Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

DAMPAK PEMBANGUNAN PERUMAHAN TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN, SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR DI KELURAHAN SAMBIROTO, KECAMATAN TEMBALANG Kukuh Dwi Indarto; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 3 (2015): Agustus 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (741.193 KB)

Abstract

Keterbatasan luas lahan yang ada di Kota Semarang menyebabkan kota ini mengalami perkembangan ke daerah pinggiran kota, seperti di Kelurahan Sambiroto, Kecamatan Tembalang. Perkembangan di Kelurahan Sambirotoini berupa pembangunan perumahan. Hal tersebut memicu dampak pada kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan dengan adanya pembangunan perumahan. Keadaan tersebut menarik untuk diteliti, dengan pertanyaan penelitian: apa dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dengan adanya pembangunan perumahan di Kelurahan Sambiroto?Hal ini penting untuk mengetahui dampak sebelum dan sesudah adanya pembangunan perumahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak yang muncul setelah adanya pembangunan perumahan terhadap sosial, ekonomi dan lingkungan di Kelurahan Sambiroto.Metode yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Teknik penggumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dibantu hasil wawancara dan hasil observasi lapangan. Hasil akhir penelitiandampak setelah adanya pembangunan perumahan terdiri dari 3 dampak yakni sosial, ekonomi dan lingkungan.. Dampak sosial berupa menurunya partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial, meningkatnya aktifitas masyarakat, perubahan gaya hidup masyarakat yang lebih konsumtif dan menurunya tingkat kriminalitas. Dampak terhadap ekonomiberupa meningkatnya pendapatan masyarakat, penambahan fungsi rumah membuka lapangan usaha masyarakat, dan meningkatnya harga lahan.Dampak terhadap lingkungan berupa adanya perubahan alih fungsi lahan, terjadinya penurunan kualitas air sumur, peningkatan jaringan drainase dan jaringan jalan.
KAJIAN PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP BANJIR DI KELURAHAN ULUJAMI, JAKARTA Rizka Nurhaimi Ayuningtyas; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.312 KB)

Abstract

Kota Jakarta merupakan kota yang sering terjadi bencana banjir. Salah satu kelurahan yang mengalami banjir adalah Kelurahan Ulujami di Kecamatan Pesanggrahan. Kelurahan ini merupakan daerah yang dilewati oleh Sungai Pesanggrahan yang merupakan salah satu sungai penyebab banjir di Jakarta. Masyarakat di Kelurahan Ulujami memiliki persepi mereka terhadap banjir dengan pengalaman mereka selama mereka mengenal banjir di daerah mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pemahaman masyarakat terhadap banjir dan tindakan masyarakat dalam mengatasi banjir yang sering melanda tempat tinggal mereka. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah pemahaman masyarakat mengenai banjir dan tindakan masyarakat dalam menghadapi banjir. Pemahaman banjir berupa penyebab banjir, dampak banjir, dan keinginan untuk pindah tempat tinggal, dimana pemahaman tersebut memiliki keterkaitannya dengan tingkat pendidikan, pendapatan, jarak rumah dengan sungai, jumlah lantai rumah, dan status kepemilikan rumah. Tindakan responden dalam pra banjir adalah menyelamatkan jiwa mereka. Pada saat banjir, tindakan responden adalah mengungsi ke tempat pengungsian. Tindakan responden pada pasca banjir adalah meninggikan lantai rumah dan membuat tanggul di depan rumah mereka dalam menghadapi banjir selanjutnya.Rekomendasi untuk pemerintah adalah pembentukan kelompok tanggap bencana, sosialisasi mengenai pemahaman banjir, dan pemetaan daerah rawan bencana banjir dengan lingkup yang lebih kecil. Rekomendasi untuk masyarakat adalahmembuat sistem informasi dengan sistem jaringan komunikasi yang dikepalai oleh Ketua RT ke perwakilan masyarakat dan selanjutnya disampaikan ke masyarakat lainnya. Selain itu, ketua RT juga membuat sistem jaringan komunikasi ke pihak pemerintah yang berada diatas kepemimpinannya. 
PERAN KELOMPOK TANI SIDO MAKMUR DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN ANGGOTA KELOMPOK TANI SIDO MAKMUR DESA NGARINGAN KABUPATEN GROBOGAN Setyo Adhi Nugroho; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.708 KB)

