Susana Widyaningsih
Lecturer at Nursing Program, Faculty of Medicine, Diponegoro University

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH USIA 3-5 TAHUN YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) Septiani, Rizki; Widyaningsih, Susana; Iqomh, Muhammad Khabib Burhanuddin
Jurnal Keperawatan Jiwa Vol 4, No 2 (2016): November 2016
Publisher : Jurnal Keperawatan Jiwa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.495 KB)

Abstract

Anak pada periode pra sekolah perlu untuk mencapai tugas-tugas perkembangan mereka yang mencakup : keterampilan motorik, sosial dan bahasa. Pendidikan anak usia dini (PAUD) akan membantu pencapaian tugas-tugas perkembangan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perbedaan tingkat perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti PAUD. Terdapat 61 anak yang tidak mengikuti PAUD dan 79 anak dari tiga sekolah PAUD di Desa Protomulyo Kabupaten Kendal. Subyek diukur menggunakan Denver Developmental Screening Test II (DDST II) pada satu kali periode. Diantara mereka yang tidak mengikuti PAUD, 41% (25 anak) didiagnosis suspect, sementara 8,9% (7 anak) dari PAUD yang tidak bisa mencapai tugas perkembangan. Tujuh puluh dua anak yang telah mengikuti minimal 3 bulan program PAUD, mampu mencapai tugas-tugas perkembangan mereka sepenuhnya. Oleh karena itu, ada perbedaan tingkat perkembangan antara anak-anak yang mengikuti dan tidak mengikuti PAUD, dengan p value (p =0,000). Program  PAUD mempunyai peran yang sangat penting untuk merangsang perkembangan anak. Orangtua dapat meyediakan permainan yang mendidik di rumah dan bagi petugas kesehatan harus aktif dalam memberikan screening pengembangan menggunakan DDST II untuk semua anak di masyarakat. Kata Kunci: Pendidikan anak usia dini (PAUD), perkembangan, anak pra sekolah LEVEL OF DEVELOPMENT OF 3-5 YEAR PRA SCHOOL CHILDREN WHO FOLLOWS AND DOES NOT FOLLOW EARLY CHILDREN EDUCATION ABSTRACTChildren in the pre-school period need to achieve their developmental tasks which include: motor, social and language skills. Early childhood education (PAUD) will help achieve the tasks of this development. This study aims to measure differences in the level of development of children who follow and do not participate in PAUD. There were 61 children who did not attend PAUD and 79 children from three PAUD schools in Protomulyo Village, Kendal Regency. Subjects were measured using the Denver Developmental Screening Test II (DDST II) at one time period. Among those who did not attend Early childhood education (PAUD), 41% (25 children) were diagnosed suspect, while 8.9% (7 children) of Early childhood education (PAUD) were unable to achieve developmental tasks. Seventy-two children who have participated in at least 3 months of the Early childhood education (PAUD) program are able to fully accomplish their development tasks. Therefore, there are differences in the level of development between children who follow and do not participate in PAUD, with p value (p = 0,000). The Early childhood education (PAUD) program has a very important role in stimulating children's development. Parents can provide educational games at home and health workers must be active in providing development screening using DDST II for all children in the community.  Keywords: Early childhood education (PAUD), development, pre-school children
PENGARUH PROGRAM PEMBERDAYAAN PENDERITA KUSTA BERBASIS SUPPORT GROUP DENGAN PENDAMPINGAN KELUARGA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PERAWATAN MANDIRI Kusuma, Henni; Widyaningsih, Susana; Hastuti, Yuni Dwi; Ropyanto, Chandra Bagus; Sujianto, Untung
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 9 No 4 (2019): Oktober
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.342 KB) | DOI: 10.32583/pskm.9.4.2019.387-394

