Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

DEIKSIS BAHASA JEPANG DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA Lilik Fauziyah; Idah Hamidah; Hartati Hartati
Jurnal Pendidikan Bahasa Jepang Undiksha Vol. 8 No. 1 (2022)
Publisher : Undiksha Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbj.v8i1.41995

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk deiksis persona bahasa Jepang serta mendeskripsikan padanan deiksis persona bahasa Jepang dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori pragmatik dan teori terjemahan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah drama Kakegurui Live Action Season 2 dan sumber data tambahan yang digunakan adalah subtitle terjemahan bahasa Indonesia dari drama tersebut. Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kutipan dialog yang mengandung deiksis persona. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik simak catat sebagai teknik pengumpulan data. Dalam drama Kakegurui Live Action Season 2 ditemukan 113 data yang mengandung deiksis persona. Berdasarkan konsep kesepadanan penerjemahannya, hasil terjemahan deiksis persona dalam bahasa sasarannya, yakni bahasa Indonesia, sepadan dengan deiksis persona dalam bahasa sumbernya, yakni bahasa Jepang.
Tata Kelola Pramuwisata Khusus Sebagai Bentuk Pelibatan Masyarakat Lokal Ely Triasih Rahayu; Bagus Reza Hariyadi; Hartati Hartati; Anggita Stovia; Anak Agung Ayu Dian Andriyani
JPKMI (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia) Vol 2, No 3: Agustus (2021)
Publisher : ICSE (Institute of Computer Science and Engineering)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36596/jpkmi.v2i3.228

Abstract

Abstrak: Adanya regulasi Dinas Pariwisata Propinsi Bali mengenai kebijakan pengkategorian pramuwisata umum dan khusus menimbulkan permasalahan baru. Permasalahan yang muncul adalah makin berkembangnya pramuwisata ilegal (non formal) yang tidak memiliki Kartu Tanda Pengenal Pramuwisata (KTPP). Pramuwisata illegal tidak hanya dilakukan oleh orang Indonesia yang memiliki kemampuan berbahasa asing, tetapi juga dilakukan oleh wisatawan asing yang sudah mengenal pariwisata Bali karena sering melakukan kunjungan ke Bali. Permasalahan yang lain adalah tidak adanya pelimpahan tugas dari pramuwisata umum ke khusus. Pramuwisata umum di Bali adalah pramuwisata yang bekerja di tingkat provinsi, sedangkan pramuwisata khusus adalah pramuwisata yang bekerja di daerah tujuan wisata di tingkat kabupaten. Penyebab permasalahan ini karena tidak adanya regulasi yang berupa peraturan Bupati untuk mengatur pramuwisata khusus. Di Bali terdapat Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2016 yang mengatur pramuwisata secara umum, tetapi di tingkat kabupaten belum dilakukan kajian pramuwisata khusus sehingga pembagian kerja antara pramuwisata umum dan khusus tidak jelas. Ketidakjelasan inilah yang menyebabkan banyak permasalahan yang muncul terutama di daerah tujuan wisata tingkat kabupaten. Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) melakukan pengabdian di kabupaten Bangli dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten yang memiliki kontribusi besar bagi income daerah pada sektor pariwisata. Kabupaten Bangli merupakan salah satu kabupaten yang siap menelaah Peraturan Daerah nomor 5 tahun 2016 tersebut untuk dapat diturunkan menjadi peraturan Bupati Bangli mengenai tata kelola pramuwisata khsusus. Tujuan PKM ini adalah untuk mengiventarisir ecxiting codition dikaitkan dengan permasalahan yang ada. Hasil dari iventarisir ini dijadikan dasar pembuatan model tata kelola pramuwisata khusus. Model tata kelola pramuwisata diusulkan kepada Bupati Bangli sebagai dasar pembuatan peraturan Bupati tentang pramuwisata khusus.Abstract: The regulation issued by the Bali Province Tourism Office on policy related to the categorization of both general and special tour guides resulted in new problems. The arising problems included the recently growing illegal (non-formal) tour guides without Tour Guide Identity Card. Illegal Tour guides were not only performed by the Indonesia people with foreign language competencies but also foreigners familiar with Bali tourism and frequently visited Bali. The other problem was related to the entrustments from the general to the special tour guides. The general tour guides in Bali are those working at the provincial level, while special tour guides are those working in the tourism destinations at regency level. These arising problems were due to the inexistence of regulation in the form of Regent Regulation to regulate the special tour guides. The Regional Regulation No. 5 Year 2016 only regulates the general tour guides, yet the special tour guides have not been discussed, thus, there is no clear division of duties for the general and special tour guides in Bali and results in various problems in the tourism destinations at regency level. The Community Service Team has made various community services in Bangli Regency by considering that this regency has a great contribution to its regional income, especially in tourism sector. Bangli is a regency which is ready to review and downgrade the Regional Regulation No. 5 Year 2016 into Bangli Regent Regulation on Special Tour Guide Management. The purpose of this community service is to inventory the existing problems, formulate a special tour guide management model, and propose the model to the Bangli Regency as a basic reference in formulating the Regent Regulation on Special Tour Guides.
Invensi dalam Genre Detektif Viona Rizky Handayani; Diana Puspitasari; Hartati Hartati
Jurnal Sakura : Sastra, Bahasa, Kebudayaan dan Pranata Jepang Vol 3 No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JS.2021.v03.i02.p04