Abstract

Kelompok tani Sido Makmur merupakan salah satu kelompok tani yang mengelola kegiatan dan usaha tani yang dapat dikatakan berkembang. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan usaha yang dikelola semakin bertambah dari tahun 1994 hingga saat ini. Salah satu unit usaha yang membuat kelompok tani ini terkenal adalah adanya kegiatan pengelolaan biogas skala rumah tangga dimana masing masing rumah tangga yang merupakan anggota kelompok tani memiliki satu instalasi biogas pribadi. Hingga saat ini terdapat sebanyak 62 unit reaktor biogas yang dimiliki oleh rumah tangga  yang merupakan anggota kelompok tani. Total jumlah anggota kelompok tani adalah sebanyak 129 orang hal ini berarti separuh responden telah memakai reaktor biogas ini. Dengan adanya kegiatan ini Dusun Pangkalan mendapatkan julukan sebagai “Kampung Biogas”. Aktivitas kegiatan dan usaha tani lain yang dikelola kelompok tani Sido Makmur selain biogas adalah  usaha ternak sapi,  kegiatan rutin seperti simpan pinjam, arisan kelompok dan tabungan kelompok, pembuatan kompos serta lumbung paceklik. Dengan adanya perkembangan aktivitas kegiatan dan usaha tani yang dikelola oleh kelompok tani Sido Makmur tentunya berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Berdasarkan potensi yang ada di dusun Pangkalan ini muncul pertanyaan “Bagaimana peran kelompok tani Sido Makmur dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Dusun Pangkalan khusunya anggota kelompok tani?” Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui  peran kelompok tani Sido Makmur terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Dusun Pangkalan.  Berdasarkan hasil temuan dan persepsi responden kelompok tani merupakan kelompok tani yang berkembang. Perkembangan kelompok tani ini ternyata berperan bagi perkembangan pembangunan sarana prasarana pertanian dan pedesaan di Dusun Pangkalan. Kesejahteraan petani pun meningkat sejak mengikuti kegiatan kelompok tani hal ini dapat dilihat dari meningkatnya pendapatan petani, struktur pengeluaran, ketahanan pangan dan daya beli petani. Masyarakat yang menjadi anggota kelompok tani juga menyatakan bahwa kesejahteraannya meningkat semenjak mengikuti kegiatan kelompok tani Sido Makmur.Dari hasil penelitian didapatkan rekomendasi kepada pihak pemeritah supaya lebih meningkatkan kinerja terutama dalam percepatan pembangunan infrastruktur dibidang pertanian terutama pembangunan sarana irigasi dan penyediaan alat produksi pertanian agar lebih mendukung aktivitas kelompok tani Sido Makmur
Estimasi Cadangan Karbon Akibat Perubahan Tutupan Lahan di Kabupaten Kendal Ilyata Permata; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 10, No 3 (2021): Agustus 2021
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Greenhouse gas emissions are the main cause of global warming through the Green House Effect event. This occurs due to an increase in greenhouse gas emissions from various emission sources, one of which is land cover change. Land cover on the earth's surface has a fixed carbon stock value that contributes to storing carbon stocks through its absorption capacity. So, if there is a change in land cover from one land cover to another, it will cause the carbon stock of a land cover to change. Research on changes in carbon stocks due to land cover changes were carried out in Kendal Regency. This study uses Landsat image data from 2008, 2013, and 2018. The method used is image interpretation with guided classifications and Stock Difference for calculating changes in carbon stocks. The results obtained from this study are the changes in land cover in Kendal Regency in 2008-2018. The occurrence of land cover conversion will affect the carbon stock stored in each type of land cover in the Kendal Regency. Kendal Regency's carbon stock for 10 years has decreased. In the period 2008-2013, the total decline in carbon stocks was -4,305,193.29 tons C. This situation was caused because land cover in 2008 had more total carbon stock than the total carbon stock in 2013. Meanwhile, in the 2013- period 2018, there was a change in the carbon stock of -1,450,080.51 ton C, where the land cover in 2013 had more total carbon stock compared to the total carbon stock stored in 2018. The difference in total carbon stock in a certain year is influenced by the area of land cover as well as the determination of the carbon stock that each land cover has. The results of calculations regarding the estimated carbon stock in the Kendal Regency can then be considered for stakeholders and policymakers to develop plans and scenarios (land use directions) that support the mitigation of land-based greenhouse gas emissions to address environmental problems.
KAJIAN POLA INTERAKSI KERUANGAN SENTRA USAHA PENGASAPAN IKAN DI DESA WONOSARI, KABUPATEN DEMAK Fajar Hadhiyanto Wibowo; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 6, No 2 (2017): Mei 2017
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1073.34 KB)