Abstract

Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae yang menyerang saraf tepi, kulit, dan jaringan tubuh lainnya. Beberapa temuan menunjukkan penderita kusta belum mampu melakukan perawatan mandiri dengan baik di rumah sehingga mengalami kecacatan tingkat lanjut yang menurunkan kualitas hidupnya. Salah satu upaya untuk mengatasi hal ini dengan program pemberdayaan penderita dalam perawatan mandiri berbasis support group. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program pemberdayaan berbasis support group dengan pendampingan keluarga terhadap peningkatan kemampuan perawatan mandiri penderita kusta di Kec. Kunduran, Kab. Blora. Desain penelitian quasy experiment without control group dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling yang berjumlah 8 orang. Penelitian menggunakan kuesioner kemampuan perawatan mandiri penderita kusta yang telah digunakan peneliti sebelumnya dengan 11 item yang dinyatakan valid (0,000-0,017) dan reliabel (r=0,444>r tabel). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan untuk kemampuan penderita kusta dalam perawatan mandiri antara sebelum dan sesudah program pemberdayaan penderita kusta berbasis support group menggunakan uji wilcoxon dengan nilai rata-rata pre-test 55,67 (8-76) serta post-test 83,67 (64-100) dengan nilai p=0,004. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan pemberdayaan perawatan mandiri bagi penderita kusta berbasis support group ini efektif dalam meningkatkan kemampuan perawatan mandiri di rumah.   Kata kunci: kusta, perawatan mandiri, support group, pemberdayaan, keluarga   EFFECT OF EMPOWERMENT AMONG LEPRAE?S PATIENTS BASED ON SUPPORT GROUP WITH FAMILY ON INCREASING SELFCARE COMPETENCIES   ABSTRACT Morbus Hansen (Leprosy) is communicable disease which caused by Mycobacterium Leprae. This disease disrupt peripheral nerves, skin, and other body tissues. Several findings show that people with leprosy are still not able to perform self-care properly at home so that they experience advanced disabilities that reduce their quality of life. One effort to reduce solve this problem is a patient-family empowerment program in self-care training based on support groups. The purpose of this study is to analyze effect of empowerment among leprae?s patients in Subdistrict Kunduran, District Blora based on support group with family on increasing selfcare competencies. Method of this study is quasy experiment without control group with purposive sampling. Total samples in this study is 8 respondents. This research use leprae?s patients quetionary that has been used by other researcher before which contain of 11 itemswith validity score (0,000-0,017) & reliability score (r=0,444>r table). The result show that any significant differences of selfcare competencies between before and after leprae?s patients empowerment program in self-care training use wilcoxon test. Average of pretest score is 55,67 (8-76) and average of posttest is 83,67 (64-100) with p=0,004. Based on this result, so it?s mean that empowerment program in self-care training among leprae?s patients with family based on support group effectively increase selfcare competencies in their home. This therapy can be an innovation on nursing intervention for leprae?s patients.   Keywords: leprosy, selfcare, support group, empowerment, family
TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH USIA 3-5 TAHUN YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) Septiani, Rizki; Widyaningsih, Susana; Iqomh, Muhammad Khabib Burhanuddin
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia Vol 4, No 2 (2016): November 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.495 KB) | DOI: 10.26714/jkj.4.2.2016.114-125