Abstract

The purpose of this research to describe the detective formulas in Japanese anime produced in the period 2014-2016, including Meitantei Konan I Jigen no, Ryuugajou Nanana No Maizoukin, Sniper Psycho-Pass : The Movie ( Gekijou-ban Psycho-Pass ), Ghost In The Shell, Meitantei Konan Junkoku no Naitomea, and Bungou Stray Dogs Season 1. The method used was descriptive qualitative with literary formula approach based on Cawelti. The data analysis technique uses were observing recording and classifying data. The results of this study show that there were 132 data with detective action pattern conventions consisting of six phases and four roles. That are 1) introduction of detectives, 2) crime and guidance, 3) investigation, 4) announcement of solution, 5) solution explanation, 6) end of story. In addition, these four roles are those who are exposed to the threat of 1) victims, 2) criminals, 3) detectives, and 4) crimes, but cannot resolve them. Then, it was found that the ending of the story was an archetypal invention in the anime Ryuugajou Nanana No Maizoukin, while the other five anime had archetypal conventions according to Cawelti's theory. In addition, in this study, it was found that there is a formula invention that occurs in every detective anime. The form of invention in detective anime is to add a supernatural formula to the storyline. Based on the results of data analysis, the conclusion is that the six animes contain the rules and inventions of the formula detective genre. Formula conventions and inventions occur as the audience becomes more interested in the genre. The more popular a particular genre, the more conventions and inventions as a development of formulas and archetypes.
Undak Usuk Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa : Sebuah Perbandingan Hartati Hartati
Journal of Japanese Language Education and Linguistics Vol 1, No 1 (2017): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jjlel.1105

Abstract

Di antara sekian banyak bahasa-bahasa di dunia, bahasa Jepang memiliki ciri yang identik dengan bahasa Jawa, bahasa Korea, dan Tibet, yang terkenal sekali karena mempunyai sistem undak usuk yang teratur dan rumit. Bahasa Jepang dan bahasa Jawa merupakan dua bahasa yang tidak serumpun, meskipun sama-sama memiliki sistem undak usuk tetapi secara tipologi bahasa berbeda. Penelitian ini berjudul Undak Usuk Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa:sebuah perbandingan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan undak usuk bahasa Jepang dan bahasa Jawa, serta mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pemilihan varian undak usuk dalam bahasa Jepang dan bahasa Jawa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kontrastif yang meliputi pengumpulan data, analisis data, dan perbandingan hasil analisis data, atau juga dikenal dengan sebutan analisis kontrastif, yaitu metode sinkronis dalam analisis bahasa untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa atau dialek-dialek untuk mencari prinsip yang dapat dijabarkan dalam masalah praktis. Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang persamaan dan perbedaan undak usuk bahasa Jepang dan bahasa Jawa serta aplikasinya. Meskipun sama-sama memiliki undak usuk antara kedua bahasa tersebut tetapi hal itu tidak selalu menguntungkan bagi para siswa. Sehingga yang terjadi adalah kesulitan-kesulitan yang selama ini mungkin dialami oleh para pembelajar bahasa Jepang khususnya karena sebagian besar adalah penutur bahasa Jawa. Penelitian kontrastif ini tentu saja sedikit banyak akan membantu para pengajar bahasa Jepang untuk siswa penutur bahasa Jawa atau sebaliknya dalam penyusunan silabus pengajaran.  
UPAYA MENGGALI POTENSI DUSUN SEMAYA MELALUI ANALISIS KEBUDAYAAN Dian Bayu Firmansyah; Eko Kurniawan; Hartati Hartati; Heri Widodo; Diana Puspitasari; Haryono Haryono; Yudi Suryadi; Anggita Stovia; Muammar Kadafi
Jurnal Abdimas Bina Bangsa Vol. 3 No. 1 (2022): Jurnal Abdimas Bina Bangsa
Publisher : LPPM Universitas Bina Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.821 KB) | DOI: 10.46306/jabb.v3i1.175

