Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Aktifitas Selulolitik dan Patogenisitas Bacillus cereus_TSS4 dari Serasah Daun Mangrove Yustiana Dewi; Robin Robin; Eva Prasetiyono; Ardiansyah Kurniawan
Depik Vol 9, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1277.333 KB) | DOI: 10.13170/depik.9.1.12748

Abstract

Abstract. Leaf litter of mangrove has the potential for cellulolytic bacteria that are beneficial in aquaculture feed. Tin mining in Bangka Island impact for mangrove and allows for new strains of cellulolytic bacteria. Identification and safety evaluations are needed to knows the applied to aquaculture. This study aims to obtain and evaluate the potential impact on the aquaculture of cellulolytic bacteria from the Tukak Sadai mangrove, South Bangka.  The effects were shown on the survival and clinical symptoms of fish through pathogenicity testing of the selected bacteria. This research was done from March 2017 until March 2018. Leaf litter was a sample taken from mangroves and isolated using 1% Carboxymethyl Cellulosa (CMC) media. Qualitative test of cellulase enzyme activity uses congo red and bacterial identification to use biochemical characterization with Microbact TM. There were six cellulolytic bacterial isolates from the mangrove leaves of Tukak Sadai, South Bangka. TSS4 isolates had the highest cellulolytic index of 26.4 mm compared to other strains. Biochemical characterization of TSS4 isolates show similarities with Bacillus cereus. Pathogenicity test on Bacillus cereus_TSS4 isolates show that it was not pathogenic with normal fish conditions until the end of maintenance, fish survival reached 100%, and no damage to internal organs occurred.Keywords: Bacillus cereus,  mangrove leaf litter, pathogenicity, cellulolytic bacteriaAbstrak. Serasah daun mangrove memiliki potensi bakteri selulolitik yang bermanfaat pada pakan dalam akuakultur. Penambangan timah di Pulau Bangka berdampak pada hutan bakau dan memungkinkan strain bakteri selulolitik baru. Identifikasi dan evaluasi keamanan diperlukan untuk mengetahui penerapan pada budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan mengevaluasi dampak potensial pada akuakultur dari bakteri selulolitik hutan bakau Tukak Sadai, Bangka Selatan. Dampaknya   ditunjukkan  pada   kelangsungan   hidup   dan   gejala   klinis  ikan  melalui   pengujian patogenisitas dari bakteri yang dipilih. Penelitian ini dilakukan mulai Maret 2017 hingga Maret 2018. Serasah daun merupakan sampel yang diambil dari mangrove dan diisolasi menggunakan media Carboxymethyl Cellulosa (CMC) 1%. Uji kualitatif aktivitas enzim selulase menggunakan congo red dan identifikasi bakteri untuk menggunakan karakterisasi biokimia dengan MicrobactTM. Ada enam isolat bakteri selulolitik dari daun mangrove Tukak Sadai, Bangka Selatan. Isolat TSS4 memiliki indeks selulolitik tertinggi 26,4 mm dibandingkan dengan jenis lainnya. Karakterisasi biokimia isolat TSS4 menunjukkan kesamaan dengan Bacillus cereus. Uji patogenisitas pada isolat Bacillus cereus_TSS4 menunjukkan bahwa tidak patogen dengan kondisi ikan normal sampai akhir pemeliharaan, kelangsungan hidup ikan mencapai 100%, dan tidak terjadi kerusakan pada organ internal.Kata kunci: Bacillus cereus, serasah daun mangrove, patogenisitas, bakteri selulolitik
Aktifitas Selulolitik dan Patogenisitas Bacillus cereus_TSS4 dari Serasah Daun Mangrove Yustiana Dewi; Robin Robin; Eva Prasetiyono; Ardiansyah Kurniawan
Depik Vol 9, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.9.1.12748