Abstract

Anak pada periode pra sekolah perlu untuk mencapai tugas-tugas perkembangan mereka yang mencakup : keterampilan motorik, sosial dan bahasa. Pendidikan anak usia dini (PAUD) akan membantu pencapaian tugas-tugas perkembangan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perbedaan tingkat perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti PAUD. Terdapat 61 anak yang tidak mengikuti PAUD dan 79 anak dari tiga sekolah PAUD di Desa Protomulyo Kabupaten Kendal. Subyek diukur menggunakan Denver Developmental Screening Test II (DDST II) pada satu kali periode. Diantara mereka yang tidak mengikuti PAUD, 41% (25 anak) didiagnosis suspect, sementara 8,9% (7 anak) dari PAUD yang tidak bisa mencapai tugas perkembangan. Tujuh puluh dua anak yang telah mengikuti minimal 3 bulan program PAUD, mampu mencapai tugas-tugas perkembangan mereka sepenuhnya. Oleh karena itu, ada perbedaan tingkat perkembangan antara anak-anak yang mengikuti dan tidak mengikuti PAUD, dengan p value (p =0,000). Program  PAUD mempunyai peran yang sangat penting untuk merangsang perkembangan anak. Orangtua dapat meyediakan permainan yang mendidik di rumah dan bagi petugas kesehatan harus aktif dalam memberikan screening pengembangan menggunakan DDST II untuk semua anak di masyarakat. Kata Kunci: Pendidikan anak usia dini (PAUD), perkembangan, anak pra sekolah LEVEL OF DEVELOPMENT OF 3-5 YEAR PRA SCHOOL CHILDREN WHO FOLLOWS AND DOES NOT FOLLOW EARLY CHILDREN EDUCATION ABSTRACTChildren in the pre-school period need to achieve their developmental tasks which include: motor, social and language skills. Early childhood education (PAUD) will help achieve the tasks of this development. This study aims to measure differences in the level of development of children who follow and do not participate in PAUD. There were 61 children who did not attend PAUD and 79 children from three PAUD schools in Protomulyo Village, Kendal Regency. Subjects were measured using the Denver Developmental Screening Test II (DDST II) at one time period. Among those who did not attend Early childhood education (PAUD), 41% (25 children) were diagnosed suspect, while 8.9% (7 children) of Early childhood education (PAUD) were unable to achieve developmental tasks. Seventy-two children who have participated in at least 3 months of the Early childhood education (PAUD) program are able to fully accomplish their development tasks. Therefore, there are differences in the level of development between children who follow and do not participate in PAUD, with p value (p = 0,000). The Early childhood education (PAUD) program has a very important role in stimulating children's development. Parents can provide educational games at home and health workers must be active in providing development screening using DDST II for all children in the community.  Keywords: Early childhood education (PAUD), development, pre-school children
Are the Exiting Quality of Life Measures Appropriate for Muslim Patients with Cancer? Widyaningsih, Susana; Petpichechian, Wongchan; Kitrungrote, Luppana
Nurse Media Journal of Nursing Vol 3, No 2 (2013): (DECEMBER 2013)
Publisher : Department of Nursing, Faculty of Medicine, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.485 KB) | DOI: 10.14710/nmjn.v3i2.6001

Abstract

Purpose: This article aims to review the appropriateness of five general quality of life (QoL) measures for the Muslim patients with cancer.Method: The literatures related to QoL in patients with cancer, published between 1981 and 2011 were critically reviewed. Several database databases including CINAHL, MEDLINE as well as PUBMED, ProQuest, Elsevier, Google scholar and reference list were included. There were 25 articles best fit the inclusion criteria. Books and journal articles addressing Islamic principles were also reviewed.Result: QoL is a complex, multidimensional, and subjective phenomenon. It has been defined differently but overlapping by many scholars in the field. The patient’s QoL is important since it is one of the indicators of quality cancer care. The EORTC QLQ C30, FLIC, McGill QoL are the examples of widely used QoL measures which are appropriate to be applied in Muslim cancer population, while the FACT-G and CARES SF need to be revised in some of their items. Issues related to Islamic principles are discussed to support needs of further revision of these QoL measures.Conclusion: Most of the QoL measures’ items are not conflicting with the Islamic principles, except some items. Psychometric properties of the revised measures appropriate for Muslim cancer population should be further examined so that applying these measures can provide valid findings. Furthermore future cross cultural study may be possible.
Relating Factors of Insomnia among Haemodialysis Patients Kusuma, Henni; Ropyanto, Chandra Bagus; widyaningsih, susana; Sujianto, Untung
Nurse Media Journal of Nursing Vol 8, No 1 (2018): (JUNE 2018)
Publisher : Department of Nursing, Faculty of Medicine, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.494 KB) | DOI: 10.14710/nmjn.v8i1.15741

