Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

KONSTRUKSI VISUAL SCENE TEMBANG DURMA KUNTILANAK DALAM FILM KUNTILANAK MELALUI TEKNIK MONTAGE Lilik Reni Randawati; Lilik Slamet Raharsono; Mochamad Ilham
Publika Budaya Vol 6 No 2 (2018): Publika Budaya
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/pb.v6i2.8714

Abstract

Abstrak Penelitian ini membahas tentang konstruksi visual dalam film Kuntilanak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konstruksi visual scene tembang durma kuntilanak dalam film Kuntilanak Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif untuk membedah secara detail penyelesaian masalah yang ada dalam penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik montage Sergei Eisenstein. Hasil analisis data memberikan kesimpulan bahwa penggunaan teknik montage tonal sangat berperan untuk dapat meningkatkan suasana horor pada film Kuntilanak khususnya pada scene tembang durma kuntilanak. Secara keseluruhan, teknik montage tonal tidak hanya menyusun urutan gambar namun memberikan nyawa berupa rasa dan emosi untuk membentuk sebuah konstruksi visual yang dapat merepresentasikan tembang durma kuntilanak sebagai daya tarik bagi film Kuntilanak. Kata Kunci: Film Kuntilanak , tembang durma kuntilanak, konstruksi visual, montage,
KONSTRUKSI VISUAL SCENE TEMBANG DURMA KUNTILANAK DALAM FILM KUNTILANAK MELALUI TEKNIK MONTAGE Lilik Reni Randawati; Lilik Slamet Raharsono; Mochamad Ilham
Publika Budaya Vol 5 No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/pb.v5i2.6546

Abstract

AbstrakPenelitian ini membahas tentang konstruksi visual dalam film Kuntilanak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konstruksi visual scene tembang durma kuntilanak dalam film Kuntilanak Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif untuk membedah secara detail penyelesaian masalah yang ada dalam penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik montage Sergei Eisenstein. Hasil analisis data memberikan kesimpulan bahwa penggunaan teknik montage tonal sangat berperan untuk dapat meningkatkan suasana horor pada film Kuntilanak khususnya pada scene tembang durma kuntilanak. Secara keseluruhan, teknik montage tonal tidak hanya menyusun urutan gambar namun memberikan nyawa berupa rasa dan emosi untuk membentuk sebuah konstruksi visual yang dapat merepresentasikan tembang durma kuntilanak sebagai daya tarik bagi film Kuntilanak.
KONSTRUKSI VISUAL SCENE TEMBANG DURMA KUNTILANAK DALAM FILM KUNTILANAK MELALUI TEKNIK MONTAGE Lilik Reni Randawati; Lilik Slamet Raharsono; Mochamad Ilham
Publika Budaya Vol 5 No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPenelitian ini membahas tentang konstruksi visual dalam film Kuntilanak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konstruksi visual scene tembang durma kuntilanak dalam film Kuntilanak Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif untuk membedah secara detail penyelesaian masalah yang ada dalam penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik montage Sergei Eisenstein. Hasil analisis data memberikan kesimpulan bahwa penggunaan teknik montage tonal sangat berperan untuk dapat meningkatkan suasana horor pada film Kuntilanak khususnya pada scene tembang durma kuntilanak. Secara keseluruhan, teknik montage tonal tidak hanya menyusun urutan gambar namun memberikan nyawa berupa rasa dan emosi untuk membentuk sebuah konstruksi visual yang dapat merepresentasikan tembang durma kuntilanak sebagai daya tarik bagi film Kuntilanak.
ANALISIS STRUKTUR NARATIF PADA FILM MERRY RIANA MIMPI SEJUTA DOLAR DALAM MEMBANGUN ADEGAN DRAMATIK Irma oktarica Firziandini; Dwi Haryanto; Mochamad Ilham
Publika Budaya Vol 6 No 2 (2018): Publika Budaya
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/pb.v6i2.8713

