Uripno Budiono
Departemen Anestesiologi Dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro/ RSUP Dr. Kariadi Semarang

Published : 23 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Meperidin, Ketamin dan Klonidin Efektif Untuk Terapi Menggigil pada Sectio Secaria dengan Anestesi Spinal Uripno Budiono
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 7, No 2 (2015): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.367 KB) | DOI: 10.14710/jai.v7i2.9825

Abstract

Latar Belakang : Anestesi spinal banyak dilakukan pada sectio cesarea, tetapi anestesi spinal dapat menimbulkan menggigil pada periode perioperatif. Menggigil menyebabkan pasien tidak nyaman, membahayakan pasien dan mengacaukan pemantauan peri dan postoperatif. Ondansetron, meperidin, klonidin, dan ketamin adalah obat-obatan yang dapat mengatasi menggigil.Tujuan :  mengetahui angka kejadian menggigil pada section secaria pada pasien yang mendapat ondansetron, dan menilai efektivitas terapi menggigil dari meperidin, klonidin, dan ketamin pada sectio secaria dengan anestesi spinalMetode : pasien pasien sectio secaria dengan anestesi spinal yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, diberikan premedikasi 0,25 mg sulfas atropin dan 4 mg ondansetron setengah jam sebelum tindakan . Dilakukan anestesi spinal dengan bupivakain hiperbarik. Bila terjadi hipotensi diterapi dengan efedrin, bila terjadi bradikardi diberikan sulfas atropin. Dilakukan pengamatan pada onset dan beratnya menggigil. Pasien yang menggigil kemudian dikelompokkan kedalam 3 kelompok. Kelompok M diterapi dengan 25 mg meperidin. Kelompok K mendapat terapi 25 mg ketamin dan kelompok L mendapat terapi 75 mcg klonidin. Respon terapi diukur sejak penyuntikan terapi sampai hilangnya menggigil. Terapi dianggap berhasil bila dalam waktu 15 menit tanda menggigil hilang. Dilakukan pengamatan tentang skor sedasi dan efek samping mengenai nausea, vomitus, bradikardi, hipotensi,tanda alergi, mengigau, depresi respirasi dan efek samping yang lain. Bila terjadi efek samping diterapi dengan cara yang sesuai.Hasil : Menggigil terjadi pada 46% pasien. Ketiga kelompok menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna, baik dalam hal respon terapi maupun keberhasilan terapi.Simpulan : Menggigil terjadi pada 46% pasien sectio secaria dengan anestesi spinal yang mendapat ondansetron sebelumnya. Meperidin, ketamin dan klonidin efektif dan mempunyai efektivitas yang sama untuk terapi menggigil pada sectio secaria dengan anestesi spinal. 
Pengaruh Premedikasi Klonidin terhadap Interval Q-Tc dan Skor Rate Pressure Product pada Laringoskopi Intubasi Fajrian Noor; Soni Hidayat; Witjaksono Witjaksono; Uripno Budiono
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 5, No 2 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.007 KB) | DOI: 10.14710/jai.v5i2.6411

Abstract

Latar belakang : Laringoskopi intubasi endotrakea merupakan tindakan yang banyakdilakukan pada anestesi umum tindakan laringoskopi dan intubasi selain dapatmenimbulkan trauma, juga dapat menimbulkan gejolak kardiovaskuler berupapeningkatan tekanan darah, peningkatan laju jantung, peningkatan score ratepressure product (RPP) yaitu peningkatan kebutuhan oksigen jantung danpemanjangan interval Q-Tc oleh stimulasi simpatik akibat laringoskopi intubasiPeran pemberian premedikasi klonidin bertujuan untuk mengurangi gejolakkardiovaskuler berupa penurunan tekanan darah dan penurunan laju jantung.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian klonidintablet oral terhadap tekanan darah, laju jantung, interval Q-Tc dan skor rate pressureproduct (RPP) saat laringoskopi intubasi.Metode : Empat puluh delapan subjek berusia 14-40 tahun dengan status fisik ASA Idan II, tanpa tanda kesulitan intubasi dibagi secara acak menjadi kelompok klonidin(K I) dan kelompok kontrol (K II). Kelompok KI mendapatkan premedikasi klonidinoral 0,15 mg 2 jam sebelum operasi sedangkan K2 mendapatkan plasebo. Keduakelompok mendapatkan perlakuan yang sama saat laringoskopi intubasi. Tekanandarah, laju jantung, interval Q-Tc dan skor RPP dihitung pada 2 menit pasca induksi,2 menit dan 5 menit pasca laringoskopi intubasi.Hasil : Laju jantung, Skor RPP dan interval QTc tidak berbeda bermakna antarakedua kelompok . Akan tetapi tekanan darah pada kelompok klonidin secara bermaknalebih rendah pada kelompok klonidinSimpulan : Premedikasi klonidin oral pada dosis 0,15 mg tidak mempengaruhiinterval Q-Tc, skor RPP, dan laju jantung secara bermakna pada laringoskopiintubasi pasien dewasa.
Ventilasi Mekanik Noninvasif Dicky Hartawan; Danu Soesilowati; Uripno Budiono
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 2, No 3 (2010): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v2i3.6460

Abstract

Ventilasi mekanis dapat diberikan dengan cara invasif maupun noninvasif. Ventilasi noninvasif menjadi alternatif karena dapat menghindari risiko yang ditimbulkan pada penggunaan ventilasi invasif, mengurangi biaya dan lama perawatan di ruang intensif. Ventilasi noninvasif terbagi 2 yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif. Ventilasi noninvasif tekanan positif memerlukan alat penghubung seperti sungkup muka, sungkup nasal, keping mulut, nasal pillow dan helmet. Ventilator yang digunakan dapat berupa ventilator kontrol volume, tekanan, BIPAP dan CPAP.