Abstract

Background: Insomnia is a sleep disturbance which commonly occurs in haemodialysis patients. Some factors contribute to insomnia in dialysis patients such as demographic, biological, psychological, lifestyle, and dialysis factors. However, there are limited studies which investigate the relating factors of insomnia in haemodialysis patients in Indonesia.Purpose: This study aimed to analyze the relating factors of insomnia in haemodialysis patients in Semarang, Central Java, Indonesia.Methods: This study was a cross-sectional study which involved 102 samples recruited by consecutive sampling technique from two dialysis units in Semarang, Central Java. Data were collected by questionnaires and analyzed using Chi-square and multiple logistic regression to know the most relating factors of insomnia.Results: The result showed that insomnia occurred in 63 respondents (61.8%). Further analysis indicated that insomnia was related to anxiety (p=0.034, OR=2.36) and age (p=0.049; OR=1.75). There was no relationship between insomnia and the other factors such as gender, education level, occupation status, marital status, haemoglobin level, smoking and coffee consumption habit, and dialysis factor (period of dialysis). Moreover, anxiety was the most relating factors of insomnia among haemodyalsis patients.Conclusion: This study concluded that anxiety and age were independent factors related to insomnia. This study recommends that anxiety screening should be performed on haemodialysis  patients. Anxiety in haemodialysis  patients needs to be treated properly so that it will not develop into insomnia.
Pengaruh Musik Keroncong Terhadap Kecemasan Pasien Kanker Ginekologi Sari, Dhea Septian Meta; Aniarti, Reni Purwo; Isnaini, Nur; Widyaningsih, Susana
Jurnal Keperawatan Florence Nightingale Vol 7 No 2 (2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52774/jkfn.v7i2.220

Abstract

Kanker ginekologi menjadi masalah kesehatan yang menyerang organ reproduksi perempuan. Pasien kanker ginekologi mengalami perubahan fisik dan perubahan psikologis, salah satunya adalah kecemasan. Kecemasan merupakan perasaan takut tanpa sebab dengan timbulnya perasaan tidak nyaman. Penatalaksanaan dalam menurunkan kecemasan dapat menggunakan intervensi farmakologi dan nonfarmakologi. Intervensi nonfarmakologi dalam menurunkan kecemasan pasien kanker ginekologi salah satunya dengan musik keroncong. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh musik keroncong dalam menurunkan kecemasan pasien kanker ginekologi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan pre-eksperimental dengan one group pre-test-post-test design. Sampel dalam penelitian ini 30 pasien kanker ginekologi yang mengalami kecemasan ringan-sedang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu lembar kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Responden diberikan intervensi musik keroncong selama 4 kali dalam seminggu dengan durasi kurang lebih 7 menit. Analisis yang digunakan adalah uji statistik paired t-test. Didapatkan hasil nilai sebelum diberikan musik keroncong sebesar 19,50 dan sesudah diberikan musik keroncong sebesar 8,13 dengan p value 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukan terdapat penurunan kecemasan pada pasien kanker ginekologi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sesudah diberikan musik keroncong
HUBUNGAN LAMA PENGOBATAN DENGAN TINGKAT STRES PASIEN TUBERCULOSIS DI KECAMATAN KALIBAGOR Fiamanda, Winda Elsa; Widyaningsih, Susana
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 10 No 22 (2024): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.14599063

Abstract

Latar Belakang: Lama pengobatan menentukan tingkat stres yang dirasakan penderita tuberclosis. Pengobatan tuberculosis menjadi penentu kesembuhan penderita, lama pengobatan tuberculosis ada 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Pada beberapa orang yang mengalami atau menderita penyakit kronik seperti TB maka sangat mungkin penderita mengalami depresi, stres, dan kecemasan. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan lama pengobatan dengan tingkat stres penderita tuberculosis di Kecamatan Kalibagor Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 30 responden di Kecamatan Kalibagor dengan menggunakan teknik Total sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar kuisioner dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil: Hasil penelitian ini didapatkan lama pengobatan 2-6 bulan penderita pada kategori stres ringan sebanyak 13 responden (76,5%), dan sebanyak 4 responden (23,5%) mengalami stres sedang, dan responden yang menjalani pengobatan kategori 6-8 bulan sebagian besar mengalami stres sedang sebanyak 11 responden (84,6%), dan sebanyak 2 responden (15,4%) mengalami stres ringan. Hasil uji chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0,001<0,005 berarti signifikan. Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan lama pengobatan dengan tingkat stres pasien tuberculosis di Kecamatan Kalibagor
The Effectiveness of Deep Breathing Exercise on Lung Expansion Rate in Patients with Respiratory Disorders using Chest Drains Bahri, Muhammad Saiful; Yulistiani, Mustiah; Widyaningsih, Susana
Proceedings Series on Health & Medical Sciences Vol. 6 (2025): Proceedings of the 5th International Nursing and Health Sciences Universitas Muhammad
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pshms.v6i.1406

