Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN EFIKASI DIRI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PERSADIA SALATIGA Kusuma, Henni; Hidayati, Wahyu
Jurnal Keperawatan Medikal Bedah Vol 1, No 2 (2013): Jurnal Keperawatan Medikal Bedah
Publisher : Jurnal Keperawatan Medikal Bedah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Motivasi pasien DM tipe 2 dapat berfluktuasi disebabkan oleh perawatan yang lama dan  biaya  yang  besar  sehingga  dapat  menimbulkan  masalah  psikologis  seperti  frustasi,  cemas,  dan depresi. Masalah psikologis ini dapat mempengaruhi motivasi klien untuk melakukan perawatan diri. Tingkat  motivasi  klien  yang  rendah  dapat  mempengaruhi  efikasi  diri  klien,  sehingga  manajemen perawatan diri pasien DM tidak dapat berjalan dengan baik. Manajemen diri yang berjalan kurang baik akan berdampak pada keberhasilan penatalaksanaan pasien DM.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara motivasi dengan efikasi diri pasien DM tipe 2 di PERSADIA Salatiga.Metode: Desain dalam penelitian ini adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 110 pasien DM tipe 2. Analisa data menggunakan Chi square, uji t independen, dan regresi logistik berganda. Hasil: Hasil penelitian didapatkan bahwa karakteristik responden tidak ada yang berhubungan dengan efikasi diri kecuali pekerjaan  (p value=0,000; α=0,05) dan pendidikan  (p value=0,049; α=0,05). Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan efikasi diri (p value=0,045; α=0,05), ada hubungan antara depresi dengan efikasi diri (p value 0,022; α: 0,05), dan motivasi berhubungan dengan efikasi diri (p value 0,000; α: 0,05). Responden yang memiliki motivasi baik berpeluang 4,315 kali untuk memiliki efikasi diri baik dibanding dengan responden yang memiliki motivasi kurang baik setelah dikontrol oleh pekerjaan, pendidikan, dukungan keluarga, dan depresi (OR 95% CI: 0,082-6,874).Kesimpulan: Diharapkan perawat dapat meningkatkan motivasi dan efikasi diri pasien DM tipe 2 dengan memberikan pendidikan kesehatan terstruktur dengan metode swabantu self help group, memfasilitasi pemberian dukungan sosial, dan memberikan intervensi untuk mencegah munculnya depresi.
LITERATURE REVIEW: UPAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DALAM PENERAPAN METODE MENTORSHIP SEBAGAI PENDUKUNG KESEHATAN PARIPURNA ( Literature Review: Efforts transformational leadership in methods mentorship as a support plenary health) Prasetiani, Abigael Grace; Kusuma, Henni
JURNAL NERS LENTERA Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : JURNAL NERS LENTERA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.492 KB)

Abstract

Background: Nurse has an important role especially in achieving plenary and holistic healthcare service. Nurse is frontline in improves the safety and quality of health in health services. This need leadership in nursing, which part the base of nursing care effective and nurse recognized as a leader in patients care. Health service system will continue to metamorphosis so nurse to adopt the quality of transformational leadership. Transformational leadership allow nurse in developing health policy, transforming the health technologies, and mentorship in new nurses or student. Mentorship can be defined as a process of knowledge, attitude, and skill by professional nurse (mentor) to new nurses/student (mentee). Aim: Explain transformational leadership in mentorship method as an effort to plenary health. Method: The search this article through Google search and CINAHL with keyword mentorship, new nurses, nursing, leadership, and transformational leadership. The search got 14 article appropriate inclusion and exclusion criteria, among published in 2007-2017, in full text which are in criteria, then analysis in narrative. Results: The search data used keywords and criteria on electronic database, got 14 articles. The articles were grouped in transformational leadership, leadership in nursing, and mentorship. Conclusion: Mentorship very effective to give positive impacts to organizations health services.
PENGARUH PROGRAM PEMBERDAYAAN PENDERITA KUSTA BERBASIS SUPPORT GROUP DENGAN PENDAMPINGAN KELUARGA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PERAWATAN MANDIRI Kusuma, Henni; Widyaningsih, Susana; Hastuti, Yuni Dwi; Ropyanto, Chandra Bagus; Sujianto, Untung
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 9 No 4 (2019): Oktober
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.342 KB) | DOI: 10.32583/pskm.9.4.2019.387-394

