Rina Kartikasari
Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Pengaruh Terapi Psikoedukasi Keluarga terhadap Self Efficacy Keluarga dan Sosial Okupasi Klien Schizophrenia Rina Kartikasari; Iyus Yusep; Aat Sriati
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 2 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1366.765 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v5i2.450

Abstract

Klien schizophrenia mengalami penurunan kemandirian dalam perawatan diri, fungsi sosial, sehingga membutuhkan bantuan keluarga. Self efficacy dapat memengaruhi keyakinan keluarga ketika merawat klien schizophrenia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi psikoedukasi keluarga terhadap self efficacy keluarga dan sosial okupasi klien schizophrenia di Kecamatan Kersamanah Garut. Metode penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan pre-post test with control group. Populasi yaitu keluarga yang merawat (caregiver) klien schizophrenia di Desa Nanjungjaya, Sukamaju, Mekaraya, Sukamerang dan Girijaya. Jumlah sampel 32 responden dibagi menjadi kelompok kontrol (16) dan intervensi (16), Teknik pengambilan sampel menggunakan quota sample. Pada kelompok intervensi dilakukan terapi psikoedukasi keluarga, kemudian sebelum dan sesudah intervensi dilakukan pengukuran self efficacy keluarga dan sosial okupasi klien schizophrenia. Kelompok kontrol tidak diintervensi, hanya mendapat pendidikan kesehatan dengan metode ceramah tentang perawatan klien schizophrenia. Penelitian menggunakan Perceived Collective Family Efficacy Quisioner dan Social Occupational Functioning Assessment Scale. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan bermakna self efficacy keluarga dengan sosial okupasi klien schizophrenia setelah diberikan terapi psikoedukasi p<0,05) dan terdapat perbedaan perubahan bermakna pada kelompok kontrol dan intervensi (p<0,05). Peneliti merekomendasikan penggunaan terapi psikoedukasi keluarga sebagai terapi modalitas pada keluarga yang merawat klien schizophrenia.Kata kunci: Keluarga, okupasi, psikoedukasi, self efficacy, schizophrenia. The Influence of Family Psychoeducation Therapy on Self Efficacy Family And Social Occupations Schizophrenia’s ClientsAbstractSchizophrenic clients have decreased in self-sufficiency in self-care, social functions,and thus those clients require family assistance. Self-efficacy, in this matter, can affect family beliefs when taking care the schizophrenic clients. Therefore, the study aims to determine the influence of family psychoeducation therapy on family self-efficacy and social occupation of schizophrenic clients in Kersamanah sub-district, Garut. The research method used is quasi experiment with pre-test and posttest with control group. The population is the caregiver family of schizophrenic clients in Nanjungjaya, Sukamaju, Mekaraya, Sukamerang and Girijaya villages. The sample size of 32 respondents are divided into control group (16) and intervention group (16), sampling technique used is quota sample. In the intervention group, family psychoeducation therapy is performed before and after the intervention (treatment), measuring the family self-efficacy and social occupation of schizophrenic clients. The control group is not intervened, they only received a health education with a lecture method on how to take care of a schizophrenic client. The study used the Perceived Collective Family Efficacy Quisioner and Social Occupational Functioning Assessment Scale. The results show that there are significant changes in family self-efficacy with social occupational schizophrenia patients after psychoeducation therapy aplllied p <0.05) and there are significant differences in control and intervention group of (p <0.05). Thus, the researcher recommends to use of family psychoeducation therapy as a modal therapy in families to treat their schizophrenic family.Keywords: Family, occupational, psychoeducation, self-efficacy, schizophrenia.
Tingkat Kecemasan Orang Tua Yang Memiliki Anak Penderita Hemofilia Di Kota Bandung Rina Kartikasari; Nela Nurizka
Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika) Vol 5 No 1 (2019): Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika)
Publisher : Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.29 KB) | DOI: 10.58550/jka.v5i1.20