Abstract

This community service activity aims to explore the potential of both Human Resources and Natural Resources in Semaya Hamlet, considering the geographical condition of Semaya Hamlet bordering the protected forest area causing Semaya area as separated from urban civilization. Semaya is one of the hamlets in Sunyalangu Village, Karanglewas-Banyumas located under the slopes of Mount Slamet with a distance of about 18 km from the center of Purwokerto. The location of Semaya Hamlet is slightly isolated both in terms of location and government touch in development so that the economic level of the community is relatively low. Therefore, in this devotional activity, there are 3 (pieces) of main activities consisting of: SWOT analysis of 7 (seven) aspects of its culture, mapping and documenting village data, profiling hamlets, and creating learning content "Kampung Japan". Through this devotional activity, the hidden potential of Semaya Hamlet can be lifted and the problems that have been in the midst of the community can be slightly solved. Improvements in the standard of living of the people are also increasing along with the process of building village infrastructure, as well as the improvement of the main commodities of the hamlet whose marketing has begun to penetrate a wider market than before
Language Politeness Education through Language Behaviour Habits: Concerning the Indonesian and Japanese Viewpoints Ely Triasih Rahayu; Slamet Riyadi; Hartati Hartati; Anggita Stovia; Nisa Roiyasa; Weksa Fradita Asriyama
AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan Vol 15, No 2 (2023): AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan
Publisher : STAI Hubbulwathan Duri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35445/alishlah.v15i2.3267

Abstract

Language politeness has universal characteristics. It means that speech communities from any country have their own language politeness based on the applicable norms. Language politeness education starts from family. Meanwhile, outside family communities, such as schools or society, language politeness education is greatly needed to create positive interactions between language users and certain communities. This research discussed language politeness education in two languages (Indonesian and Japanese) using a comparative qualitative case study in library research. The results of the study informed that Indonesian and Japanese are two languages that implement language politeness through both verbal and non-verbal languages. Verbal language is shown by the chosen polite words, while non-verbal language is shown by the speaking body gestures.
KATA GANTI ALLAH DALAM AL-QUR’AN TERJEMAHAN BAHASA JEPANG: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK : Bahasa Indonesia Feby Dwi Fitriyani; Ely Triasih Rahayu; Hartati Hartati
SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra Vol. 13 No. 2 (2021): SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra
Publisher : Fakultas Bahasa Asing (FBA) Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1284.655 KB) | DOI: 10.36733/sphota.v13i2.2104

Abstract

The purpose of this research was to analyse the form and meanings of personal pronoun of Allah and the social factors behind the use of the said surah. The type is descriptive qualitative research. From all of ayat there found 60 data. The analysis result show that for the first personal pronoun of Allah is Ware. Second personal pronoun of Allah are Anata. For third personal pronoun of Allah are Arraa, Shu, Kare, Waga, and Okata. The conclusion of this research is there are 7 (seven) form personal pronoun of Allah. The personal pronoun of Allah being used in Al-Kahfi has a purpose: respect to God, The different name's God with the other God's in Japanese culture and to show nature of God. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk dan makna kata ganti Allah dalam surat Al-Kahfi Al-Qur’an terjemahan bahasa Jepang dan faktor sosial yang melatarbelakangi penggunaan kata ganti Allah tersebut. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap. Dari 110 ayat yang terdapat dalam surat Al-Kahfi ditemukan sebanyak 66 data. Hasil penelitian menunjukkan kata ganti yang digunakan untuk merujuk pada Allah sebagai kata ganti orang pertama, yaitu Ware. Sedangkan bentuk yang merujuk pada Allah sebagai kata ganti orang kedua, yaitu Anata. Kemudian bentuk yang merujuk pada Allah sebagai kata ganti orang ketiga, yaitu Arraa, Shu, Kare, Okata dan Waga. Berdasarkan analisis tersebut, dapat simpulkan bahwa kata ganti Allah ada tujuh bentuk yaitu: Ware, Shu, Kare, Arraa, Waga, Anata dan Okata. Selanjutnya tujuan dari penggunaan kata ganti Allah, yaitu: sebagai bentuk hormat kepada Tuhan, sebagai pembeda dengan nama Tuhan dari agama lain di Jepang dan untuk menunjukkan sifat yang dimiliki oleh Tuhan.