Publisher : Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Berasosiasi Dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.065 KB) | DOI: 10.24843/ACH.2018.v05.i01.p09

Abstract

ABSTRAKUsaha laundry saat ini tumbuh dengan pesat sehingga berpotensi untuk mencemari lingkungan karena air limbah yang dihasilkan seringkali dibuang ke badan air tanpa diolah terlebih dahulu. Salah satu pengolahan limbah yang dapat digunakan pada usaha laundry khususnya yang ada di Bali adalah sistem pengolahan air limbah model constructed wetland. Pada penelitian ini diketahui efektivitas model pengolahan air limbah Vertical Flow Subsurface Flow Constructed Wetland yang menggunakan media filter batu vulkanik kintamani dan arang kayu, serta menggunakan tanaman serai (Cymbopogon citratus) dalam mengolah air limbah laundry yang diukur berdasarkan parameter Total Fosfat dan Amonia. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas sistem penurunan Total Fosfat dan Amonia selama 5 minggu pada masing-masing reaktor, yaitu; reaktor 1 (50% batu vulkanik, 50% arang) sebesar 26,69%, reaktor 2 (75% batu vulkanik, 25% arang) sebesar 37,32%, reaktor 3 (25% batu vulkanik, 75% arang) sebesar 20,94%, reaktor 4 (100% batu vulkanik) sebesar 26,91%, reaktor 5 (100% arang) sebesar 55,17%. Berdasarkan hasil penelitian, reaktor sistem constructed wetland yang digunakan dalam penelitian ini belum efektif dalam mengolah air limbah laundry, apabila diterapkan pada laundry lainnya akan menghasilkan kinerja yang lebih rendah karena nilai parameter air limbah pada laundry lainnya dapat lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan laundry dalam penelitian ini.Kata kunci : Constructed Wetland, Batu Vulkanik, Arang, Total Fosfat, Amonia
Health Risks Assessment of Heavy Metal from Consumption of Oreochromis Mossambicus and Oreochromis Niloticus in Denpasar, Bali Ni Made Utami Dwipayanti; I Gst. Ayu Kunti Sri Panca Dewi; Ni Putu Gita Saraswati Palgunadi; Muliana Rofida; Ni Ketut Sutiari; I Gede Herry Purnama
JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN Vol. 13 No. 4 (2021): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jkl.v13i4.2021.250-258

Abstract

Introduction: Heavy metals in the environment can accumulate in organisms through the food chain process. Previous studies recorded heavy metal concentrations above threshold limits value in Badung river, which warrants monitoring adverse health outcomes due to consuming fish from this river. This research aimed to estimate the potential risk from heavy metals exposure, namely Pb, Cd, Cu, and Cr, due to fish consumption. Methods: Fish samples were limited to Oreochromis Mossambicus and Oreochromis niloticus, commonly known as tilapia. Twenty samples of composite fish muscles were collected from three fishing sites. Subsequently, the heavy metals present in the samples were quantified using an atomic absorption spectrophotometer (AAS), and health risks were assessed by calculating estimated daily intake (EDI) and target hazard quotient (THQ) for both carcinogenic and non-carcinogenic risks. Results and Discussion: The average concentrations of Pb in Oreochromis Mossambicus (6.35±3.21 mg/kg) and Oreochromis niloticus (6.09±3.07 mg/kg) exceed the threshold limits value for fish products, but other heavy metals remain below. The average EDI from consuming Oreochromis Mossambicus with Pb is 0.0025-0.0026 mg/kg/days; Cu is 0.0037- 0.0062 mg/kg/day; Cr is 0.0001 mg/kg/day. EDI from consuming Oreochromis niloticus with Pb is 0.0015-0.0025 mg/kg/day; and 0.00 mg/kg/day for Cu and Cr. The THQ calculation for carcinogenic and non-carcinogenic health risks showed no health risk from consuming the fish from the Badung River. Conclusion: The study concludes that the consumption of Oreochromis Mossambicus and Oreochromis niloticus from the Badung River was generally safe from potential health risks.
STUDY OF REMOVAL EFFICIENCY OF BOD5, COD, TSS AND COLOR CONTAINMENT IN WASTE DYEING INDUSTRY USING CONSTRUCTED WETLAND METHOD I Gede Herry Purnama; , Ni Made Utami Dwipayanti
SIMBIOSIS Vol 6 No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Biologi Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.102 KB) | DOI: 10.24843/JSIMBIOSIS.2018.v06.i02.p07

Abstract

ABSTRACT Dyeing industries as part of textile processess produce wastewater which affect water bodies and harmfull for living organism in water caused by moderate organic compounds and high color. This study use free floating macrophytes constructed wetland methods with water hyacinth plant (Eichornia crassipes) to determine level of removal efficiency of BOD5, COD, TSS, and color intensity of wastewater from one of dyeing industry in Denpasar. Experiment was carried out in a laboratory scale to study the influence of plant on the treatment efficiency of waste water. This study was descriptive quantitative with BOD5, COD, TSS, and color intensity testing from dyeing wastewater. The result of the experiment shows the removal efficiency of BOD5 is 11,06% - 53,09%, COD is 8,31% - 55,22%, TSS is 6,84%, - 59,47%, and color intensity is 7,54% - 34,8% and the pH range is 7,33 – 8,90. Organic loading rate range is 424,57kg/ha.d - 2233,88 kg/ha.d. It summarized that constructed wetland using water hyacinth has low BOD5, COD, TSS, and color removal efficiency due to some effluent sample are higher than quality standard of Kep.Men.51/Men.LH/10/1995. Furthermore, the batch reactor test with no prior treatment result showed water hyacinth has low efficieny to remove color from dyeing waste water. Keywords: removal efficiency, dyeing wastewater, constructed wetland, water hyacinth