Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Keragaman dan Pemanfaatan Tumbuhan Berenuk (Cresentia cujete L) di Daerah Istimewa Yogyakarta Kianto Atmodjo
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 4, No 3 (2019): October 2019
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v4i3.2518

Abstract

Berenuk (Crescentia cujete Linn, suku Bignoniaceae ) merupakan tumbuhan yang sebarannya  di daerah tropis.  Arango-Ullao (2009) menemukan dan membagi 8 ragam buah tumbuhan ini  di daerah Colombia. Di Filipina  berenuk dikenal sebagai salah satu tumbuhan obat ajaib  Semua bagian tumbuhan ini  dapat dimanfaatkan  dari sebagai obat, perabot rumah tangga dan hiasan. Di Indonesia, berenuk banyak dijumpai, namun keberadaannya terancam punah karena masyarkat tidak mengetahui manfaatnya, bahkan dianggap berbahaya sebagai racun dan akhirnya ditebangi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan, keberagaman dan pemanfaatan berenuk oleh masyarakat Indonesia yang diawali dari Daerah istimewa Yogyakarta. Metode yang dilakukan dengan cara wawancara dengan tokoh masyarakat dan mendatangi lokasi yang dianggap ada tumbuhan ini. Bila tumbuhan ini ditemukan didata morfologis buahnya dan dicari informasi  pemanfaatannya dari orang disekitar tumbuhan ini berada. Penelitian ini dilakukan sejak bulan September  2018 sampai dengan april 2019 di lakukan di daerah Sleman,Kulon Progo, Bantul, Gunungkidul dan Kota madya Yogyakarta. Hasil yang diperoleh adalah berenuk lebih dikenal dengan nama daerah maja (pahit) dijumpai di semua Kabupaten dan Kotamadya di daerah Istimewa Yogyakarta dalam kondisi terancam punah. Ada 4 macam variasi tumbuhan berdasarkan bentuk buahnya yaitu lonjong, bundar,dan  sphaeris, serta seperti ginjal.Ukuran buah mancapai 3,5 kg yang terbesar dengan keliling sekitar 30 cm. Tumbuhan buah lonjong hanya dijumpai di daerah kota madya Yogyakarta, 5 pohon. Masyarakat daerah kulon progo memanfaatkan sebagai pakan ternak, di Bantul untuk minuman fermentasi, di Sleman untuk pestisida dan pupuk. Usaha  Pengenalan pengolahan buah berenuk dan merasakan manfaatnya sebagai obat sakit perut, asma, masuk angi dan gula di daerah Sleman telah dilakukan. Usaha ini berdampak dan telah mendorong masayarakat menanam dan mencegah penebangan berenuk.
Pelatihan Tentang Pengenalan, Pemeriksaan, dan Penjaminan Mutu Bahan Obat Tradisional (BOT) Bagi Guru Biologi SMA Daerah Istimewa Yogyakarta (Training on Determination, Identification, and Quality Control of Traditional Medicine Ingredients to Biology High School Teachers in Yogyakarta Special Province) Boy Rahardjo Sidharta; Exsyupransia Mursyanti; P. Kianto Atmodjo; Nelsiani To’bungan; Ines Septi Arsiningtyas
Jurnal Pengabdian Masyarakat MIPA dan Pendidikan MIPA Vol 2, No 2 (2018): Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (652.149 KB)

