Desak Gde Diah Dharma Santhi
Departemen Patologi Klinis, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PROFIL PEMBERIAN ANTIBIOTIK DAN PERBAIKAN KLINIS DEMAM PADA PASIEN ANAK DENGAN DEMAM TIFOID DI RSUP SANGLAH DENPASAR Putu Bihan Surya Kinanta; Desak Gde Diah Dharma Santhi; Anak Agung Ngurah Subawa
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 3 (2020): Vol 9 No 03(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.383 KB) | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i3.P03

Abstract

Demam tifoid merupakan masalah kesehatan di Indonesia karena insiden demam tifoid yang tinggi dan terus meningkat. Diperkirakan 1,08 juta kasus demam tifoid baru terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Terapi antibiotika merupakan terapi utama pada demam tifoid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil antibiotik pada pasien anak dengan demam tifoid yang diberi antibiotik dan mengetahui perbaikan gambaran klinis demam tifoid anak pada pemberian berbagai antibiotik di RSUP Sanglah Denpasar. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross-sectional analitik dengan pengambilan data secara retrospektif. Sampel diambil dari rekam medis pasien demam tifoid anak yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar. Teknik pemilihan subjek menggunakan total sampling. Subjek merupakan pasien demam tifoid anak yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar. Total sampel diperoleh sebanyak 25 pasien demam tifoid anak. Golongan antibiotik yang digunakan di RSUP Sanglah adalah kloramfenikol, seftriakson, ampisilin, sefiksim, dan antibiotik yang paling banyak digunakan adalah seftriakson (60%) dengan rute pemberian secara intravena (80%) dengan dosis 2gr/hari (40%) selama 5 hari (24%). Rerata lama perbaikan klinis demam menggunakan antibiotik kloramfenikol adalah 6 + 1 hari, seftriakson 5 + 1 hari, ampisilin 6 + 1 hari dan sefiksim 5 + 2 hari. Dapat disimpulkan bahwa hasil analisis statistik dengan uji One Way Anova menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antar penggunaan jenis antibiotik dengan lama perbaikan klinis demam. Diharapkan parameter ini dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas waktu dalam pengobatan demam tifoid anak. Kata kunci: Demam tifoid, Jenis antibiotik, Anak
Perbedaan rerata jumlah trombosit pada pasien demam berdarah dengue dengan manifestasi perdarahan negatif-ringan dan sedang-berat di RSUP Sanglah tahun 2015 dinda Pradnya Paramitha Paturusi; Desak Gde Diah Dharma Santhi; Sianny Herawati
E-Jurnal Medika Udayana Vol 7 No 1 (2018): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.505 KB)

Abstract

Thrombocytopenia is one of several factors causing bleeding in Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) patients. This study was conducted to determine the characteristic of bleeding, the mean and median, and difference of mean thrombocyte count on DHF patients with negative-mild and moderate-severe bleeding manifestations at Sanglah General Hospital in 2015. This type of research is cross sectional observational analytic. Samples taken at the Sanglah General Hospital medical record. Samples obtained by consecutive sampling method and meet the inclusion and exclusion criteria. After obtaining the sample, the next procedure is to record the data that is needed in research, such as demographic data of patients, thrombocyte counts, and bleeding manifestations. Then different test were analyzed with Mann Whitney test. Of the 90 samples that meet the criteria, obtained 71,1% had negative-mild bleeding and 28.9% had moderate-severe bleeding. On the negative-mild bleeding, the most type of bleeding is negative, while in the moderate-severe bleeding is vaginal bleeding. Found also the mean and median for bleeding in negative-mild bleeding is 41.619/µl and 31.000/µl, and in moderate-severe bleeding is 26.691/µl and 22.700/µl. From Mann Whitney test p-value = 0,015 was obtained. It can be concluded that there is a significant difference between the mean thrombocyte counts in DHF patients with negative-mild bleeding and moderate-severe bleeding. Keywords: Thrombocyte, DHF, bleeding
GAMBARAN ANEMIA PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN 2016 Anak Agung Gde Bisma Sanjaya; Desak Gde Diah Dharma Santhi; Anak Agung Wiradewi Lestari
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 6 (2019): Vol 8 No 6 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.106 KB)