Abstract

The availability of human needs are not all available in one place, but scattered unevenly in different regions. So it will trigger a spatial interaction between one place to another. This happens in the business center of curing fish in Wonosari, Demak. These fish fogging activities triggered the spatial interactions between Wonosari the areas of raw material suppliers and territories marketing of products. This study was intended to determine the pattern of spatial interaction that occurs in the business center of curing fish in Wonosari. With the approach of quantitative research and quantitative research methods descriptive. The analysis used the analysis flow of business activities curing fish and spatial interaction pattern analysis. Analytical results from this research that there are two aspects that led to the occurrence of spatial interaction in business activities curing fish in Wonosari namely the aspect of input (supply of raw material, production equipment, transfer of knowledge) and the output aspect (marketing of products). From the results of analysis show that Juwana is an area of major raw material suppliers of the business center of curing fish in Wonosari, so the most powerful spatial interaction in the aspect of input occurs with the region. In the aspect of output (marketing), the largest market area is to Demak with large sales index to the region by (100%). This shows that the marketing of smoked fish products still dominated sales to the local region. So the conclusion is very strong spatial interaction with other areas occur on aspects of input and output interaction for the most powerful aspects of the local area itself.
IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI KOTA SEMARANG Izzan Arif Hutomo; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1151.615 KB)

Abstract

Kota Semarang merupakan salah satu kota yang perekonomiannya ditunjang oleh sektor perindustrian. Hal tersebut dapat dilihat dari data PDRB Kota Semarang tahun 2010 yang menjelaskan bahwa sektor industri merupakan sektor terbesar kedua dengan angka mencapai 24,16 % dari hasil pendapatan kota secara keseluruhan. Bertambahnya jumlah penduduk serta berkembangnya kawasan industri di Kota Semarang menyebabkan terganggunya beberapa aktivitas lain yang ada di sekitar kawasan industri. Hal ini dikhawatirkan dapat memberikan berbagai dampak negatif seperti alih fungsi lahan pertanian, terganggunya penataan kota, baik dari segi fisik maupun kenyamanannya, dan pencemaran limbah yang menimbulkan keresahan sosial yang pada akhirnya dapat memicu konflik sosial (Dirdjojuwono, 2004). Berdasarkan penjelasan tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian yang dapat mengetahui perkembangan kawasan industri dan mengevaluasi kawasan industri yang ada di Kota Semarang dengan kesesuaian lahannya untuk kawasan industri, sehingga nantinya akan diketahui bagaimana perkembangan kawasan industri di Kota Semarang dari tahun 1991-2011 dan kawasan industri mana sajakah yang ada pada tahun 2011 yang lahannya telah sesuai dengan keseseuaian lahan untuk kawasan industri yang dapat dibantu dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang mengembangkan teori-teori dan model matematis yang didasarkan pada data kuantitatif dan statistik deskriptif. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kawasan industri di Kota Semarang terus mengalami perkembangan di setiap tahunnya yang dapat dilihat dari peningkatan luas lahan terbangunnya dari tahun 1991 sebesar 204 Ha, tahun 2001 sebesar 554 Ha, dan tahun 2011 sebesar 929 Ha. Selain itu, dapat diketahui juga bahwa ternyata hanya 20 % saja dari luas keseluruhan lahan terbangun kawasan industri yang lahannya sesuai dengan kesesuaian lahan untuk kawasan industri di Kota Semarang yang terletak di Kawasan Industri Tugu Wijayakusuma (106 Ha), Kawasan Industri Guna Mekar (61 Ha), dan Kawasan Industri Terboyo (19 Ha). Oleh karena itu, pemerintah harus lebih mempertegas perizinan pembangunan kawasan industri serta membuat peraturan yang mewajibkan setiap kawasan industri harus memiliki sistem pengolahan limbah yang baik agar dapat menghindari berbagai dampak negatif yang diakibatkan oleh kawasan industri. 
Kajian Kesesuaian Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Arahan Pemanfaatan Fungsi Kawasan Sub DAS Rawapening Angga Dwisapta Ardi; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 4 (2013): November 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1911.696 KB)