Abstract

Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae yang menyerang saraf tepi, kulit, dan jaringan tubuh lainnya. Beberapa temuan menunjukkan penderita kusta belum mampu melakukan perawatan mandiri dengan baik di rumah sehingga mengalami kecacatan tingkat lanjut yang menurunkan kualitas hidupnya. Salah satu upaya untuk mengatasi hal ini dengan program pemberdayaan penderita dalam perawatan mandiri berbasis support group. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program pemberdayaan berbasis support group dengan pendampingan keluarga terhadap peningkatan kemampuan perawatan mandiri penderita kusta di Kec. Kunduran, Kab. Blora. Desain penelitian quasy experiment without control group dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling yang berjumlah 8 orang. Penelitian menggunakan kuesioner kemampuan perawatan mandiri penderita kusta yang telah digunakan peneliti sebelumnya dengan 11 item yang dinyatakan valid (0,000-0,017) dan reliabel (r=0,444>r tabel). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan untuk kemampuan penderita kusta dalam perawatan mandiri antara sebelum dan sesudah program pemberdayaan penderita kusta berbasis support group menggunakan uji wilcoxon dengan nilai rata-rata pre-test 55,67 (8-76) serta post-test 83,67 (64-100) dengan nilai p=0,004. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan pemberdayaan perawatan mandiri bagi penderita kusta berbasis support group ini efektif dalam meningkatkan kemampuan perawatan mandiri di rumah.   Kata kunci: kusta, perawatan mandiri, support group, pemberdayaan, keluarga   EFFECT OF EMPOWERMENT AMONG LEPRAE?S PATIENTS BASED ON SUPPORT GROUP WITH FAMILY ON INCREASING SELFCARE COMPETENCIES   ABSTRACT Morbus Hansen (Leprosy) is communicable disease which caused by Mycobacterium Leprae. This disease disrupt peripheral nerves, skin, and other body tissues. Several findings show that people with leprosy are still not able to perform self-care properly at home so that they experience advanced disabilities that reduce their quality of life. One effort to reduce solve this problem is a patient-family empowerment program in self-care training based on support groups. The purpose of this study is to analyze effect of empowerment among leprae?s patients in Subdistrict Kunduran, District Blora based on support group with family on increasing selfcare competencies. Method of this study is quasy experiment without control group with purposive sampling. Total samples in this study is 8 respondents. This research use leprae?s patients quetionary that has been used by other researcher before which contain of 11 itemswith validity score (0,000-0,017) & reliability score (r=0,444>r table). The result show that any significant differences of selfcare competencies between before and after leprae?s patients empowerment program in self-care training use wilcoxon test. Average of pretest score is 55,67 (8-76) and average of posttest is 83,67 (64-100) with p=0,004. Based on this result, so it?s mean that empowerment program in self-care training among leprae?s patients with family based on support group effectively increase selfcare competencies in their home. This therapy can be an innovation on nursing intervention for leprae?s patients.   Keywords: leprosy, selfcare, support group, empowerment, family
Relating Factors of Insomnia among Haemodialysis Patients Kusuma, Henni; Ropyanto, Chandra Bagus; widyaningsih, susana; Sujianto, Untung
Nurse Media Journal of Nursing Vol 8, No 1 (2018): (JUNE 2018)
Publisher : Department of Nursing, Faculty of Medicine, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.494 KB) | DOI: 10.14710/nmjn.v8i1.15741