Abstract

Abstrak Penelitian ini membahas struktur naratif yang membangun adegan dramatik dalam film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur naratif dapat membangun adegan dramatik berdasarkan 4 unsur dramatik milik Elizabth Lutters yang terjadi dalam film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang bersifat deskriptif untuk membedah secara detail penyelesaian masalah yang ada dalam penelitian. Analisis data pada objek penelitian menggunakan teknik analisis naratif yang membangun dramatisasi. Teori yang digunakan adalah The Classical Hollywood Cinema yang diciptakan oleh David Bordwell, Janet Staiger dan Kristin Thompson, dan teori 4 unsur dramatik Elizabeth Lutters. Hasil analisis data memberikan kesimpulan bahwa unsur dramatik yang terdapat dalam film Merry Riana Mimpin Sejuta Dolar adalah konflik, suspense, curiosity dan surprise. Keempat unsur dramatik tersebut didukung dengan unsur naratif ruang dan waktu serta tujuan tokoh utama dalam meraih impiannya, sehingga pemaparan tentang adegan dramatik lebih lengkap dengan adanya analisis berdasarkan The Classical Hollywood Cinema atau unsur naratif David Bordwell, Janet Staiger dan Kristin Thompson. Kata Kunci: Film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar, The Classical Hollywood Cinema, 4 unsur dramatik, struktur naratif.
LOCAL LANGUAGE AS CULTURAL COHESIVE DEVICE IN JANGER PERFORMING ART Mochamad Ilham
SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik Vol 19 No 1 (2018): Semiotika: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik
Publisher : Diterbitkan oleh Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember bekerja sama dengan Himpunan Sarjana - Kesusastraan Indonesia (HISKI), Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) dan Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.79 KB) | DOI: 10.19184/semiotika.v19i1.6771

Abstract

Janger performing art is still able to attract the public because of its ability to adopt various local languages in Banyuwangi. In addition to apply Javanese language, it also utilizes Using, Madurese, and Indonesia languages. Nevertheless, the actors of Janger cannot simply mix language. Appropriateness in applying and mixing languages is a prerequisite for being a successful actor. This article aims to analyze the ways in which actors adopt four languages in their performances. Therefore the relevant approach used is the perspective of orality. This approach leads to the answer that the local languages are the cultural cohesive device between Janger performing art and its audiences. Although using different languages, the three major ethnic groups in Banyuwangi, namely Using, Javanese, and Madurese can together become Janger supporters because symbolically all of them feel become the owner of Janger.
Janger Performance: The Rite of Unification and (Re)construction of Cultural Identity of Banyuwangi, East Java Mochamad Ilham
Arif: Jurnal Sastra dan Kearifan Lokal Vol 1 No 1 (2021): Arif: Jurnal Sastra dan Kearifan Lokal
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.792 KB) | DOI: 10.21009/Arif.011.05

Abstract

Artikel ini membahas bagaimana masyarakat Banyuwangi, yang terdiri atas berbagai suku, menyatukan diri dan merekonstruksi identitas budaya mereka melalui seni pertunjukan Janger. Konstruksi identitas merupakan cara pandang atau makna identitas yang dikonstruksi oleh masyarakat. Mereka pernah mengalami keruntuhan identitas budaya ketika kalah total dalam perang besar melawan Belanda pada tahun 1772. Sebelum perang, mereka memiliki pemerintahan yang independen, tidak di bawah kendali pihak lain. Dalam beberapa dekade terakhir, ada upaya untuk merekonstruksi identitas budaya yang runtuh tersebut. Penelitian ini membutuhkan eksplorasi lapangan dengan memanfaatkan pendekatan etnografi. Pendekatan ini menggali data tentang berbagai aspek sosial budaya masyarakat Banyuwangi yang menjadi konteks seni pertunjukan Janger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Janger Banyuwangi menjadi momentum vital untuk membangun dan merekonstruksi budaya baru Banyuwangi yang dapat diterima semua lapisan masyarakat.
PENYUTRADARAAN FILM FIKSI BHÂKO DENGAN MENGGUNAKAN ALUR MULTIPLOT Alif Septian Raksono Putra; Muhammad Zamroni; Mochamad Ilham
ROLLING Vol 2 No 2 (2019): Rolling Volume 2 Nomor 2 Tahun 2019
Publisher : Program Studi Film dan Televisi Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bhâko adalah film fiksi yang menceritakan potret kegelisahan para petani tembakau yang rentan terhadap permainan harga di tingkat pembeli (tengkulak) dan gudang tembakau. Teknik yang digunakan pengkarya adalah alur multiplot. Penggunaan alur multiplot dipilih dengan tujuan untuk menujukan kerumitan proses distribusi tembakau, serta membuat penonton merasakan efek dramatisasi karena alur multiplot yang padat konflik dan tidak terputus. Untuk mendapatkan alur cerita multiplot dengan baik, pengkarya melakukan beberapa tahap seperti casting pada proses praproduksi, memimpin proses kreatif pada proses produksi, dan mengarahkan editor pada proses pasca produksi.
ANALISA PEMILIHAN TAPAK SEBAGAI PERANCANGAN WISATA AIR PADA WADUK MANGUNAN DI JOMBANG Mochamad Ilham; Ibrahim Tohar; Tigor W. S. Panjaitan
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 13 No. 3 (2024): Daseng Volume 13 Nomor 3, Agustus 2024
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v13i3.57393

