Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

ILMU SOSIAL, BUDAYA INTELEKTUAL DAN SEMANGAT KENABIAN: TELAAH PENGEMBANGAN ILMU SOSIAL NUSANTARA Jurdi, Syarifuddin
The Journal of Society and Media Vol 1, No 2 (2017): Culture and Ritual in Society & Media
Publisher : Department of Social Science, Faculty of Social Science &Law, Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jsm.v1n2.p35-52

Abstract

Indonesiaorin the cultural language is called by the Nusantara is a region stretching from Sabang to Merauke, includes various islands, customs, language, religion, culture and social traditions. This article attempts to lay the objective conditions of the development of social sciences of the Nusantara and the possible development of a typical Indonesian social sciences.The social sciences here are conceptualized from the social and cultural traditions of Indonesia itself. Conceptualisation of social science should be synergic between the spirit of the development of the science of its scientists and support countries on another hand, of course, the development ofsocial sciences in the future by the political partiality of state accompanied by incorporating cultural values as lecture material. Withsocialhistoricalparse, this article presents a discussion about the historicity of social sciences, forming the intellectual block, institutionalization ofsocial sciences in the Nusantara and its reflection, and the prophetic spirit and intellectual asceticism.
ILMU SOSIAL, BUDAYA INTELEKTUAL DAN SEMANGAT KENABIAN: TELAAH PENGEMBANGAN ILMU SOSIAL NUSANTARA Jurdi, Syarifuddin
The Journal of Society and Media Vol 1, No 2 (2017): Culture and Ritual in Society & Media
Publisher : Department of Social Science, Faculty of Social Science &Law, Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jsm.v1n2.p35-52

Abstract

Indonesiaorin the cultural language is called by the Nusantara is a region stretching from Sabang to Merauke, includes various islands, customs, language, religion, culture and social traditions. This article attempts to lay the objective conditions of the development of social sciences of the Nusantara and the possible development of a typical Indonesian social sciences.The social sciences here are conceptualized from the social and cultural traditions of Indonesia itself. Conceptualisation of social science should be synergic between the spirit of the development of the science of its scientists and support countries on another hand, of course, the development ofsocial sciences in the future by the political partiality of state accompanied by incorporating cultural values as lecture material. Withsocialhistoricalparse, this article presents a discussion about the historicity of social sciences, forming the intellectual block, institutionalization ofsocial sciences in the Nusantara and its reflection, and the prophetic spirit and intellectual asceticism.
Muhammadiyah dan Gerakan Civil Society: Bergerak Membangun Kultur Madani Syarifuddin Jurdi
Sulesana Vol 6 No 2 (2011)
Publisher : Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/.v6i2.1397

Abstract

Kebangkitan kaum santri kota berjuang melawan empat seteru: formalisme kolot, kebudayaan adat dan priyayi, sikap kebarat-baratan, dan status quo penjajahan.
ILMU SOSIAL, BUDAYA INTELEKTUAL DAN SEMANGAT KENABIAN: TELAAH PENGEMBANGAN ILMU SOSIAL NUSANTARA Syarifuddin Jurdi
The Journal of Society and Media Vol. 1 No. 2 (2017): Culture and Ritual in Society & Media
Publisher : Department of Social Science, Faculty of Social Science &Law, Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jsm.v1n2.p35-52

Abstract

Indonesiaorin the cultural language is called by the Nusantara is a region stretching from Sabang to Merauke, includes various islands, customs, language, religion, culture and social traditions. This article attempts to lay the objective conditions of the development of social sciences of the Nusantara and the possible development of a typical Indonesian social sciences.The social sciences here are conceptualized from the social and cultural traditions of Indonesia itself. Conceptualisation of social science should be synergic between the spirit of the development of the science of its scientists and support countries on another hand, of course, the development ofsocial sciences in the future by the political partiality of state accompanied by incorporating cultural values as lecture material. Withsocialhistoricalparse, this article presents a discussion about the historicity of social sciences, forming the intellectual block, institutionalization ofsocial sciences in the Nusantara and its reflection, and the prophetic spirit and intellectual asceticism.
Politik Kooptasi Karaeng Terhadap Hak Pilih Buruh Tani Pada Pilkada Serentak Tahun 2015 Di Kabupaten Bulukumba Yuliana .; Syarifuddin Jurdi; Fajar .
Vox Populi Vol 2 No 1 (2019): POTRET PILKADA SERENTAK DI SULAWESI SELATAN
Publisher : ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.276 KB) | DOI: 10.24252/vp.v2i1.9349