Abstract

Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan dunia dikarenakan prevalensinya yang terus meningkat setiap tahunnya. Penyakit ini terjadi apabila terdapat kerusakan ginjal dalam jangka waktu yang cukup lama. Penyakit ginjal kronik dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti anemia, gangguan mineral dan tulang, asidosis metabolik, ketidakseimbangan elektrolit, dan malnutrisi. Anemia dapat terjadi pada pasien PGK dikarenakan ketika ginjal mengalami kerusakan, ginjal tidak dapat memproduksi eritropoietin yang cukup. Eritropoietin dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah, sehingga produksi sel darah merah akan menurun pada pasien PGK. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran anemia pada penyakit ginjal kronik dengan parameter hemoglobin di RSUP Sanglah pada tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan metode penelitian pendekatan cross sectional (potong lintang) yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu. Penelitian menggunakan data sekunder berupa rekam medis untuk mengetahui gambaran anemia pada pasien penyakit ginjal kronik dengan parameter hemoglobin di RSUP Sanglah pada tahun 2016. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukan bahwa didapatkan 52 kasus anemia dari 54 pasien (96,3%) penderita penyakit ginjal kronik di RSUP Sanglah pada tahun 2016 berdasarkan parameter hemoglobin, dimana 7 pasien mengalami mild anemia (13,46%), 27 pasien mengalami moderate anemia (51,92%), dan 18 pasien mengalami severe anemia (34,62%). Selain itu, didapatkan persentase pasien penyakit ginjal kronik laki-laki (96,9%) yang mengalami anemia lebih besar dari pada pasien perempuan (95,5%) di RSUP Sanglah tahun 2016. Kata Kunci : Penyakit Ginjal Kronik, Anemia, Hemoglobin.
HUBUNGAN KOMPARASI PENURUNAN GLUKOSA ANTARA TABUNG VACUTAINER NaF DAN TABUNG SST PADA PASIEN DIABETES MELITUS Christian Nurtanto Putra; A. A. Ngurah Subawa; Desak Gede Diah Dharma Santhi
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 8 (2019): Vol 8 No 8 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.541 KB)

Abstract

Pengukuran kadar glukosa darah adalah salah satu tes diagnostik yang paling umum digunakan. Pengukuran yang akurat dan tepat dari glukosa darah sangat penting dalam menentukan diagnosis dan penanganan terhadap penyakit Diabetes melitus (DM). Berbagai faktor dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, dimana salah satunya adalah penggunaan antikoagulan tambahan pada tabung penyimpanan darah itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan kadar glukosa pada penggunaan tabung vacutainer NaF Oksalat dibandingkan dengan tabung SST dengan metode pemeriksaan sebelum 2 jam pengambilan darah pertama dan sesudah penundaan 8 jam. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental analitik. Sampel penelitian diambil dari darah 15 orang pasien DM yang melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah di Laboratorium Patologi Klinik RSUP Sanglah Denpasar. Dengan mengikuti metode yang sudah ada, sampel dimasukan kedalam 2 tabung yang berbeda dan dilakukan pemeriksaan sebelum 2 jam pengambilan darah pertama. Tabung disimpan selama 8 jam, kemudian dilakukan pemeriksaan kedua. Pada pemeriksaan sebelum 2 jam pengambilan darah pertama, didapatkan kadar glukosa yang lebih tiggi pada tabung NaF dengan nilai rerata sebesar 147,93 mg/dl, sedangkan tabung SST dengan nilai rerata sebesar 135,53±47,03 mg/dl. Sementara pada pemeriksaan dengan penundaan 8 jam, didapatkan nilai rerata kadar glukosa pada tabung NaF sebesar 145,67 mg/dl dan nilai rerata kadar glukosa pada tabung SST sebesar 137,87 mg/dl. Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada perbandingan kedua tabung maupun korelasi antar tabung dengan lama penyimpanan setelah dianalisis menggunakan uji statistik independent t-test dan juga paired t-test. Kata kunci: glukosa darah, tabung vacutainer SST, tabung vacutainer NaF Oksalat
INFEKSI VIRUS RABIES DI ANAK-ANAK A.A.N. Subawa; DGD. Dharma Santhi; A.A Raka Sudewi; IWP. Sutirta Yasa
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 17, No 3 (2011)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (566.285 KB) | DOI: 10.24293/ijcpml.v17i3.1093