Abstract

Background: Insomnia is a sleep disturbance which commonly occurs in haemodialysis patients. Some factors contribute to insomnia in dialysis patients such as demographic, biological, psychological, lifestyle, and dialysis factors. However, there are limited studies which investigate the relating factors of insomnia in haemodialysis patients in Indonesia.Purpose: This study aimed to analyze the relating factors of insomnia in haemodialysis patients in Semarang, Central Java, Indonesia.Methods: This study was a cross-sectional study which involved 102 samples recruited by consecutive sampling technique from two dialysis units in Semarang, Central Java. Data were collected by questionnaires and analyzed using Chi-square and multiple logistic regression to know the most relating factors of insomnia.Results: The result showed that insomnia occurred in 63 respondents (61.8%). Further analysis indicated that insomnia was related to anxiety (p=0.034, OR=2.36) and age (p=0.049; OR=1.75). There was no relationship between insomnia and the other factors such as gender, education level, occupation status, marital status, haemoglobin level, smoking and coffee consumption habit, and dialysis factor (period of dialysis). Moreover, anxiety was the most relating factors of insomnia among haemodyalsis patients.Conclusion: This study concluded that anxiety and age were independent factors related to insomnia. This study recommends that anxiety screening should be performed on haemodialysis  patients. Anxiety in haemodialysis  patients needs to be treated properly so that it will not develop into insomnia.
HUBUNGAN ANTARA HEALTH LOCUS OF CONTROL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS Amalia, Iffah Nur; Kusuma, Henni
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 12, No 1 (2020): JURNAL ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dampak Penyakit Ginjal Kronis (PGK) dan hemodialisis (HD) dapat menjadi stressor yang menurunkan kualitas hidup. Kualitas hidup dapat ditingkatkan melalui manajemen kesehatan yang baik. Manajemen kesehatan yang dilakukan pasien dipengaruhi oleh kontrol dirinya yang diakomodir oleh Health Locus of Control (HLOC). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara health locus of control dan kualitas hidup pada pasien PGK yang menjalani HD. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Sebanyak 124 pasien PGK yang menjalani hemodialisis menjadi sampel dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Multidimensional Health Locus of Control (MHLC) dan kuesioner WHOQOL-BREF. Analisis statistik menggunakan Fisher Exact test. Hasil dari penelitian ini menunjukkan responden terbanyak berusia 56-65 tahun (lansia akhir) (51,6%), jenis kelamin laki-laki (62,1%), lulusan SD (41,1%), tidak bekerja (69,4%), dan lama terapi HD ≥12 bulan (62,9%). Sebagian besar HLOC kuat pada semua orientasi yang terdiri dari Internal Health Locus of Control (IHLC) (n= 118, 95,2%), Powerful Health Locus of Control (PHLC) (n= 104, 83,9%), dan Chance Health Locus of Control (CHLC) (n= 67, 54%). Mayoritas responden memiliki kualitas hidup yang buruk (n= 122, 98,4%). Hasil analisa statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara setiap HLOC (IHLC, PHLC, and CHLC) dan kualitas hidup (p= 1,000). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara HLOC dengan kualitas hidup pasien PGK yang menjalani HD. Penelitian kedepan diharapkan dapat meneliti faktor-faktor yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien PGK yang menjalani HD dengan jumlah sampel lebih banyak.
ADAPTASI PASIEN KANKER KOLOREKTAL TAHUN PERTAMA PASKA PEMBUATAN KOLOSTOMI PERMANEN Istriyani, Istriyani; Kusuma, Henni
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 12, No 1 (2020): JURNAL ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pasien kanker kolorektal tahun pertama pembuatan kolostomi permanen mengalami berbagai perubahan dalam kehidupannya sehingga muncul respon adaptasi adptif dan mal adaptif terhadap stimuli yang dapat mencapai kesehatan secara optimal. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran terkait adaptasi pasien kanker kolorektal tahun pertama paska pembuatan kolostomi permanen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, pendekatan fenomenologi. Data didapat dengan wawancara mendalam pada 7 partisipan, usia 35-65 tahun, dengan pembuatan kolostomi 2-12 bulan. Analisis hasil wawancara menggunakan metode Collaizzi. Hasil penelitian ini yaitu adaptasi fungsi fisik, konsep diri, fungsi peran, dan interdependen setelah pembuatan kolostomi permanen. Adaptasi fungsi fisik partisipan dengan menghindari kegiatan yang memperberat gejala fisik, setelah mengalami perubahan kondisi fisik dan perubahan aktivitas fisik. Adaptasi konsep diri pada partisipan mulai menerima dirinya setelah melewati tahapan berduka dan kehilangan seiring berjalannya waktu. Adaptasi fungsi peran, adanya peran partisipan sebagai pencarinafkah digantikan oleh keluarga dan respon membatasi interaksi dalam masyarakat. Adaptasi interdependen partisipan merubah aktivitas ibadah, mencari informasi terkait tata cara ibadah, meningkatkan keimanan dan merasa dekat dengan Tuhan. Setiap model adaptasi dalam menghadapi perubahan bervariasi, tergantung karakteristik dan pengalaman partisipan yang mempengaruhi. Perlu dukungan dan pendekatan terstruktur terkait manajemen perawatan kolostomi sesuai kebutuhan pasien pada tahap adaptasinya sehingga tercapai proses perubahan adaptif.
Effects of Peer Support Program on Self-Management in Patients with End-Stage Renal Disease Undergoing Hemodialysis Husain, Fida'; Kusuma, Henni; Johan, Andrew
Nurse Media Journal of Nursing Vol 10, No 2 (2020): (August 2020)
Publisher : Department of Nursing, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/nmjn.v10i2.26502