Abstract

A chest drain is a medical procedure performed to remove air, fluid, or blood that has accumulated in the pleural cavity, the space between the lungs and the chest wall, to maintain normal lung function. The insertion of a chest drain can cause partial lung collapse or atelectasis. One of the post-surgical care strategies for patients with chest drains is deep breathing exercise therapy. To evaluate the effectiveness of deep breathing exercises on the rate of lung expansion in patients with respiratory disorders using chest drains. This study employed a quasi-experimental design with a pre-test and post-test control group design. The sample consisted of 17 patients with chest drains, selected using total sampling. The measurement tool used was a Peak Flow Meter. Based on the Paired t-test and independent t-test results, the p-value was less than 0.05, indicating significance. The effectiveness test using Cohen's d effect size showed pre-test (1.0) and post-test (3.1) values greater than 0.8, indicating a large effect size. Deep breathing exercise therapy significantly and substantially affects lung expansion rate in patients with respiratory disorders using chest drains.
Pengaruh Musik Keroncong Terhadap Kecemasan Pasien Kanker Ginekologi Sari, Dhea Septian Meta; Aniarti, Reni Purwo; Isnaini, Nur; Widyaningsih, Susana
Jurnal Keperawatan Florence Nightingale Vol 7 No 2 (2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52774/jkfn.v7i2.220

Abstract

Kanker ginekologi menjadi masalah kesehatan yang menyerang organ reproduksi perempuan. Pasien kanker ginekologi mengalami perubahan fisik dan perubahan psikologis, salah satunya adalah kecemasan. Kecemasan merupakan perasaan takut tanpa sebab dengan timbulnya perasaan tidak nyaman. Penatalaksanaan dalam menurunkan kecemasan dapat menggunakan intervensi farmakologi dan nonfarmakologi. Intervensi nonfarmakologi dalam menurunkan kecemasan pasien kanker ginekologi salah satunya dengan musik keroncong. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh musik keroncong dalam menurunkan kecemasan pasien kanker ginekologi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan pre-eksperimental dengan one group pre-test-post-test design. Sampel dalam penelitian ini 30 pasien kanker ginekologi yang mengalami kecemasan ringan-sedang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu lembar kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Responden diberikan intervensi musik keroncong selama 4 kali dalam seminggu dengan durasi kurang lebih 7 menit. Analisis yang digunakan adalah uji statistik paired t-test. Didapatkan hasil nilai sebelum diberikan musik keroncong sebesar 19,50 dan sesudah diberikan musik keroncong sebesar 8,13 dengan p value 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukan terdapat penurunan kecemasan pada pasien kanker ginekologi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sesudah diberikan musik keroncong
Hubungan Lama Pengobatan Dengan Tingkat Stres Pasien Tuberkulosis di Kecamatan Kalibagor Fiamanda, Winda Elsa; Widyaningsih, Susana
Jurnal Promotif Preventif Vol 7 No 3 (2024): Juni 2024: JURNAL PROMOTIF PREVENTIF
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Pancasakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47650/jpp.v7i3.1305

Abstract

Rendahnya keberhasilan pengobatan tuberkulosis telah menyebabkan meningkatnya kasus di dunia. Lamanya pengobatan tuberkulosis menjadi salah satu faktor tidak berhasilnya pengobatan, bahkan memungkin penderita mengalami depresi, stres, dan kecemasan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan lama pengobatan dengan tingkat stres penderita tuberculosis di Kecamatan Kalibagor. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional Study. Sampel penelitian ini sebanyak 30 responden yang diperoleh dengan teknik total sampling pada pasien TB di Puskesmas Kalibagor. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar kuisioner, dan data dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian didapatkan pada lama pengobatan 2-6 bulan, penderita pada kategori stres ringan sebanyak 13 (76,5%) responden, dan sebanyak 4 (23,5%) responden mengalami stres sedang. Sedangkan responden yang menjalani pengobatan 6-8 bulan, sebagian besar mengalami stres sedang yaitu sebanyak 11 (84,6%) responden, dan sebanyak 2 (15,4%) responden mengalami stres ringan. Hasil uji chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0,001<0,005 berarti signifikan. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan lama pengobatan dengan tingkat stres pasien tuberculosis di Kecamatan Kalibagor