Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisis Dampak Penggunaan Varian Tekanan Suction terhadap Pasien Cedera Kepala Berat Hendy Lesmana; Tri Wahyu Murni; Anastasia Anna
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (855.868 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i3.114

Abstract

Penurunan kesadaran pada pasien cedera kepala berat akan menimbulkan risiko gangguan jalan napas sehingga perlu dilakukan intubasi endotrakeal untuk mempertahankan perfusi otak. Suctioning diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi tetapi dapat menimbulkan penurunan saturasi oskigen, peningkatan TIK dan trauma jalan nafas. Tekanan suction yang tepat sangat diperlukan untuk mengatasi penurunan saturasi oksigen pada klien cedera kepala berat. Penelitian Quasi experiment ini bertujuan mengetahui perbedaan saturasi oksigen pada pasien cedera kepala setelah dilakukan suctioning pada tekanan 100 mmHg, 120 mmHg dan 150 mmHg. Desain penelitian menggunakan one group pre test and post test without control, yang dilakukan pengukuran berulang. Hasil penelitian didapatkan semakin tinggi penggunaan tekanan suction maka akan semakin terjadi penurunan saturasi oksigen. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi panduan dalam melakukan suction pada pasien cedera kepala berat dengan memerhatikan saturasi oksigen.Kata kunci: Cedera kepala berat, hiperoksigenasi, suctioning, saturasi oksigen, & tekanan suction. The Use of Different Pressure of Suction and Its Impact on Oxygen Saturation among Patients with Head InjuryAbstractRather maintaining adequate airway patency, suctioning may pose risk of developing diminished oxygen saturation among patient with severe head injury. Patients may also experience intra cranial pressure (ICP) and airway trauma. Therefore, providing appropriate pressure of suction machine is needed to overcome those problems particularly to reduce risk of diminished oxygen saturation. This quasi-experimental study aimed to determine differences in oxygen saturation among patients with head injury after suctioning with three different pressures: 100 mmHg, 120 mmHg and 150 mmHg. The study design used one group pretest and post-test without control that performed with repeated measurements. Findings suggest higher pressure of suctioning tends to decrease their oxygen saturation. Results are expected to provide best practice to conduct suctioning for patients with severe head injury and maintaining oxygen saturation after hyper oxygenation action.Key words: Hyperventilation, oxygen saturation, severe head injury, suctioning, and suction pressure.
HUBUNGAN ANTARA KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN SYSTEMIC INFLAMMATORY RESPONSE SYNDROME PADA PASIEN POST KRANIOTOMI Eka Yulia Fitri; Tri Wahyu Murni; Ai Mardhiyah
Jurnal Keperawatan Sriwijaya Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan: Setiap tindakan operasi akan mencetuskan terjadinya respon stres. Pada pasien yang menjalani kraniotomi respon stres yang terjadi adalah hipermetabolisme dan katabolisme, perubahan pada sistem endokrin dan metabolik sehingga mendorong terjadinya peningkatan kadar glukosa darah. Hiperglikemia dapat merusak fungsi imunitas tubuh, mengurangi proliferasi limfosit dan menurunkan aktivitas bakterial intraseluler, sehingga merusak respon inflamasi normal dan terjadi inflamasi secara sistemik (SIRS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar glukosa darah dengan derajat SIRS pada pasien post kraniotomi yang dirawat di intensive care unit pada rumah sakit X di Palembang.Metode: Penelitian ini merupakan analitik korelasi dengan desain observasional dan pendekatan kohort prospektif. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan jumlah 20 orang pasien trauma kepala yang menjalani kraniotomi dan memenuhi kriteria inklusi. Penelitian dilakukan pada September sampai November 2013 dengan menilai kadar glukosa darah dan derajat SIRS pada 24 jam dan 72 jam post kraniotomi.Hasil: 90% responden mengalami peningkatan kadar glukosa baik pada 24 jam dan 72 jam post kraniotomi, 60% responden mengalami SIRS ringan pada 24 jam post kraniotomi dan 55% responden tidak mengalami SIRS pada 72 jam post kraniotomi. Uji korelasi Rank Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara peningkatan kadar glukosa darah dengan beratnya derajat SIRS (Rs= -0,112, p= 0,640 dan Rs=0,257, p= 0,274). Tidak terdapat hubungan antara peningkatan kadar glukosa darah dengan beratnya derajat SIRS pada pasien post kraniotomi yang dirawat intensive care unit pada rumah sakit X Palembang.Simpulan: Perawat mempunyai peran dalam mengidentifikasi SIRS dan faktor lain yang mempengaruhi SIRS selain kadar glukosa darah.Kata kunci: Kadar glukosa darah, kraniotomi, SIRS, trauma kepala.
Perbandingan Sensitivitas dan Spesifisitas Lung Organ Failure Score (LOFS) dan Thoracic Trauma Severity Score (TTSS) terhadap Pemakaian Ventilator pada Pasien Trauma Multipel disertai Trauma Tumpul Toraks Gideon Setiawan; Tri Wahyu Murni; Rama Nusjirwan; Rachim Sobarna
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol. 47 No. 1 (2019): Maret 2019
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v47i1.21