Abstract

Abstract. Leaf litter of mangrove has the potential for cellulolytic bacteria that are beneficial in aquaculture feed. Tin mining in Bangka Island impact for mangrove and allows for new strains of cellulolytic bacteria. Identification and safety evaluations are needed to knows the applied to aquaculture. This study aims to obtain and evaluate the potential impact on the aquaculture of cellulolytic bacteria from the Tukak Sadai mangrove, South Bangka.  The effects were shown on the survival and clinical symptoms of fish through pathogenicity testing of the selected bacteria. This research was done from March 2017 until March 2018. Leaf litter was a sample taken from mangroves and isolated using 1% Carboxymethyl Cellulosa (CMC) media. Qualitative test of cellulase enzyme activity uses congo red and bacterial identification to use biochemical characterization with Microbact TM. There were six cellulolytic bacterial isolates from the mangrove leaves of Tukak Sadai, South Bangka. TSS4 isolates had the highest cellulolytic index of 26.4 mm compared to other strains. Biochemical characterization of TSS4 isolates show similarities with Bacillus cereus. Pathogenicity test on Bacillus cereus_TSS4 isolates show that it was not pathogenic with normal fish conditions until the end of maintenance, fish survival reached 100%, and no damage to internal organs occurred.Keywords: Bacillus cereus,  mangrove leaf litter, pathogenicity, cellulolytic bacteriaAbstrak. Serasah daun mangrove memiliki potensi bakteri selulolitik yang bermanfaat pada pakan dalam akuakultur. Penambangan timah di Pulau Bangka berdampak pada hutan bakau dan memungkinkan strain bakteri selulolitik baru. Identifikasi dan evaluasi keamanan diperlukan untuk mengetahui penerapan pada budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan mengevaluasi dampak potensial pada akuakultur dari bakteri selulolitik hutan bakau Tukak Sadai, Bangka Selatan. Dampaknya   ditunjukkan  pada   kelangsungan   hidup   dan   gejala   klinis  ikan  melalui   pengujian patogenisitas dari bakteri yang dipilih. Penelitian ini dilakukan mulai Maret 2017 hingga Maret 2018. Serasah daun merupakan sampel yang diambil dari mangrove dan diisolasi menggunakan media Carboxymethyl Cellulosa (CMC) 1%. Uji kualitatif aktivitas enzim selulase menggunakan congo red dan identifikasi bakteri untuk menggunakan karakterisasi biokimia dengan MicrobactTM. Ada enam isolat bakteri selulolitik dari daun mangrove Tukak Sadai, Bangka Selatan. Isolat TSS4 memiliki indeks selulolitik tertinggi 26,4 mm dibandingkan dengan jenis lainnya. Karakterisasi biokimia isolat TSS4 menunjukkan kesamaan dengan Bacillus cereus. Uji patogenisitas pada isolat Bacillus cereus_TSS4 menunjukkan bahwa tidak patogen dengan kondisi ikan normal sampai akhir pemeliharaan, kelangsungan hidup ikan mencapai 100%, dan tidak terjadi kerusakan pada organ internal.Kata kunci: Bacillus cereus, serasah daun mangrove, patogenisitas, bakteri selulolitik
PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI IKAN MELALUI TEKNOLOGI ORGANIC WASTE TRAP DALAM SISTEM POLIKULTUR BAGI PEMBUDIDAYA IKAN DI DESA TUA TUNU, KOTA PANGKALPINANG Eva Prasetiyono; Denny Syaputra; Robin Robin
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bangka Belitung Vol 2 No 2 (2015): Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bangka Belitung
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/jpu.v2i2.133

Abstract

Fish farming activities carried out by fish farmers often face problems that cause production activities to be not optimal. In fact, increasing production capacity is very important to increase profits. Problems that often arise are basically common. However, due to a lack of mastery of technology and production management, these problems become a major obstacle to optimizing business activities. Fish farmers in Tua Tunu Village, Pangkalpinang City are fish farmers engaged in freshwater fish farming activities, especially catfish (Pangasius pangasius). So far, fish farming activities carried out by fish farmers have faced problems caused by two main factors, namely poor water quality in aquaculture ponds due to waste from feed and fish feces and lack of diversification of fish farming commodities. The purpose of this activity is to provide science and technology applications in the form of technology to minimize aquaculture waste and aquaculture technology systems so that the production capacity of fish farmers increases. This activity was carried out in fish farming ponds owned by fish farmers in Tua Tunu Village, Pangkalpinang City.The specific target is to increase the production capacity of fish farming with the application of technology in all fish farming ponds for fish farmers in Tua Tunu. The method used is a survey method by conducting fish farming activities by inserting technology applications in the form of organic waste trap technology and polyculture system technology. The results obtained show that the production capacity of the pond and the harvest of the fish farmers are more optimal. The results of the activity show that the fish farmer partners can harvest more types of fish and more profits. The water quality in the fish farming media is better. The good water quality from the application of this technology can be seen physically from the color of the water with a lower level of turbidity by suspended solids from feed compared to ponds that do not use this technology.
DISEMINASI TEKNOLOGI PEMBUATAN PAKAN IKAN BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL DAN TEKNOLOGI APLIKATIF SEDERHANA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEUNTUNGAN BAGI PEMBUDIDAYA IKAN DI DESA TUA TUNU,KOTA PANGKALPINANG Eva Prasetiyono; Denny Syaputra
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bangka Belitung Vol 3 No 2 (2016): Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bangka Belitung
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/jpu.v3i2.152