Abstract

Rabies has been known in ancient Egypt and China since the fifth century. The disease is caused by the Rhabdovirus of the genusLyssavirus spread from animals or bats to humans by saliva. A five-year-old kid was admitted to Sanglah General Hospital on February19. 2010 with fever complaints, before admitted to the hospital, since the morning he always stuck out his tongue, bit his lips, drinkinga little of water and hard to swallow. From the anamnesis, it is known that the patient has a history of bitten by a dog on February 4.2010 at the lower eyelid and had received wound treatment and VAR, after a while having the treatment the patient eventually died onFebruary 21. 2010. According to the post-mortem sample of the LCS it is showed a positive PCR result of rabies virus infection.
SIMVASTATIN GENERIK DAP. Rasmika Dewi; DG. Diah Dharma Santhi; DM Sukrama; AA. Raka Karsana
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 20, No 2 (2014)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v20i2.1076

Abstract

This study aims to know and determine the lipid profile in patients with hyperlipidemia who consumed Generic Simvastatin comparedwith its patent product contained in the Formularium at Sanglah Hospital. The observations made, were the measurement of the totalcholesterol and low-density lipoprotein (LDL) before and after the drug administration. A total of 30 subjects who met the inclusioncriteria, were divided into two (2) groups, each group consist of 15 persons, the first group was given 20 mg generic Simvastatin(1 tablet daily) for 15 days and Group II given 20 mg patent Simvastatin (1 tablet daily) for 15 day. After 15 days, their blood sampleswere taken and examined for total cholesterol and LDL. Once the data were collected, statistical analysis was done by using the normalitytest, homogeneity and t. Statistical analysis using p-value less than or equal to 0.05 was the limit of significance. The statistical analysisshowed that the data was normally distributed and homogeneous (p≥0.05). The T-test showed that there were significant differencesin the levels of total cholesterol and LDL serum samples before and after the administration of generic simvastatin and patents the(sig.=0.000). However, there was no significant difference in decreased levels of totall cholesterol samples between the generic Simvastatinand patent (sig=0.365 with α=0.05 level). Besides this, there was also no significant difference in the decreased levels of LDL betweengeneric Simvastatin and the patent one (sig=0.372 with α=0.05 level).
Efektifitas tulisan dan gambar peringatan kesehatan pada produk rokok terhadap kesadaran merokok di Kabupaten Badung, Bali-2015 I Nyoman Gede Suyasa; Desak Gde Diah Dharma Santhi
Intisari Sains Medis Vol. 9 No. 1 (2018): (Available online: 1 April 2018)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.062 KB) | DOI: 10.15562/ism.v9i1.148

Abstract

Starting in June 2014 tobacco products circulating in Indonesia must be accompanied by pictures and written health warnings. Pictorial warnings can raise public awareness about the impact of smoking, and advocates people to stop smoking. The research objective is to analyze changes in the awareness of smokers after the Ministry of Health policy writing and picture health warnings on the pack of cigarettes. This is an observational study with sample of the population of smokers in Badung. The sample size is 100 people. Sampling is using cluster sampling method, the number of clusters as many as 10 clusters and each cluster includes 10 respondents, 10 clusters selected by PPS. Primary data collection techniques and awareness about the characteristics of smokers using a questionnaire by the officer. Analysis of data using statistical multivariance. The results of the research article health warnings on a cigarette can alter consciousness quit smoking the next 12 months amounted to 74.2% of smokers. Picture health warnings on a cigarette can alter the consciousness of quit smoking the next 12 months amounted to 91.2% of smokers. Cigarettes contain writings average time quitting is 50.42 months and picture health warnings on a cigarette average of 18.78 months to quit smoking. There is a significant difference in the average time a smoker stopped smoking after writing and picture health warnings. We conclude that text health warnings and picture health warnings on a cigarette can raise awareness to quit smoking.
Gambaran pemeriksaan serologi, darah lengkap, serta manifestasi klinis demam berdarah dengue pasien dewasa di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari sampai Desember 2016 Ni Made Stithaprajna Pawestri; D.G.D. Dharma Santhi; Anak Agung Wiradewi Lestari
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 2 (2020): (Available online: 1 August 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.454 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i2.222