Abstract

Studi ini membahas tentang politik kooptasi Karaeng terhadap hak pilih Buruh Tani pada Pilkada Serentak tahun 2015 di Desa Bontomacinna Kec. Gantarang Kab. Bulukumba. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang berusaha menggambarkan, memahami, dan menafsirkan makna suatu peristiwa tingkah laku manusia. Penelitian ini menggunakan teori Patron-Klien untuk memahami Politik Kooptasi yang sedang berlangsung di Bulukumba. Karaeng yang berkuasa dalam kepemilikan lahan pertanian membutuhkan Buruh Tani untuk menggarap sawahnya dan sebaliknya Buruh Tani membutuhkan pekerjaan sebagai mata pencahariannya.  Relasi yang terbangun diantara dua aktor tersebut melahirkan pengooptasian hak pilih para Buruh Tani. 
Multikulturalisme dan Kemenangan Thoriq Husler Pada Pilkada Serentak 2015 di Kabupaten Luwu Timur Fitri Hafsari Zainuddin; Syarifuddin Jurdi; Achmad Abdi Amsir
Vox Populi Vol 2 No 1 (2019): POTRET PILKADA SERENTAK DI SULAWESI SELATAN
Publisher : ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.634 KB) | DOI: 10.24252/vp.v2i1.9353

Abstract

Penelitian ini akan melihat aspek keberagaman dan multikulturalisme dalam pemilu elektoral. Artikel ini melihat ada kecenderungan kemenangan seseorang pada Pilkada karena alasan multikultural, diantaranya ikatan kebersamaan etnis, kesamaan suku dan daerah. Penelitian ini berlangsung di Luwu Timur dan menggunakan pendekatan perilaku politik, politik identitas, teori multikulturalisme, dan teori kekuasaan. Penelitian menggunakan metodologi kualitatif dengan  metode pengumpulan data berupa wawancara secara intensif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan Pilkada Luwu Timur tahun 2015, etnisitas tidak terlalu memainkan peranan penting karena sentimen etnis pemilih relatif kecil. Pemilih bisa menerima kehadiran kepala daerah yang berbeda dengan etnis di luar dirinya. Keadaan di lapangan ditemukan bahwa dalam proses Pilkada, masyarakat cenderung memilih melihat hasil kinerja dari calon dan sosok figur calon. Sosok Thoriq Husler dalam kesehariannya yang hidup di tengah-tengah masyarakat multikultural memiliki rasa toleransi dan simpatik yang tinggi kepada semua kalangan masyarakat. Sehingga beliau dicintai dan diterima oleh semua kalangan etnis di Luwu Timur. 
FORMAT PEMILU SERENTAK PASCA PUTUSAN MK NO. 55/2019: Kajian dan Analisis Sosiologi Politik Syarifuddin Jurdi
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol 15, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jsr.v15i1.1955

Abstract

In the practice of the Indonesian presidential system, the presidential elections held after the legislative elections do not strengthen the presidential system, checks and balances mechanism  between the government and the People’s Representative Council have not run according to the mandate of the constitution yet. By using hermeneutic and verstehen approaches, as well as political sociology perspective, this paper considers that strengthen checks and balances mechanism between the government and People’s Representative Council is by carrying out regional and national simultaneous elections. The merging of legislative elections (People’s Representative Council and Regional representative Council) and presidential elections at national level also merging legislative and executive elections at  regional level have several functions:  first, the merging will result an effective and efficient governance in running the government; second, an easier and lighter electoral unification model, both for organizers in preparing stages of elections or for voters in channeling their voting rights; third, political issues that are programmed by candidate pairs and legislative candidates will be more focused and directed so that the public is clearer in determining their political choices. Dalam praktik sistem presidensial Indonesia, pemilu presiden yang diselenggarakan setelah pemilu legislatif tidak memperkuat sistem presidensial, mekanisme saling mengawasi (checks and balances) antara pemerintah dan DPR belum berjalan sesuai konstitusi. Dengan menggunakan pendekatan hermeneutik dan verstehen serta perspektif sosiologi politik dan kelembagaan, tulisan ini memandang bahwa memperkuat checks and balances antara pemerintah dan parlemen melalui penyelenggaraan pemilu serentak nasional dan lokal. Penggabungan pemilu legislatif (DPR dan DPD) dan pemilu presiden pada level nasional serta penggabungan pemilu legislatif (DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten/kota) dan eksekutif (gubernur, bupati, walikota) pada level daerah menjadi pilihan; pertama, penyatuan tersebut akan menghasilkan pemerintahan yang efektif dan efisien dalam menjalankan kekuasaannya; kedua, model penyatuan level pemilu lebih mudah dan ringan, baik bagi penyelenggara dalam menyiapkan tahapan maupun bagi pemilih dalam menyalurkan hak pilihnya; ketiga, isu politik yang diprogramkan pasangan calon maupun calon legislatif akan lebih fokus dan terarah sehingga masyarakat lebih jelas dalam menentukan pilihan politiknya.
Dinamika Politik Kaum Muda Indonesia: Dialektika Politik Nasional dan Lokal Syarifuddin Jurdi
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol 8, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Crusade taking place during two centuries (1095-1291 AD) was the beginning of
Analisis Terhadap Sistem Pemilu Indonesia: dari Proporsional Tertutup ke Proporsional Terbuka Jurdi, Syarifuddin; Basti Teteng; Fauzi Hadi Lukita
Vox Populi Vol 6 No 2 (2023): VOX POPULI
Publisher : ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/vp.v6i2.44274