Abstract

Latar Belakang: Trauma multipel adalah cedera pada dua atau lebih sistem organ yang mengancam jiwa dan memerlukan perawatan di ruang ICU yang tersedia monitor, tenaga medis terampil, dan ventilator bila diperlukan. Namun ruang ICU tidak selalu ada, sehingga sebagian pasien akan dirawat di ruang HCU dan rawat biasa. Trauma multipel yang disertai trauma toraks akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas. Penilaian awal serta tatalaksana harus dilaksanakan dengan akurat dan secepat mungkin. Penggunaan skor trauma dapat membantu untuk menentukan risiko gagal napas. Dengan mengetahui perbandingan sensitivitas dan spesifisitas skor LOFS dan TTSS, klinisi dapat mengetahui risiko gagal napas yang memerlukan ventilator. Metode: Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang bersifat prospektif observasional untuk menilai perbandingan sensitivitas dan spesifisitas skor LOFS dan TTSS pada pasien trauma multipel yang disertai trauma tumpul toraks. Subjek penelitian adalah pasien yang masuk ke IGD RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung periode 1 Januari 2017 – 31 Maret 2018 dengan metode simple random sampling. Pasien dilakukan survei primer dan dilakukan resusitasi, kemudian dinilai skor LOFS dan TTSS. Hasil: Terdapat 83 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Rancangan penelitian dirancang secara cross sectional. Analisis data memakai kurva ROC ( Receiver Operating Characteristic ). Trauma toraks yang paling sering terjadi adalah kontusio paru sebesar 74,7% dengan trauma penyerta terbanyak adalah trauma kepala sebanyak 54,4%. Prevalensi pemakaian ventilator dengan perawatan ruang ICU sebesar 25,3%. Skor LOFS memilki sensitivitas 85,1% dan spesifisitas 94,4%. Sedangkan skor TTSS memiliki nilai sensitivitas 83,3% dan spesifisitas 77,8%. Simpulan: Skor LOFS memiliki sensitivitas dan spesifisitas lebih tinggi dibandingkan skor TTSS dan bermakna secara statistik.
Upaya Pencegahan Komplikasi Infeksi pada Penggunaan Central Venous Catheter (CVC) Septiana Fathonah; Tri Wahyu Murni
Jurnal Keperawatan Notokusumo Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Notokusumo
Publisher : LPPM STIKES NOTOKUSUMO YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.122 KB)

Abstract

Critically-ill patients at intensive care unit (ICU) require hemodinamic monitoring such as CVP (Central Venous Pressure) monitoring using CVC (Central Venous Catheter). CVC insertion is associated with several complications for the patients. One of them is catheter-related infections which further expose the patients for a higher risk of morbidity and mortality. CVC could be contaminated via extra and intraluminal route which result in systemic spreading of the microorganism and cause blood stream infection (BSI). Health care personnel must actively perform prevention measures to lower the infection risk. Since the infections could be due to migration of the microorganism at insertion site, a proper dressing method plays an essential role to prevent the infections as an effective barrier for the microorganisms. In this review, we will first discuss the prevention measures in general. Finally, we discuss the advantegous and disadvantegous of using two types of dressing methods (transparent polyurethane and gauze and tape dressing).