Abstract

Background: A serological test of anti-dengue, complete blood count (CBC), and clinical manifestations routinely assesed in patients with dengue hemorrhagic fever (DHF).Aim: This study aimed to determine the description of the serological test, the CBC test, and clinical manifestations of DHF.Method: Research design used cross-sectional descriptive study with the non-experimental retrospective method, using medical records data of adult DHF patients at Sanglah Hospital Denpasar. The sample of the study was adult DHF impatient from January to December 2016.Result and Conclusion: Of the 110 samples, the study revealed 71 (65%) men and 39 (35%) women. As from serology, 16 (14,5%) primary infection and 94 (85,5%) secondary infection were detected. CBC test results in both primary and secondary infections showed variative value. Some of the variables with the highest number of samples in abnormal value were thrombocytes (decreased, 100% both primary and secondary infection), as against in leucocytes (decreased, 81.25% in primary infection, 48.94% in secondary infection). Haematocrit is normal for both infections. Clinical manifestations were varied such as fever and torniquet (+) are most prominent (100% both primary and secondary infections), the most prominent bleeding is in the gums (75% in primary infection, 57.69% in secondary infection), and the other clinical sign such as hepatomegaly, pleural effusion, hypoalbuminemia, cold skin, restlessness, and shock were rare observed. Latar Belakang: Pemeriksaan serologi anti dengue, darah lengkap, dan klinis mutlak dilakukan pada pasien demam berdarah dengue (DBD). Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pemeriksaan serologi, darah lengkap dan manifestasi klinis.Metode: Rancangan penelitian descriptive cross-sectional dengan metode retrospektif non-eksperimental, menggunakan data rekam medis pasien DBD dewasa di RSUP Sanglah Denpasar. Sampel penelitian adalah 110 pasien DBD dewasa rawat inap periode Januari-Desember 2016.Hasil dan Kesimpulan: Dari 110 sampel didapatkan 71 (65%) laki-laki dan 39 (35%) perempuan. Dari pemeriksaan serologi, didapatkan 16 (14,5%) pasien infeksi primer dan 94 (85,5%) infeksi sekunder. Hasil pemeriksaan darah lengkap baik pada infeksi primer maupun sekunder menunjukkan semua variabel memiliki nilai yang bervariasi. Beberapa variabel dengan jumlah sampel paling banyak pada nilai tidak normal yaitu trombosit (menurun, 100% baik infeksi primer maupun sekunder), leukost (menurun, 81,25% pada infeksi primer, 48,94% pada infeksi sekunder), hematokrit cenderung normal pada kedua infeksi, manifestasi klinis yang bervariasi, demam dan torniquet (+) yang paling menonjol (100% baik infeksi primer maupun sekunder). Selain itu, perdarahan yang paling menonjol adalah pada gusi (75% pada infeksi primer, 57,69% pada infeksi sekunder). Klinis lain seperti hepatomegali, efusi pleura, hipoalbuminemia, kulit dingin, gelisah dan syok jarang teramati.
Hubungan antara obesitas sentral dengan kadar Hba1c pada penduduk usia 30-50 tahun di Lingkungan Batursari Desa Bitera, Gianyar Putu Devita Sucitawati; DGD Dharma Santhi; AA Ngurah Subawa
Intisari Sains Medis Vol. 10 No. 3 (2019): (Available online: 1 December 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.766 KB) | DOI: 10.15562/ism.v10i3.451

Abstract

Introduction: Central obesity is condition there is an accumulation of intraabdominal and subcutaneous fat that occurs in the abdominal area which can cause insulin resistance so that glucose is difficult to enter the cell and causes blood glucose levels to increase in Type 2 Diabetes Mellitus. Waist circumference is one indicator used for measure central obesity. This study aims to determine the relationship between central obesity and HbA1c levels.Methods: This study was observational analytic with a cross sectional approach. The study population was adults aged 30-50 years in the Batursari, Bitera Village, Gianyar. Data taken included age, sex, occupation, waist circumference, BMI, HbA1c levels in 50 respondents taken by purposive sampling method. The relationship between central obesity and HbA1c levels was analyzed using Pearson correlation test with a significance level of 0.05.Result: The majority of the sample were central obesity based on waist circumference (60%). The number of respondents with HbA1c level ≥ 6.5% by 30%. Pearson Product Moment correlation test between central obesity and HbA1c level with p = 0.001 and Pearson Correlation r = 0.456.Conclusion: There is a significant positive relationship between central obesity and HbA1c levelsLatar Belakang: Obesitas sentral adalah suatu keadaan dimana adanya akumulasi lemak intraabdominal dan subkutan yang terjadi di daerah abdomen yang dapat menyebabkan resistensi insulin sehingga glukosa sulit untuk memasuki sel dan menyebabkan kadar glukosa darah meningkat pada penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2. Lingkar pinggang merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur obesitas sentral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang hubungan antara obesitas sentral dengan kadar HbA1c.Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah penduduk dewasa usia 30-50 tahun di Lingkungan Batursari, Desa Bitera, Gianyar. Data yang diambil meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, lingkar pinggang, IMT, kadar HbA1c pada 50 responden yang diambil dengan metode purposive sampling. Hubungan antara obesitas sentral dengan kadar HbA1c dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Pearson dengan derajat kemaknaan 0,05.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mengalami obesitas sentral berdasarkan lingkar pinggang (60%). Jumlah responden dengan kadar HbA1c ≥ 6,5% sebesar 30%. Uji korelasi Pearson Product Moment antara obesitas sentral dengan kadar HbA1c dengan nilai p = 0,001 dan nilai Pearson Correlation r = 0,456.Simpulan: Terdapat hubungan positif bermakna antara obesitas sentral dengan kadar HbA1c.
Prevalensi gambaran faktor risiko penyakit jantung koroner pada pasien diabetes melitus tipe-2 di RSUP Sanglah Denpasar periode 2015 Ni Putu Widya Nandasari; Desak Gde Diah Dharma Santhi; I Wayan Putu Sutirta Yasa
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 2 (2020): (Available online: 1 August 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.181 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i2.616