Abstract

Pakan ikan merupakan permasalahan utama dalam kegiatan usaha bisnis budidaya ikan. Hal ini dikarenakan kebutuhan biaya untuk pembelian pakan ikan menghabiskan 60 – 70% biaya operasional produksi. Kondisi ini berdampak pada menurunnya pendapatan (income) bagi para pembudidaya ikan. Pembudidaya Ikan di Desa Tua Tunu, Kota Pangkalpinang merupakan pembudidaya ikan yang bergerak dalam kegiatan budidaya ikan air tawar. Selama ini kegiatan budidaya ikan yang dilakukan oleh para pembudidaya terkendala oleh besarnya biaya pakan yang dikeluarkan. Bangka Belitung memiliki potensi perairan laut yang menghasilkan ikan-ikan rucah dalam jumlah yang berlimpah. Ikan rucah harganya murah dan bisa digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan pakan ikan. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan aplikasi IPTEKS berupa pemanfaatan bahan baku lokal berupa ikan rucah untuk dijadikan bahan baku bagi pembuatan pakan ikan dengan menggunakan teknologi sederhana yang aplikatif. Kegiatan ini dilaksanakan di kolam budidaya ikan yang dimiliki oleh para pembudidaya ikan di Desa Tua Tunu, Kota Pangkalpinang. Hasil dari kegiatan ini yaitu Aplikasi dan desain teknologimampu membantu pembudidaya ikan dalam membuat pakan mandiri. Teknologi yang diterapkan berjalan dengan baik dan membantu mitra pembudidaya ikan dalam mendapatkan keuntungan yang optimal. Biaya produksi untuk pembelian pakan ikan berkurang. Bila dibandingkan dengan pakan pabrik (pakan komersil) terdapat perbedaan yang menunjukan pakan mandiri lebih menguntungkan.
BUDIDAYA KEPITING BAKAU DI KELURAHAN AIR JUKUNG, KECAMATAN BELINYU, KABUPATEN BANGKA Eva Prasetiyono; Denny Syaputra
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bangka Belitung Vol 4 No 2 (2017): Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bangka Belitung
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/jpu.v4i2.169

Abstract

Perairan payau banyak dimanfaatkan oleh para pembudidaya ikan sebagai media pemeliharan bagi komoditi air payau seperti kepiting bakau. Namun kegiatan budidayayang dilakukan seringkali menghadapi permasalahan yang menyebabkan hasil produksi menjadi tidak optimal. Pembudidaya ikan di Kelurahan Air Jukung, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka merupakan pembudidaya ikan yang bergerak pada kegiatan budidaya air payau khususnya kepiting bakau (Scylla serrata). Budidaya yang dilakukan selama ini tidak berjalan dengan baik dikarenakan keterbatasan dana, kurangnya teknologi dan pendampingan untuk kegiatan produksinya sangat kurang. Oleh karena itu pendampingan dan teknologi dalam teknis kegiatan budidaya harus ditingkatkan agar didapatkan keuntungan yang optimal. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan aplikasi IPTEKS berupa sistem dan teknologi untuk menghasilkan kepiting bakau yang memiliki harga jual tinggi dan sesuai dengan keinginan pasar ekspor. Kegiatan ini dilaksanakan di kolam budidaya kepiting bakau yang dimiliki oleh para pembudidaya di Kelurahan Air Jukung, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka. Target khusus dari kegiatan ini adalah meningkatnya kapasitas produksi budidaya dengan teraplikasinya sistem dan teknologipada semua petak tambak budidaya bagi bagi para pembudidaya. Metode kegiatan ini yaitu melakukan kegiatan budidaya dengan menyisipkan aplikasi teknologi. Hasil dari kegiatan ini yaitu kepiting bakau yang dipelihara tumbuh optimal pada tambak budidaya. Jumlah kepiting bakau memenuhi kapasitas produksi.
Aktifitas Selulolitik dan Patogenisitas Bacillus cereus_TSS4 dari Serasah Daun Mangrove Yustiana Dewi; Robin Robin; Eva Prasetiyono; Ardiansyah Kurniawan
Depik Vol 9, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.9.1.12748

