Nashar Nashar
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK PADA MATA KULIAH MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN Yuni Maryuni; Nashar Nashar; Eko Ribawati
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.736 KB) | DOI: 10.30870/candrasangkala.v3i2.3476

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk menganalisis implemetasi pembelajaran berbasis proyek  pada mata kuliah Media dan Sumber Pembelajaran. Proyek yang diproduksi dalam penelitian ini berupa pembuatan media film dokumenter berbasis kearifan lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah mahassiswa calon guru pendidikan sejarah yang mengampu mata kuliah Media dan Sumber Pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi pembelajaran berbasis proyek dalam pembuatan media film dokumenter berhasil dengan sangat baik.
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA Nashar Nashar
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.345 KB) | DOI: 10.30870/candrasangkala.v1i1.746

Abstract

This study aimed to determine the effect of learning methods and critical thinking skills toward the students’ outcomes in the learning of history. This research is quantitative research using treatment design by level 2x2.The research data was taken from the observation, tests and questionnaires. The results showed that (1) learning of the history’s outcomes of students using investigative group learning are better than learning of the history’s outcomes using conventional teaching methods, (2) there is interaction between learning method and critical thinking ability toward learning of the history’s outcomes of students; (3) learning of the history’s outcomes of students using learning methods investigation group with high critical thinking skills are better than learners who learn using conventional learning methods, (4) learning of the history’s outcomes of students using conventional teaching methods with low critical thinking skills are better than students using the investigative group learning method with the ability to think critically low.Theoretically, the results of this study can be used as a reference for developing teaching methods in teaching history in the high school. Furthermore, there is research that is expected to use different teaching methods with other independent variables that influence student learning of history’s outcomes.
NILAI-NILAI KETOKOHAN SULTAN AGENG TIRTAYASA SERTA SYEKH NAWAWI AL-BANTANI DAN REAKTUALISASINYA BAGI PENDIDIKAN KARAKTER Tubagus Umar Syarif Hadi Wibowo; Muhammad Ilham Gilang; Nashar Nashar
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v7i1.11321

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menginventarisasi dan mengeksplitasi nilai nilai ketokohan yang terdapat pada sosok Sultan Ageng Tirtayasa dan Syekh Nawawi Al-Bantani; (2) menganalisis dan mengevaluasi secar kritis dan menyusun suatu konsepsi reaktualisasi nilai-nilai ketokohan Sultan Ageng Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menginventarisasi dan mengeksplitasi nilai nilai ketokohan yang terdapat pada sosok Sultan Ageng Tirtayasa dan Syekh Nawawi Al- Bantani; (2) menganalisis dan mengevaluasi secar kritis dan menyusun suatu konsepsi reaktualisasi nilai-nilai ketokohan Sultan Ageng Tirtayasa dan Syekh Nawawi Al-Bantani bagi pendidikan karakter di perguruan tinggi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan memadukan strategi penelitian studi kasus dan fenomenologi.Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, nilai-nilai ketokohan Sultan Ageng Tirtayasa dan Syekh Nawawi Al-Bantani dapat digali dari sejarah kehidupan kedua tokoh yang mencerminkan integritas antara kata dan laku. Kedua, Sultan Ageng Tirtayasa dan Syekh Nawawi Al-Bantani mengajarkan tentang karakter adiluhung (kepemimpinan, kejujuran, keadilan, kewibawaan, religius, patriotik, dan amanah) yang menjadi bagian integral dalam segala aktivitas civitas academika di perguruan tinggi. Ketiga, Strategi untuk mereaktualisasikan nilai-nilai ketokohan dapat dimulai dengan memelihara atau merawat ketokohan dalam memori kolektif civitas akademika melalui tridharma perguruan tinggi, serta membesarkan lembaga atau memantapkan kelembagaan perguruan tinggi, khususnya Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) berdasarkan visi dan misi yang dituju, serta ditunjang dan didukung dengan nilai organisasi UNTIRTA yaitu JAWARA (Jujur, Adil, Wibawa, Amanah, Religius, dan Akuntabel) yang bersumber dari kristalisasi nilai- nilai ketokohan Sultan Ageng Tirtayasa dan Syekh Nawawi Al-Bantani.
PENGEMBANGAN MATERI AJAR NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL “GREEN BEHAVIOUR” DI BANTEN Ana Nurhasanah; Yuni Maryuni; Arif Permana Putra; Rikza Fauzan; Nashar Nashar; Eko Ribawati
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (610.045 KB) | DOI: 10.30870/candrasangkala.v2i2.3735