Abstract

Penderita dengan hemofilia yang berada di Kota Bandung terdiagnosis sebanyak 65 jiwa. Banyak orang tua yang memiliki anak penderita hemofilia merasakan putus asa, gelisah, dan menjadi protekif kepada anaknya. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan orang tua yang memiliki anak penderita hemofilia di Kota Bandung. Kecemasan merupakan pengalaman subyektif dari individu dan tidak dapat di observasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Hemofilia merupakan gangguan perdarahan turun temurun yang disebabkan oleh defesiensi faktor penggumpalan khusus. Jenis penelitian deskriptif dengan populasi 65 orang tua, sampel yang digunakan 63 orang tua dikarenakan 2 orang tua mengalami drop out teknik yang digunakan sampel jenuh. Pengumpulan data berupa kuesioner, peneliti tidak melakukan uji validitas 0,93 dan uji reliabilitas 0,97 karena kuesioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) sudah baku sudah di standarisasi internasional. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar orang tua memiliki tingkat kecemasan berat (71,42%), tingkat kecemasan sedang (19,5%), tingkat kecemasan ringan (7,93%), tingkat kecemasan berat sekali/ panik (1,6%). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (71,42%) orang tua memiliki tingkat kecemasan berat. Saran bagi HMHI Jabar untuk mendatangkan Psikolog yang kompeten untuk memberikan terapi yang dapat mengatasi tingkat kecemasan seperti nafas dalam atau memberikan latihan yang berupa distraksi kepada orang tua.
Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Akibat Hospitalisasi di RSAU Dr. M. Salamun Bandung Ni Made Nira Sukmayanti; Nenden Lesmana Wati; Rina Kartikasari
Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika) Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika)
Publisher : Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.4 KB) | DOI: 10.58550/jka.v4i2.57

Abstract

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan tertentu mengharuskan anak untuk tinggal di Rumah Sakit. Di Indonesia jumlah anak usia prasekolah yang dirawat pada tahun 2014 sebanyak 15,26%. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia sekolah 3-6 tahun. Komunikasi terapeutik difokuskan pada kesembuhan pasien dan merupakan komunikasi profesional yang dilakukan oleh perawat. Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berlanjutan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Metode penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu quota sampling sebanyak 30 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan. Uji validitas menggunakan rumus pearson product moment dengan hasil r hitung (0,407-0,718) dan uji reabilitas cronbach’s alpha=0.927. Hasil penelitian menunjukan komunikasi terapeutik perawat kategori cukup (60%) dan kecemasan pada pasien kategori berat (53.3%). Uji statistik menggunakan chi square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil analisis mendapatkan nilai p-value 0,016 artinya ada hubungan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien yang dirawat di RSAU dr. M. Salamun Bandung. Perawat perlu meningkatkan komunikasi terapeutik terutama dalam pemberian informasi sebelum dilakukan tindakan medis untuk menurunkan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi. Untuk meningkatkan pengetahuan dari komunikasi terapeutik perawat dianjurkan untuk mengikuti pelatihan tentang komunikasi terapeutik.
Mekanisme Koping Keluarga Dengan Anggota Keluarga yang Menderita Gangguan Jiwa (Skizofrenia, Depresi Dan Cemas) di Poliklinik Psikiatri RSAU Dr. M. Salamun Rina Kartikasari; Intan Lestari
Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika) Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika)
Publisher : Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.354 KB) | DOI: 10.58550/jka.v4i2.60

Abstract

Gangguan jiwa menjadi permasalahan serius di dunia dan mengalami peningkatan signifikan setiap tahun. Kasus gangguan jiwa di RSAU dr. M. Salamun meningkat pada tahun 2016 sebanyak 3717 jiwa. Gangguan jiwa yang terjadi dapat timbul akibat suatu pemicu dari fungsi afektif dalam keluarga yang tidak berjalan dengan baik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran mekanisme koping keluarga dengan anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa (skizofrenia, deperesi, dan cemas) di Poliklinik Psikiatri RSAU dr. M. Salamun. Mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi, dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir, kemauan, emosi dan tindakan. Desain penelitian menggunakan deskriptif. Sampel penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anggota keluarga menderita gangguan jiwa dan yang kontrol ke Poliklinik Psikiatri RSAU dr. M. Salamun dengan total populasi 3717 jiwa, setelah digunakan perhitungan berdasarkan rumus Isac Michael maka besar sampel dalam penelitian menjadi 25 responden. Penelitian memakai kesalahan 0,1 dengan r tabel 0,554-0,816. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas mekanisme koping keluarga adalah maladaptif dengan kategori sedang sebanyak 22 responden (88%). Dari hasil penelitian diharapkan keluarga selalu memberi dukungan dan motivasi anggota keluarga dengan gangguan jiwa untuk kontrol secara rutin ke rumah sakit.
Tingkat Kecemasan Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung Nenden Lesmana Wati; Alma Sandiana; Rina Kartikasari
Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika) Vol 3 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika)
Publisher : Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.891 KB) | DOI: 10.58550/jka.v3i1.74