Abstract

Dewasa ini, danau/waduk di Indonesia sebagian besar telah mengalami tingkat kerusakan lingkungan yang cukup tinggi termasuk di Danau Rawapening. Danau Rawapening merupakan bagian hilir dari Sub DAS Rawapening yang berada di Propinsi Jawa Tengah. Aktivitas masyarakat yang tinggi di Sub DAS Rawapening akibat adanya aktivitas perkotaan memberikan dampak negatif  bagi keberlanjutan Danau Rawapening. Belum adanya regulasi yang jelas tentang penggunaan lahan mengakibatkan perubahan penggunaan lahan yang sulit dikendalikan sehingga banyak perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan arahan pemanfaatan fungsi kawasan. Perubahan penggunaan lahan di daerah hulu Sub DAS Rawapening meningkatkan resiko terjadinya erosi dan sedimentasi yang tinggi sehingga memungkinkan Danau Rawapening menjadi daratan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesesuaian perubahan penggunaan lahan terhadap arahan pemanfaatan fungsi kawasan Sub DAS Rawapening. Hasil yang diperoleh, sebesar 34,74% lahan di Sub DAS Rawapening merupakan kawasan lindung. Perubahan penggunaan lahan selama tahun 1991 hingga tahun 2009 sebesar 30,43%. Perubahan penggunaan lahan terbesar yaitu perubahan penggunaan lahan tanaman keras menjadi  lahan permukiman. Kecamatan Bandungan dan Kecamatan Sidomukti merupakan daerah yang mengalami perubahan penggunaan lahan paling pesat. Sebesar 19,84% lahan di Sub DAS Rawapening tidak sesuai dengan arahan pemanfaatan fungsi kawasan karena telah mengalami perubahan fungsi kawasan lindung dan fungsi kawasan penyangga serta fungsi kawasan danau menjadi fungsi kawasan budidaya yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan seperti erosi, sedimentasi dan banjir serta penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya regulasi zoning yang lebih mempertimbangkan aspek fungsi kawasannya.
KAJIAN POLA ALIRAN PADA INDUSTRI KONVEKSI DI DESA TINGKIR LOR, KECAMATAN TINGKIR Yuliana Dhiah Taufika; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 7, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (717.661 KB)

Abstract

Tingkir Lor Village Convection is one of the industries in Tingkir Kota Salatiga. This convection industries has been established since 1980 and still operated until now. The beginning of the convection industries in Tingkir Lor village are inseparable from the Damatex Factory's role in that year to provide wasted raw materials for free to the Tingkir Lor Village’s resident. But over time, the needs of raw materials increase and require various materials that can not be fulfilled by the convection industries in the goods and services sector. The requirements of these needs will make a connection with other areas to fulfilled these needs. The needs are including the flow of goods and services in the form of raw materials, supplementary raw materials, labor and marketing of convection products. The data analysis is based on three aspects in flow pattern of convection industries, such as input, process, and output. Data analysis used in this research is quantitative descriptive analysis that obtained from questionnaires, interviews and documentations by examining the flow patterns of goods and services within the convection industries. The results of data assessment shows that convection industries in Tingkir Lor village have two patterns of goods and services flow that is input and output aspect. The input and output aspects is the origin, destination and intensity that occur in the convection industries related to the external territory. The distribution of raw material in the Tingkir Lor village’s convection industries originally comes from Solo, Salatiga, Semarang and Ungara. As for the distribution of labor is dominated from the internal area of the convection industries. The production process in Tingkir Lor village’s convection industries still occurs in the internal area, causing no flow patterns that can be connected and formed. Convection products in Tingkir Lor Village are dominated by products such as pants, bed sheets, bed cover and clothing with a sale price ranged between Rp 5.000 up to Rp 300.000 depends on the products sold from each of the convection industries. Sales of convection industries in Tingkir Lor village have reached some regions in Indonesia such as Salatiga, Solo, Semarang, Yogyakarta, Pekalongan, Kalimantan, Sumatra, Bali and Papua.
Kajian Kerawanan dan Kerentanan Banjir di Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal Hisyam Noor Nugroho; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 8, No 2 (2019): Mei 2019
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (816.882 KB)