Abstract

Background: End-stage renal disease (ESRD) patients undergoing hemodialysis require essential self-management to lifestyle changes to minimize the risk of complications, morbidity, and mortality. Efforts made to improve self-management of hemodialysis patients in previous studies were carried out by health workers that may not provide 'real' knowledge, while peer support programs carried out by patients as peers to share their experiences may provide more benefits.Purpose: The purpose of this study was to determine the effects of peer support programs on improving self-management in patients with ESRD undergoing hemodialysis.Methods: This study employed a quasi-experimental design and involved a total of 33 patients in the control group and 32 patients in the intervention group, who met the inclusion and exclusion criteria. The samples were recruited consecutively. The intervention of peer support programs was implemented through information support, emotional support, and mutual reciprocity in groups of 10-12 people to share experiences related to their self-management. The intervention was given for six sessions; each lasted for 30-45 minutes. The data were collected using the Indonesian version of the hemodialysis self-management instrument (HDSMI) and analyzed using a paired-sample t-test and independent-sample t-test.Results: The results showed that after the intervention, the mean score of self-management in the intervention group increased from 79.47±7.919 to 90.75±7.089, and in the control group, the mean increased from 81.88±8.291 to 82.12±7.692. After the implementation of peer support programs, there was a significant difference in the score of self-management between the intervention and control groups (p<0.001).Conclusion: Peer support programs gave an effect on increasing self-management in patients with ESRD undergoing hemodialysis. Peer support programs should be introduced early to ESRD patients undergoing hemodialysis so that they can learn about self-management from other patients.  
Karakteristik Diabetic Foot Ulcer (DFU) pada Individu dengan Diabetes Mellitus (DM): Studi Deskripsi – Cross Sectional Kusumaningrum, Niken Safitri Dyan; Saputri, Afriana Dwi; Kusuma, Henni; Erawati, Meira
Journal of Holistic Nursing Science Vol 7 No 2 (2020)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31603/nursing.v7i2.3074

Abstract

Diabetic Foot Ulcer (DFU) is one of the complications often experienced by patients with diabetes mellitus (DM). This is a serious problem that leads to disability, morbidity, and mortality among diabetic patients. However, in Indonesia, studies about DFU characteristics are very limited. This study aimed to describe DFU characteristics among patients with DM. A consecutive sampling involved patients who met inclusion criteria was performed in Tugurejo Hospital; Islamic Sultan Agung Hospital, and Dr. Moewardi Hospital. Their demographic characteristics, clinical condition, and wound appearances were noted and documented. Diabetic Foot Ulcer Assessment Scale (DFUAS) that consists of 11 characteristics was used to observe the wound features. The data were quantitatively analyzed to elucidate the result. A total of 73 patients participated in this study. It was revealed that 50.7% were females and 75.3% have been diagnosed with hyperglycemia. The average age of the respondents was 53.26 years. Observation of DFU characteristics showed that depth of wound was identified more in subcutaneous/ dermis to fatty tissue (40 patients; 54.8%) than in other layers. Moreover, our findings indicated that most of the respondents were identified at a severe level of the wound (55; 75.3%). It is concluded that DFU characteristics vary among patients with DM. Early identification and intensive surveillance are important to improve the management of DFU and to avoid lower limb amputation.
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN PENDERITA DIABETES MELITUS (DM) DALAM PENATALAKSANAAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SRONDOL KECAMATAN BANYUMANIK SEMARANG Siti Shofiyah; Henni Kusuma
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2014: PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.062 KB)