Abstract

AbstrakKegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dengan topik “Pelatihan tentang Pengenalan, Pemeriksaan, dan Penjaminan Mutu Bahan Obat Tradisional (BOT) bagi Guru Biologi SMA Daerah Istimewa Yogyakarta” dilakukan mengingat banyaknya kasus keracunan akibat konsumsi obat tradisional. Guru Biologi SMA menjadi sasaran pelatihan karena telah memiliki latar belakang keilmuan dan keterampilan yang memadai serta sering menghadapi pertanyaan orangtua murid dan masyarakat perihal pemanfaatan BOT. Pelatihan diharapkan memberikan solusi terhadap permasalahan di atas dengan menerapkan teknologi tepat guna yang sederhana, sehingga dapat memberikan pemahaman tentang BOT berkualitas berdasarkan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). BOT yang dipilih yaitu sambiloto (Andrographis paniculata), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), dan pule (Alstonia scholaris) karena banyak digunakan dalam pengobatan diabetes mellitus. Peserta diberikan keterampilan mengenali, mengidentifikasi, dan melakukan pemeriksaan mutu secara sederhana, namun ilmiah. Peserta menyatakan mampu menerapkan keterampilan yang diperoleh dan bersedia mengikuti pelatihan lanjutan di masa mendatang. Kata kunci: Pengenalan, Pemeriksaan, Penjaminan Mutu, Bahan Obat Tradisional  AbstractCommunity Service Activity with the topic “Training on Determination, Identification, and Quality Control of Traditional Medicine Ingredients to Biology High School Teachers in Yogyakarta Special Province” was done due to the increase of traditional medicine intoxications. Biology High School teachers were targeted as the participants, because they had scientific background and skills related to the problem. The activity was done to give better solution to the problem using simple and appropriate technology, hence it can give knowledge on high quality of traditional medicine based on Good Production of Traditional Medicine. Traditional medicines utilised were sambiloto (Andrographis paniculata), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), and pule (Alstonia scholaris), since these traditional medicines were mostly practiced to cure diabetes. Participants were also given skills on determination, identification, and quality control. Participants stated that they were able to apply the skills obtained and were ready to be included in the continual training in the future. Key words: Determination, Identification, Quality Control, Traditional Medicine
Efek Pemberian Sari Buah Berenuk (Crescentia cujete L.) Terhadap Berat Mencit Galur Swiss-Webster (Mus musculus) Dhany Krisna; Patricius Kianto Atmodjo; Ines Septi Arsiningtyas
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 7, No 2 (2022): June 2022
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v7i2.5255

Abstract

Buah berenuk (Crescentia cujete L.) merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk pengobatan tradisional. Buah berenuk mengandung berbagai senyawa seperti flavonoid, yang dapat digunakan untuk meningkatkan nafsu makan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan sari dari buah berenuk (Crescentia cujete L.) dalam meningkatkan nafsu makan dari mencit (Mus musculus) galur Swiss Webster, yang diukur berdasarkan tingkat konsumsi pakan dan berat mencit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan yaitu lima dosis sari buah berenuk 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%, satu kontrol negatif tanpa pemberian sari buah berenuk, serta satu kontrol positif menggunakan perlakuan sari temulawak (Curcuma xantorrhiza). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sari buah berenuk mengandung senyawa fenolik dan flavonoid. Sari buah berenuk dosis 40% mampu meningkatkan konsumsi pakan serta berat badan mencit meskipun secara analisis statistik tidak berbeda signifikan dengan dosis lain. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sari buah berenuk memiliki potensi untuk meningkatkan nafsu makan. 
Pengolahan Sirup dan Selai Markisa oleh Kelompok Tani Kampung Markisa untuk Memasuki Era Pascapandemi Benediktus Yudo Leksono; Patricius Kianto Atmodjo
Media Abdimas Vol 1 No 3 (2022): Jurnal Media Abdimas Vol 1 No 3 Bulan November 2022
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.857 KB) | DOI: 10.37817/mediaabdimas.v1i3.2558

Abstract

Kelompok Tani Markisa Kampung Markisa Blunyahrejo telah memiliki kemampuan untuk mengolahmarkisa menjadi produk olahan berupa sirup markisa dan selai markisa. Meski demikian, adanya pandemimengakibatkan ketidakaktifan produksi dari sirup dan selai markisa. Oleh karena itu, Kelompok TaniMarkisa Kampung Markisa memerlukan kegiatan pelatihan kembali sebagai bentuk penyegaran danmemotivasi kembali anggota kelompok tani untuk kembali mengolah markisa. Kegiatan pengabdian inibertujuan untuk memotivasi dan menyegarkan kembali Kelompok Tani Markisa, Kampung Markisa,Blunyahrejo, dalam mengolah markisa menjadi produk sirup dan selai markisa. Kegiatan pengabdian terdiridari diskusi dan survey kecil serta kegiatan pelatihan dan praktek bersama. Sirup yang dihasilkan memilikikekentalan menyerupai sirup komersial, sedangkan selai memiliki warna cerah dengan kenampakanmenarik. Setelah mengikuti kegiatan pengabdian, Kelompok Tani Markisa Kampung Markisa, Blunyahrejokembali termotivasi dan memiliki kemampuan untuk mengolah markisa menjadi produk olahan yangmemiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan produk yang telah dibuat sebelumnya.
The Secondary Metabolite and Antibiotic Activity of Calabash Leaf and Fruit (Crescentia Cujete L) Ethanol Extract Kianto Atmodjo; Boy Rahardja Sidharta
Seminar Nasional Penelitian dan Abdimas Vol 1 No 1 (2023): Juni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/senapas.v1i1.7395