Abstract

Abstract. Leaf litter of mangrove has the potential for cellulolytic bacteria that are beneficial in aquaculture feed. Tin mining in Bangka Island impact for mangrove and allows for new strains of cellulolytic bacteria. Identification and safety evaluations are needed to knows the applied to aquaculture. This study aims to obtain and evaluate the potential impact on the aquaculture of cellulolytic bacteria from the Tukak Sadai mangrove, South Bangka.  The effects were shown on the survival and clinical symptoms of fish through pathogenicity testing of the selected bacteria. This research was done from March 2017 until March 2018. Leaf litter was a sample taken from mangroves and isolated using 1% Carboxymethyl Cellulosa (CMC) media. Qualitative test of cellulase enzyme activity uses congo red and bacterial identification to use biochemical characterization with Microbact TM. There were six cellulolytic bacterial isolates from the mangrove leaves of Tukak Sadai, South Bangka. TSS4 isolates had the highest cellulolytic index of 26.4 mm compared to other strains. Biochemical characterization of TSS4 isolates show similarities with Bacillus cereus. Pathogenicity test on Bacillus cereus_TSS4 isolates show that it was not pathogenic with normal fish conditions until the end of maintenance, fish survival reached 100%, and no damage to internal organs occurred.Keywords: Bacillus cereus,  mangrove leaf litter, pathogenicity, cellulolytic bacteriaAbstrak. Serasah daun mangrove memiliki potensi bakteri selulolitik yang bermanfaat pada pakan dalam akuakultur. Penambangan timah di Pulau Bangka berdampak pada hutan bakau dan memungkinkan strain bakteri selulolitik baru. Identifikasi dan evaluasi keamanan diperlukan untuk mengetahui penerapan pada budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan mengevaluasi dampak potensial pada akuakultur dari bakteri selulolitik hutan bakau Tukak Sadai, Bangka Selatan. Dampaknya   ditunjukkan  pada   kelangsungan   hidup   dan   gejala   klinis  ikan  melalui   pengujian patogenisitas dari bakteri yang dipilih. Penelitian ini dilakukan mulai Maret 2017 hingga Maret 2018. Serasah daun merupakan sampel yang diambil dari mangrove dan diisolasi menggunakan media Carboxymethyl Cellulosa (CMC) 1%. Uji kualitatif aktivitas enzim selulase menggunakan congo red dan identifikasi bakteri untuk menggunakan karakterisasi biokimia dengan MicrobactTM. Ada enam isolat bakteri selulolitik dari daun mangrove Tukak Sadai, Bangka Selatan. Isolat TSS4 memiliki indeks selulolitik tertinggi 26,4 mm dibandingkan dengan jenis lainnya. Karakterisasi biokimia isolat TSS4 menunjukkan kesamaan dengan Bacillus cereus. Uji patogenisitas pada isolat Bacillus cereus_TSS4 menunjukkan bahwa tidak patogen dengan kondisi ikan normal sampai akhir pemeliharaan, kelangsungan hidup ikan mencapai 100%, dan tidak terjadi kerusakan pada organ internal.Kata kunci: Bacillus cereus, serasah daun mangrove, patogenisitas, bakteri selulolitik
KARAKTERISASI JENIS MAKANAN IKAN TANAH Barbodes binotatus (Valenciennes, 1842) ASAL PERAIRAN PULAU BANGKA PADA HABITAT SUNGAI DAN KOLONG BEKAS TAMBANG Nopitasari, Indah; Prasetiyono, Eva; Syarif, Ahmad Fahrul
Journal of Aquatropica Asia Vol 10 No 1 (2025): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Program Studi Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/1hww8e38