Abstract

Introduction: The main causes of mortality and morbidity in patients with Type-2 Diabetes Melitus (T2DM) is coronary heart disease. This study aims to describe various risk factors for coronary heart disease, modified and unmodified included among patients with T2DM in Sanglah General Hospital, within 2015.Method: The research uses descriptive cross-sectional design with total sampling technique has been used as sampling method. Data was taken from patients’s medical record within the period of January to December 2015. It was processed using SPSS 21 and presented in a frequency distribution table and crosstabulation based on risk factors. Around 48 samples which met the criteria were included in this study.Result: It was obtained that the prevalence of the unmodified risk factors of CHD in T2DM were male gender (87.5%) and aged ≥45 years old (95.8%). The modified factors are fasting blood glucose ≥126 mg/dL (83.3%), body mass index ≥25 kg/m2 (64.6%), random blood glucose ≥200 mg/dL (58.3%), HDL ≤45 mg/dL (41.7%), triglycerides ≥150 mg/dL (22.9%), blood pressure ≥140/90 mmHg (22.9%), total cholesterol ≥200 mg/dL (22.9%), and LDL ≥160 mm/dL (8.3%).Conclusion: It can be concluded that men with age ≥45 years, fasting blood glucose, body mass index, and uncontrolled random blood glucose are risk factor for CHD in T2DM in Sanglah Hospital. Therefore, monitoring of blood sugar levels and body mass index in patients with T2DM are necessary to prevent CHD. Latar Belakang: Penyebab mortalitas dan morbiditas utama pada pasien Diabetes Melitus Tipe-2 (DMT2) adalah penyakit jantung coroner (PJK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran berbagai faktor risiko penyakit jantung koroner yang tidak dapat diubah dan dapat diubah pada penderita DMT2 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah periode 2015. Metode: Penelitian menggunakan desain deskriptif cross-sectional, dan pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Data diambil berdasarkan rekam medis pasien periode Januari – Desember 2015. Kemudian data diolah menggunakan SPSS 21, dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan crosstabulation berdasarkan faktor risiko.Hasil: Didapatkan sebanyak 48 sampel penelitian yang memenuhi kriteria dan dapat digunakan dalam studi ini, diperoleh prevalensi gambaran faktor risiko PJK pada DMT2 yang tidak dapat diubah adalah jenis kelamin laki-laki (87,5%) dan usia ≥45 tahun (95,8%). Faktor yang dapat diubah seperti gula darah puasa ≥126 mg/dL (83,3%), indeks masa tubuh ≥25 kg/m2 (64,6%), gula darah sewaktu ≥200 mg/dL (58,3%), HDL ≤45 mg/dL (41,7%), trigliserida ≥150 mg/dL (22,9%), tekanan darah ≥140/90 mmHg (22,9%), kolesterol total ≥200 mg/dL (22,9%), dan LDL ≥160 mm/dL (8,3%).Conclusion: Laki-laki dengan usia ≥45 tahun, gula darah puasa, indeks masa tubuh, dan gula darah sewaktu yang tidak terkontrol merupakan faktor risiko untuk terjadinya PJK pada DMT2 di RSUP Sanglah. Sehingga diperlukan pengawasan kadar gula darah dan indeks masa tubuh pada pasien DMT2 agar tidak terjadi PJK.