Abstract

Antibiotic resistance is a big problem in medication, food security, and human development goals. Indonesia has a very huge diversity in term of medicinal plants, which are proven to cure many illnesses by their ancestors, including Calabash. However, research on the bioactive substances from the leaves and fruit of calabash as antibiotic [both antibacterial and antifungal] are dearth. Antibiotic activity test of the substances found has never been done yet, including the comparison to antibiotic ampicillin. The objectives of the research are: a] to determine bioactive substances found in the leaves and fruit of Calabash which have antibiotic activities, b] to reveal the antibiotic activity of leaves and fruit extract of calabash to two [2]] pathogenic bacteria and two [2] pathogenic fungus, c] to determine minimum inhibitory concentration [MIC] of calabash’s leaves and fruit extract to four [4] pathogenic microbes. The methods applied in this research are as follows. The bioactive substances were extracted using maceration method with ethanol as the solvent. The extracts were then analyzed using GC-MS equipment and tested to four [4] pathogenic microbes in agar diffusion method to determine the inhibition zones of the extracts. Later, the extract was also used to determine the MIC of the extracts by dilution technique. This present research found that fruit and leaves extract have many bioactive substances such as saponin, flavonoid, terpenoid and alkaloid that have low-medium antibacterial and antifungal activity, with minimum concentration of inhibition 50% for bacteria and 75% for fungus., which later can be developed into products or antibacterial and antifungal drugs that may give benefits to Indonesian people and the world.
Daya Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) dan Sirih Merah (Piper Crocatum) Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus Lidwina Ella Septiani; Kianto Atmodjo; B. Boy Rahardjo Sidharta
Seminar Nasional Penelitian dan Abdimas Vol 2 No 1 (2024): Juni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract —Betel, have long been known as antibacterial. Based on the shape of the leaves, taste and aroma, betel is divided into several types, but the most widely used are green and red betel leaves. Green and red betel leaves contain phytochemicals such as essential oils compounds such as kavikol, cineol and eugenol. The purpose of this study was to determine the differences in the content of green and red betel leaf essential oil in the old and young treatments and its effectiveness at the concentration used against Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa bacteria. This research begins with the preparation of betel leaf for essential oil distillation, isolation of essential oils by steam-water distillation, analysis of components or compounds of essential oils using GCMS, preparation of pure essential oil stock solutions (100%), preparation of Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa bacteria. then identification test was carried out with several test methods, antibacterial activity testing which began with making variations in concentrations of 10%, 15%, 20%, 25% and 30% with the addition of a positive control of ampicillin disk and a negative control of DMSO with the well diffusion method which was incubated for 24 hours. hours at 37°C. The results of the measurement of the inhibitory zone were analyzed by ANOVA using the factorial RAL pattern, followed by the measurement of the minimum inhibitory concentration (MIC) with a concentration variation of 5%, 10%, 20% and 30% and the determination of the minimum inhibitory concentration (MIC). The results showed that dark green betel leaf essential oil had better antibacterial activity in the inhibition zone test with a concentration of 30% against both bacteria with an inhibitory zone area of ​​1.88 cm for Staphylococcus aureus and 1.21 cm for Psedumonas aeruginosa and the minimum inhibitory concentration test was able to inhibit at a concentration of 10% 10% against Staphylococcus aureus bacteria and at a concentration of 5% on Psedumonas aeruginosa bacteria.