Abstract

Latar belakang: Prevalensi penderita Diabetes Melitus (DM) di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Penyakit ini bersifat kronis sehingga memerlukan adaptasi seumur hidup bagi penderitanya. Kepatuhan penderita DM dalam penatalaksanaan sangat penting untuk menghindari masalah penurunan derajat kesehatan. Kepatuhan penderitadalam penatalaksanan dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan dukungan keluarga.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan penderita dalam penatalaksanaan DM   di wilayah kerja Puskesmas Srondol Kecamatan Banyumanik, Semarang.Metode: Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif berjenis studi deskriptif korelatif dengan menggunakan teknik crossectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah responden sebanyak 60 orang. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang terdiri dari : karakteristik demografi, pengetahuan, dukungan keluarga, dan kepatuhan.Hasil: Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin wanita, pendidikan responden sebagian besar adalah SD, lebih dari setengah responden tidak bekerja, dan mayoritas memiliki upah di bawah UMR.Hasil analisis korelatif menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan penderita DM dengan p value 0,016 dan ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan penderita DM dengan p value 0,034.Kesimpulan: Semakin baik pengetahuan dan dukungan keluarga yang dimiliki penderita DM maka akan meningkatkan kepatuhan penderita DM dalam melakukan penatalaksanaan DM. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk membuat program intervensi keperawatan yang tepat dalam meningkatkan derajat kesehatan penderita DM.
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN EFIKASI DIRI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PERSADIA SALATIGA Henni Kusuma; Wahyu Hidayati
Jurnal Keperawatan Medikal Bedah Vol 1, No 2 (2013): Jurnal Keperawatan Medikal Bedah
Publisher : Jurnal Keperawatan Medikal Bedah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.412 KB)

Abstract

Latar Belakang : Motivasi pasien DM tipe 2 dapat berfluktuasi disebabkan oleh perawatan yang lama dan  biaya  yang  besar  sehingga  dapat  menimbulkan  masalah  psikologis  seperti  frustasi,  cemas,  dan depresi. Masalah psikologis ini dapat mempengaruhi motivasi klien untuk melakukan perawatan diri. Tingkat  motivasi  klien  yang  rendah  dapat  mempengaruhi  efikasi  diri  klien,  sehingga  manajemen perawatan diri pasien DM tidak dapat berjalan dengan baik. Manajemen diri yang berjalan kurang baik akan berdampak pada keberhasilan penatalaksanaan pasien DM.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara motivasi dengan efikasi diri pasien DM tipe 2 di PERSADIA Salatiga.Metode: Desain dalam penelitian ini adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 110 pasien DM tipe 2. Analisa data menggunakan Chi square, uji t independen, dan regresi logistik berganda. Hasil: Hasil penelitian didapatkan bahwa karakteristik responden tidak ada yang berhubungan dengan efikasi diri kecuali pekerjaan  (p value=0,000; α=0,05) dan pendidikan  (p value=0,049; α=0,05). Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan efikasi diri (p value=0,045; α=0,05), ada hubungan antara depresi dengan efikasi diri (p value 0,022; α: 0,05), dan motivasi berhubungan dengan efikasi diri (p value 0,000; α: 0,05). Responden yang memiliki motivasi baik berpeluang 4,315 kali untuk memiliki efikasi diri baik dibanding dengan responden yang memiliki motivasi kurang baik setelah dikontrol oleh pekerjaan, pendidikan, dukungan keluarga, dan depresi (OR 95% CI: 0,082-6,874).Kesimpulan: Diharapkan perawat dapat meningkatkan motivasi dan efikasi diri pasien DM tipe 2 dengan memberikan pendidikan kesehatan terstruktur dengan metode swabantu self help group, memfasilitasi pemberian dukungan sosial, dan memberikan intervensi untuk mencegah munculnya depresi.