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi berbagai perubahan akibat proses menua seperti perubahan anatomi/fisiologi, berbagai penyakit atau keadaan patologik sebagai akibat penuaan, serta pengaruh psikososial pada fungsi organ yang dialami oleh lansia sehingga memunculkan masalah psikososial, salah satunya kecemasan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi Kota Bandung. Kecemasan merupakan pengalaman individu yang bersifat subjektif, yang sering bermanifestasi sebagai perilaku yang disfungsional yang diartikan sebagai perasaan “kesulitan” dan kesusahan terhadap kejadian yang tidak diketahui dengan pasti. Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan ditandai oleh gagalnya seorang untuk mempertahankan keseimbangan kesehatan dan kondisi stress fisiologisnya. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kepada 25 responden dengan menggunakan teknik non probability. Pengumpulan data menggunakan kuesioner HARS (Hamilton Axienty Rating Scale) yang sudah baku. Hasil penelitian didapatkan bahwa lansia mengalami kecemasan sedang sebanyak 16 responden (60%). Oleh karena itu di sarankan kepada Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi Kota Bandung disarankan untuk meningkatkan asuhan keperawatan psikososial mengenai kecemasan seperti mengurangi kecemasan lansia yang sedang menjalani pengobatan dengan cara memberikan informasi yang jelas, meyakinkan pasien bahwa pasien masih mampu melakukan pekerjaan sehari-hari, dengan dukungan atau motivasi serta menambah kegiatan rohani.
Pola Asuh Dengan Anak Berkebutuhan Khusus (Tunarungu Dan Tunawicara) di SLB-B Negeri Cicendo Bandung Rina Kartikasari; Fitrhotul Risda Ardhia; Ero Haryanto
Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika) Vol 3 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika)
Publisher : Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.804 KB) | DOI: 10.58550/jka.v3i1.80

Abstract

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 anak usia sekolah di Jawa Barat dengan disablitas mencapai 189 ribu jiwa. Orangtua dengan anak berkebutuhan khusus masih banyak memiliki sikap tidak dapat menerima kenyataan, memilih mendidik anak sesuai dengan keinginannya. Tujuan penelitian untuk mengetahui pola asuh orangtua dengan autoritatif, otoriter dan permisif. Pola asuh adalah sikap orang tua mendidik dan mempengaruhi anak dalam mencapai suatu tujuan yang ditunjuk oleh sikap perubahan tingkah laku pada anak. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang memiliki keterbatasan dalam fungsi kognitif, fisik maupun emosi, yang menghalangi kemampuan individu untuk berkembang baik yang terklasifikasi dalam kesulitan belajar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi 100 orangtua dengan menggunakan teknik purposive sampling, penelitian berjumlah 86 responden, instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan 24 pernyataan, skala likert, hasil uji validitas didapat 0,494 – 0,878 dan reliabilitasnya 0,75. Hasil penelitian tentang gambaran pola asuh orangtua dalam kategori rendah sebanyak 54 responden (63%) dengan sub variabel pola asuh autoritatif dalam kategori rendah sebanyak 47 responden (55%), sub variabel pola asuh otoriter dalam kategori tinggi sebanyak 45 responden (52%), dan sub variabel pola asuh permisif dalam kategori rendah sebanyak 50 responden (58%). Kesimpulan penelitian adalah pola asuh orangtua dengan anak berkebutuhan khusus masuk kedalam kategori rendah. Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan informasi pola asuh yang tepat bagi orangtua yang memiliki anak di SLB-B Negeri Cicendo Bandung.
Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Ruang Tenang Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Dan Klinik Utama Kesehatan Jiwa Hurip Waluya Sukajadi Bandung Jawa Barat Rina Kartikasari; Erna Idarahyuni; Windya Satya Fatharani
Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika) Vol 5 No 2 (2019): Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika)
Publisher : Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.101 KB) | DOI: 10.58550/jka.v5i2.81