Abstract

Kota Kendal sub-district according to Regional Regulation No. 20 of 2011 about Urban dan Regional Planning Kendal Regency in 2011-2031 was included in one of the flood-prone districts. The purpose of this study was to assess the level of hazard and vulnerability of flooding in Kota Kendal Subdistrict. The type of analysis carried out was AHP analysis, analysis of flood hazard and vulnerability using GIS software. Based on the results of the analysis of flood hazard, it is known that there are 3 levels of flood hazard, high, medium, and low. The high level located along the Kendal River. Middle level area is an area that is passed by the Kendal River, Buntu River, and Blorong River. Low flood level area in some areas in 7 subdistricts. Based on the results of the flood vulnerability analysis, there are 2 levels of flood vulnerability, middle, and low, including 12 sub-districts included in the middle vulnerability and 3 sub-districts included in the low vulnerability. In order to reduce the impact of flooding, it is expected that the local government can improve socialization of disaster response and early warning to residents who are at high and middle levels of hazard and vulnerability.
HUBUNGAN TINGKAT URBANISASI DAN TINGKAT KETIMPANGAN WILAYAH DI DAERAH PANTURA JAWA TENGAH Hendra Saputra; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1214.857 KB)

Abstract

Urbanisasi dan ketimpangan wilayah merupakan dua hal penting yang sedang dihadapi oleh negara berkembang. Urbanisasi yang dialami Amerika selama 90 tahun, dialami oleh Korea selama 20 tahun dan Brazil selama 30 tahun. Sekitar 70% dari negara yang mengalami urbanisasi mempunyai pendapatan perkapita yang berbeda-beda.Hal tersebut juga terindikasi pada daerah Pantura Jawa Tengah.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jawa Tengah tahun 2011, sebesar 11,53% penduduk di daerah Pantura Jawa Tengah berada di Kota Semarang dan pendapatan perkapita daerah Pantura Jawa Tengah sangat mencolok pada Kabupaten Kudus (Rp. 42.941.164,-) dan Kota Semarang (Rp. 30.566.980,-) dibandingkan dengan wilayah lain yang mempunyai proporsi dibawah Rp. 15.000.000,- terhadap pendapatan perkapita daerah Pantura Jawa Tengah.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat urbanisasi dan tingkat ketimpangan wilayah di daerah Pantura Jawa Tengah dengan pendekatan kuantitatif menggunakan data Badan Pusat Statistik tahun 2006 dan 2011. Analisis metode nilai entropi digunakan untuk menghitung tingkat urbanisasi, sedangkan tingkat ketimpangan wilayah menggunakan koefisien Theil. Tingkat urbanisasi di daerah Pantura Jawa Tengah mengalami peningkatan sedangkan tingkat ketimpangan wilayahnya mengalami penurunan pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2006. Hubungan antara tingkat urbanisasi dan tingkat ketimpangan wilayah di daerah Pantura Jawa Tengah berbanding lurus yang dapat dilihat pada Kota Semarang dan Kabupaten Rembang. Hal ini berarti jika tingkat urbanisasi tinggi maka tingkat ketimpangan wilayah juga akan tinggi dan begitu juga sebaliknya.