Abstract

Wisata air adalah jenis rekreasi di mana air digunakan sebagai komponen utama. Permainan dan aktivitas yang dirancang untuk memberikan hiburan dan kesenangan kepada pengunjung di lingkungan yang berhubungan dengan air.Wisata alam Jombang, seperti wisata air dan religi, dapat meningkatkan pariwisata kota dan menarik wisatawan asing dan lokal. Untuk mencapai program peningkatan sektor pariwisata dalam skala kota, diperlukan pembangunan fasilitas. Demikian mengenai wisata alam tersebut, terdapat akses dari pemerintah mengenai peningkatan, serta pengadaan fasilitas pariwisata. Oleh karena itu, penulis merujuk pada identifikasi mengenai potensi yang terdapat di waduk Mangunan sebagai potensi pengembangan pariwisata alam di Kabupaten Jombang. Kata kunci : Wisata Air, Pariwisata, Jombang
Efektivitas Program Pelatihan Pembuatan Sabun Cuci Piring dalam Meningkatkan Kemandirian Ekonomi Warga Dusun 01 Desa Batukarut Noneng Nurhayani; Nurul Karimah; Haiffa Nur Nafisah; Selvi Rosdiana; Mochamad Ilham; Rena Wulandara
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 14 No 2 (2024): Desember 2024
Publisher : LPPM UNINUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30999/jpkm.v14i2.3557

Abstract

Pembuatan sabun merupakan salah satu peningkatan kemandirian ekonomi, pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas program pelatihan pembuatan sabun cuci piring dalam meningkatkan kemandirian ekonomi warga Dusun 01 Desa Batukarut. Program ini dirancang sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan keterampilan produksi dan pengelolaan usaha kecil. Metode pelatihan yang digunakan adalah pemaparan, demonstrasi, dan partisipasi aktif. Hasil observasi menunjukan bahwa program pelatihan ini secara signifikan meningkatkan keterampilan peserta pelatihan dalam memproduksi sabun cuci piring yang berkualitas. Selain itu, terjadi peningkatan pendapatan dan kemandirian ekonomi di kalangan peserta setelah mengikuti pelatihan. Faktor keberhasilan program ini meliputi metode pelatihan yang praktis, dukungan dari perangkat desa, serta kemauan yang tinggi dari peserta untuk belajar dan berwirausaha. Secara keseluruhan, program ini efektif dalam mendorong kemandirian ekonomi dan memiliki potensi untuk diimplementasikan di wilayah lain dengan penyesuaian tertentu.
Settlement of Workers’ Entitlements To Other Wage Components In The Event of Corporate Bankruptcy Mochamad Ilham; Budi Santoso; Sugeng Santoso PN
YURISDIKSI : Jurnal Wacana Hukum dan Sains Vol. 21 No. 2 (2025): September
Publisher : Faculty of Law, Merdeka University Surabaya, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55173/yurisdiksi.v21i2.309

Abstract

This thesis discusses the rights of workers in bankruptcy situations which have been regulated in the Manpower Law and the Bankruptcy Law, but their implementation still faces obstacles, especially related to the priority order of payments when compared to other creditors. Constitutional Court Decision Number 67/PUU-XI/2013 confirms that the obligation to pay wages to workers must take priority over all other types of creditors, including separatist creditors. This study aims to answer two problem formulations: (1) Are workers who experience termination of employment (PHK) due to the company going bankrupt in their position as preferred creditors entitled to other wages that have not been paid? and (2) How is the mechanism for payment of workers' rights to other wages that have not been paid compared to other creditors in the bankruptcy process. The research method used is normative juridical with a statutory, conceptual, and comparative approach. The results of the study show that workers who experience termination of employment (PHK) due to the company going bankrupt have the position of preferred creditors as regulated in Article 95 paragraph (4) of the Manpower Law and Article 39 paragraph (2) of Law Number 37 of 2004 concerning Bankruptcy and PKPU. This position gives priority rights to workers for payment of wages, including other wages that have not been paid. Thus, workers are entitled to other wages even though the company is in a state of bankruptcy, as long as it is recognized in the list of receivables. In the bankruptcy process, the mechanism for payment of workers' rights takes priority over concurrent creditors, but does not necessarily exclude separatist creditors (holders of property security rights). The order of payment begins with the settlement of bankruptcy costs, then workers' rights, only after that the remaining bankruptcy assets are used to pay separatist and concurrent creditors. With this mechanism, workers obtain legal protection for their wage rights, although in practice there are often obstacles due to the limited value of the available bankruptcy assets.