Abstract

Penderita Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Jawa Barat berjumlah 4,3 juta jiwa, di Kota Bandung 25 ribu jiwa. Penerapan komunikasi terapeutik di Rumah Sakit Jiwa atapun di Klinik masih diperlukan dalam proses penyembuhan. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran komunikasi terapeutik perawat terhadap ODGJ di Ruang Tenang Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dan Klinik Utama Kesehatan Jiwa Hurip Waluya Sukajadi Bandung Jawa Barat. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan perawat, direncanakan dengan teknik tertentu dan berfokus pada kesembuhan dan memperbaiki emosi klien. Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik ataupun mental. Desain penelitian adalah deskriptif. Jumlah populasi sebanyak 30 responden, teknik pengambilan total sampling. Hasil uji validitas diperoleh r hitung 0,628-0,961 dan Cronbach’s Alpha 0,783. Hasil penelitian sebanyak 17 reponden (56,7%) termasuk kategori rendah. Fase pra-interaksi termasuk kategori rendah yaitu 16 reponden (53,3%). Fase orientasi termasuk kategori rendah yaitu 18 reponden (60%). Fase kerja termasuk kategori tinggi yaitu 15 reponden (50%) dan kategori rendah yaitu 15 reponden (50%), dan pada fase terminasi termasuk kategori tinggi yaitu 16 reponden (53,3%). Saran, RSJ dapat mengadakan pelatihan komunikasi terapeutik kembali dan Klinik diharapkan mengadakan pelatihan komunikasi terapeutik terhadap perawat.
Faktor – faktor Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan Pada Masa Pandemi Corona Virus Diesease (COVID-19) Di Puskesmas Sukarasa Kota Bandung Ero Haryanto; Niken Ayu Febriyana; Rina Kartikasari
Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika) Vol 7 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika)
Publisher : Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.748 KB) | DOI: 10.58550/jka.v7i2.102

Abstract

Penelitian ini di latar belakangi oleh motivasi kerja tenaga kesehatan karena pada masa pandemi ini dibutuhkan dorongan agar puskesmas bisa berperan dengan maksimal pada masa pandemi Covid-19. Tujuan dari penelitian mengetahui faktor ekternal dan internal motivasi kerja tenaga kesehatan pada masa pandemi corona virus diseases (COVID-19) di Puskesmas Sukarasa Bandung. Motivasi kerja adalah faktor pendukung yang harus dimiliki oleh setiap orang karena motivasi yang baik dapat membawa seseorang melakukan suatu tindakan yang baik. Tenaga kesehatan adalah orang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang mempunyai kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Corona Virus Diseases (COVID-19) adalah sebuah keluarga virus dapat menyerang saluran pernafasan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan sampel 34 menggunakan teknik total sampling. Instrumen menggunakan kuesioner sebanyak 30 pertanyaan. Uji validitas dengan nilai valid r hitung 0,444 – 0,842 dan realiabilitas Cronbach’s Alpha 0.948. Hasil secara umum dalam kategori tinggi sebesar 64,1%. Per sub variabel faktor ekternal yang dominan sebesar 76,5% tentang gaji dan faktor internal yang dominan sebesar 68,8% tentang pengembangan potensi individu. Saran bagi Kepala Puskesmas Sukarasa Bandung untuk meningkatkan kegiatan pelatihan agar padat mengembangkan potensi individu sehingga bisa memaksimalkan motivasi kerja dengan baik.
Beban Kerja Fisik Perawat dan Penerapan Pasien Safety Di Ruang Paviliun Firdaus Rsau Dr.M.Salamun Bandung Ero Haryanto; Dwiasti Nadia Lestari; Rina Kartikasari
Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika) Vol 7 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika)
Publisher : Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.648 KB) | DOI: 10.58550/jka.v7i1.110