Abstract

Barbodes binotatus (Valenciennes, 1842) atau dikenal sebagai ikan tanah merupakan spesies ikan air tawar yang memiliki nilai ekologis dan ekonomi, baik sebagai ikan konsumsi maupun ikan hias. Populasinya tersebar luas di perairan Asia Tenggara, termasuk Pulau Bangka. Namun, aktivitas penambangan timah yang masif di Bangka berpotensi mengganggu habitat dan sumber pakan alami spesies ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jenis makanan utama pada saluran pencernaan ikan tanah, menentukan tipe makanannya, serta mengevaluasi kondisi kualitas air pada habitat alami ikan tanah, yaitu di sungai dan kolong. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Sungai Kayu Besi (Kabupaten Bangka) dan kolong di Desa Terap (Kabupaten Bangka Selatan). Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis fitoplankton yang ditemukan di perairan sungai berasal dari kelas Bacillariophyceae, Cyanophyceae, dan Euglenophyceae, sedangkan zooplankton tidak ditemukan di habitat sungai tersebut. Sementara itu, perairan kolong mengandung fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae, Chlorophyceae, dan Cyanophyceae, serta zooplankton yang termasuk dalam kelas Branchiopoda, Crustacea, Maxillopoda, dan Ostracoda. Berdasarkan analisis isi saluran pencernaan, fitoplankton merupakan makanan utama ikan tanah di kedua habitat, dengan nilai Index of Preponderance (IP) berkisar antara 76–100%. Makanan tambahan berupa cacing ditemukan dengan kisaran nilai IP antara 0,17–20%, sedangkan zooplankton berperan sebagai makanan pelengkap dengan kisaran IP antara 0,03–0,6%. Berdasarkan panjang usus relatif yang berada pada rentang 1,44–1,64 cm, ikan tanah diklasifikasikan sebagai hewan omnivora.
Eksistensi fitoplankton di kolong pascatambang timah dengan umur berbeda Kurniawan, Andri; Syaputra, Denny; Prasetiyono, Eva
Teknosains Vol 17 No 2 (2023): Mei-Agustus
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/teknosains.v17i2.35789

Abstract

Kajian tentang keberadaan fitoplankton di danau (kolong) bekas tambang timah dengan urutan waktu yang berbeda di Pulau Bangka penting dilakukan sebagai bioindikator kualitas ekosistem pada waktu tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fitoplankton pada kolong pascatambang timah dengan umur yang berbeda, yaitu < 1 tahun, 20-25 tahun, dan > 50 tahun. Penelitian dilakukan secara eksploratif dengan metode purposive sampling untuk pemilihan lokasi penelitian, sedangkan pengamatan fitoplankton dilakukan secara ex situ di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan empat genus fitoplankton adalah Chlorella, Closterium, dan Coelastrum dari Chlorophyceae serta Synedra dari Bacillariophyceae. Chlorella ditemukan pada semua jenis lubang dan jumlah individu tertinggi pada kolong dengan umur < 1 tahun yaitu sebanyak 1.325 ekor/L. Synedra juga ditemukan di semua jenis lubang dan jumlah individu tertinggi di kolong dengan umur antara 20-25 tahun, sebanyak 107 ind./L. Sedangkan Closterium dan Coelastrum tidak ditemukan pada pit dengan umur < 1 tahun, tetapi teridentifikasi pada kolong dengan umur > 20 tahun. Jumlah individu Closterium tertinggi ditemukan pada pit dengan umur antara 20-25 tahun sebanyak 17 ind./L, sedangkan jumlah individu Coelastrum tertinggi terdapat pada kolong dengan umur > 50 tahun sebanyak 30 ind./L. Hasil penelitian juga menunjukkan indeks keanekaragaman (H') dan indeks keseragaman (E) terendah pada kolong umur < 1 tahun (0,215), sedangkan indeks tertinggi pada kolong umur > 50 tahun (0,817). Indeks dominasi (D) menunjukkan nilai tertinggi terdapat pada kolong dengan umur > 50 tahun (0,522), sedangkan nilai terendah terdapat pada kolong dengan umur < 1 tahun (0,892).