Abstract

Indonesia telah menyelenggarakan pemilihan umum (Pemilu) sebanyak dua belas kali sejak pemilu pertama 1955 sampai pemilu serentak 2019. Dalam penyelenggaraan pemilu menerapkan sistem perwakilan berimbang (proporsioanl), pemilu 1955, pemilu Orde Baru dan pemilu awal reformasi menerapkan sistem proporsional tertutup, pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No. 22-24/PUU-VI/2008, sistem penentuan calon legislatif terpilih dengan suara terbanyak, pemilu 2009 sampai 2019 menerapkan sistem proporsional terbuka. Perubahan sistem pemilu dari tertutup ke terbuka pada pemilu 2009 merupakan upaya untuk mendekatkan kandidat dengan pemilih, meningkatkan derajat keterwakilan politik dan legitimasi elite terpilih. Sistem proporsional terbuka sebagai pemenuhan nilai-nilai dasar demokrasi agar calon dapat dikenal secara langsung pemilih. Dalam tiga kali pemilu menerapkan sistem proporsional terbuka menghasilkan dua masalah utama yakni politik uang yang massif serta mendelegitimasi fungsi dan peran partai politik, calon terpilih seakan-akan terpisah dari partai yang mencalonkannya. Terhadap dua masalah ini, sekelompok masyarakat mengajukan Judicial Review terhadap sistem proporsional terbuka dan memohon agar dikembalikan ke sistem proporsional tertutup, Mahkamah Konstitusi memutuskan judicial review tersebut melalui Putusan No. 114/PUU-XX/2022 menolak sistem proporsional tertutup dan menguatkan Putusan MK No. 22-24 Tahun 2008 mengenai sistem proporsional terbuka. Pemilu serentak 2024, pemilih tetap memilih calon bukan partai, itu artinya pemilih tetap mengenal calon yang mereka pilih, legitimasi calon terpilih tinggi, tetapi potensi penggunaan uang/barang dalam perebutan suara pemilih akan meningkat.
ANALISIS PERAN TRADISI LISAN DALAM PELESTARIAN IDENTITAS BUDAYA LOKAL: STUDI KASUS PADA MASYARAKAT ADAT DI INDONESIA Syarifuddin Jurdi; Andi Amiruddin
Journal Central Publisher Vol 2 No 3 (2024): Jurnal Central
Publisher : Central Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60145/jcp.v2i3.355

Abstract

Latar Belakang : Tradisi lisan merupakan bagian tak terpisahkan dari warisan budaya takbenda Indonesia yang merefleksikan identitas, nilai, dan sistem pengetahuan masyarakat adat. Dalam konteks modernisasi dan globalisasi, eksistensi tradisi lisan menghadapi tantangan serius, terutama akibat menurunnya penggunaan bahasa daerah dan dominasi budaya populer. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran tradisi lisan dalam pelestarian identitas budaya lokal melalui studi kasus pada masyarakat adat Baduy di Banten dan Toraja di Sulawesi Selatan. Metode : Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Analisis dilakukan secara tematik dengan triangulasi sumber dan metode untuk menjaga validitas data. Hasil dan Pembahasan : Tradisi lisan di komunitas Baduy dan Toraja masih bertahan dan berperan penting dalam mewariskan nilai, membentuk identitas, serta melindungi budaya lokal dari pengaruh luar. Baduy menggunakan cerita dan petuah leluhur sebagai pendidikan adat, sementara Toraja melestarikan nilai dan struktur sosial melalui nyanyian ritual. Meski terdesak modernisasi, masyarakat mulai memanfaatkan media digital dan pendekatan komunitas untuk menjaga tradisi tersebut tetap hidup. Kesimpulan : Tradisi lisan merupakan pondasi penting dalam pelestarian identitas budaya lokal. Untuk memastikan keberlanjutannya, diperlukan sinergi antara komunitas adat, pemerintah, akademisi, dan media melalui pendekatan yang adaptif dan partisipatif.