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi oleh jumlah pasien di ruang Paviliun Firdaus di RSAU dr.M.Salamun pada tahun 2020 yaitu 962 pasien serta Bed Occupancy (BOR) 77%. Beban Kerja sebagai salah satu konsep yang timbul akibat adanya keterbatasan kapasitas dalam memproses informasi. Keterbatasan tersebut dapat menghambat tercapainya hasil kerja dan menjadi kesenjangan yang menyebabkan timbulnya kegagalan dalam melakukan prosedur tindakan yang sudah ditetapkan seperti penerapan pasien safety. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang Beban Kerja Fisik Perawat dan Penerapan Pasien Safety diruang Paviliun Firdaus RSAU dr. M.Salamun Bandung. Perawat adalah tenaga yang bekerja secara professional memiliki kemampuan, kewenangan dan bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan keperawatan (Wardah,2017). Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan populasi 32 responden menggunakan Teknik total sampling. Instrument yang digunakan adalah 13 soal kuesioner untuk Beban Kerja Fisik dan 16 soal kuesioner untuk penerapan pasien safety. Uji validitas dengan r tabel < 0,553 dan uji realibitas α > 0,600. Hasil penelitian Beban Kerja Fisik Perawat terdapat berat sebanyak 7 responden (22%), sedang sebanyak 11 responden (35%), ringan sebanyak 10 responden (31%), tidak menjadi beban kerja sebanyak 4 responden (12%). Hasil penelitian Penerapan pasien safety memiliki unfavorable sebanyak 3 responden (10%) dan favorable sebanyak 29 responden (90%). Kesimpulan penelitian ini adalah masuk kategori beban kerja fisik sedang sebanyak 11 responden (35%) dan penerapan pasien safety masuk kategori favorable sebanyak 29 responden (90%). Penulis menyarankan kepada perawat ruang paviliun Firdaus di RSAU dr.M.Salamun dapat meminimalisir pekerjaan yang tidak terselesaikan dan mengevaluasi apa saja yang menjadi beban kerja fisik sehingga penerapan pasien safety dapat terlaksana dengan baik.
Tingkat Kepuasan Pasien Poli Gigi Puskesmas Sawah Lega Cicalengka Kabupaten Bandung Ero Haryanto; Siti Nurjanah; Rina Kartikasari
Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika) Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Ilmiah JKA (Jurnal Kesehatan Aeromedika)
Publisher : Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.054 KB) | DOI: 10.58550/jka.v6i1.116

Abstract

Tahun 2017 pengunjung poli gigi Puskesmas Sawah Lega sebanyak 6737 sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 1962 sehingga pada tahun 2018 poli gigi mengalami penurunan pengunjung sebanyak 4775 pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di poli gigi Puskesmas Sawah Lega. Kepuasan pasien adalah tanggapan pasien terhadap kesesuaian tingkat harapan (ekspektasi) pasien sebelum mereka merima jasa pelayanan dan sesudah pelayanan yang terima. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif pada 146 sampel dengan teknik accidental sampling. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang telah di uji validitas degan hasil 0,618-0,951 dan reabilitas Cronbach’s Alpha > 0.77. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepuasan pasien secara umum 92%, dimensi bukti fisik menunjukan puas yaitu 92%, dimensi kehandalan menunjukan puas yaitu 92%, dimensi ketanggapan menunjukan puas yaitu 90%, dimensi jaminan menunjukan puas yaitu 92%, dan dimesi jaminan menunjukan puas yaitu 92%. Kesimpulan penelitian pasien di poli gigi puskesmas Sawah Lega menunjukan puas dengan pelayanan. Diharapkan Kepala maupun Petugas Puskesmas terus mempertahankan dan meningkatkan pelayanan dimensi ketanggapan dengan baik.