Abstract

Penelitian ini bertolak dari keresahan terhadap rendahnya pembelajaran sejarah lokal sebagai sebuah identitas yang semakin tidak menyentuh generasi muda saat ini dan nilai tradisi masyarakat adat Baduy sebagai salah satu etnis lokal Banten yang terabaikan sebagai salah satu karakter bangsa. Rumusan masalah Nilai-nilai budaya apa saja yang dikembangkan dari masyarakat adat Baduy dalam pembelajaran sejarah di SMAN 3 Rangkasbitung? dan Bagaimana aktualisasi pendidikan nilai budaya adat suku Baduy dalam pembelajaran sejarah di SMAN 3 Rangkasbitung? serta Bagaimana internalisasi pendidikan nilai budaya adat suku Baduy melalui pembelajaran sejarah bagi peserta didik di SMAN 3 Rangkasbitung. Metodologi penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan Etnografi dan Naturalistik Inkuiri.Dari hasil penelitian pembelajaran sejarah lokal dalam pengembangan materi nilai tradisi masyarakat adat Baduy dimulai dengan melakukan (1) Observasi dan wawancara terhadap narasumber (2) analisis hasil wawancara dan studi literatur (3) Internalisasi nilai-nilai tradisi masyarakat adat baduy dala pembelajaran di SMAN 3 Rangkasbitung, memanfaatkan sejarah lokal masyarakat adat Baduy (Selanjutnya guru yang kesulitan diupayakan untuk mampu meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan kegairahan siswa maupun guru mengenai nilai-nilai tradisi masyarakat adat baduy dan penanaman nilai pelestarian lingkungan. Kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran diantaranya kemampuan kerja sama, tanggung jawab, mencari dan menemukan sumber belajar, mandiri, sikap berani, menghargai waktu, pantang menyerah, dan toleransi serta menghubungkan peristiwa sejarah dengan kehidupan seharihari dalam upaya mempersiapkan warga negara yang berjiwa multikultural dan memiliki rasa cinta dan bangga terhadap Indonesia.
TRADISI RUWATAN LAUT DESA TELUK LABUAN TAHUN 1992-2010 Rikza Fauzan; Nashar Nashar; Dede Nasrudin
Jurnal Artefak Vol 8, No 1 (2021): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.671 KB) | DOI: 10.25157/ja.v8i1.3634

Abstract

Tujuan dari pembahasan penelitian ini agar mengenai pelaksanaan tradisi ruwatan laut yang mengundang pro dan kontra karena tidak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam sehingga perlu adanya akulturasi agar tradisi tersebut bisa tetap dilestarikan dengan pengemasan yang berbeda. Manfaat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengangkat tradisi ruwatan laut yang yang secara pelaksanaannya berbeda dengan daerah lain sebagai tradisi lokal khas daerah pesisir desa Teluk yang kurang dikenal agar menjadi tradisi yang dikenal secara luas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis yang tahapannya yang terdiri dari Heuristik atau pengumpulan sumber, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Tradisi ruwatan laut yang berasal dari desa Teluk ini merupakan tradisi dengan nilai budaya lokal yang diwariskan turun-temurun. Tradisi ruwatan laut dalam perkembangannya mengalami akulturasi atau percampuran kebudayaan Hindu-Jawa dengan kebudayaan Islam sesuai dengan perkembangan zaman. Pada awal kemunculannya, tradisi ruwatan laut berfungsi sebagai pemenuhan janji/nadzar. Setelah terjadi akulturasi kebudayaan dengan agama Islam, terjadi perubahan dalam pelaksanaannya yaitu pada pelaksanaan pelarungan kepala kerbau. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat, saat ini tradisi ruwatan laut kemudian berkembang menjadi salah satu kegiatan bersedekah sekaligus hiburan bagi masyarakat desa Teluk.The purpose of this research discussion is that the implementation of the marine ruwatan tradition invites pros and cons because it is not in accordance with Islamic teachings so that acculturation is needed so that the tradition can be preserved with different packaging. The benefit referred to in this research is to raise the tradition of marine ruwatan which is different from other areas as a local tradition typical of the lesser known coastal areas of Teluk Village to become a widely known tradition. The method used in this research is the historical method, the stages of which consist of Heuristics or source collection, Criticism, Interpretation, and Historiography. The tradition of marine ruwatan originating from the village of Teluk is a tradition with local cultural values passed down from generation to generation. in its development, it experiences acculturation or a mixture of Hindu-Javanese culture with Islamic culture in accordance with the times. At the beginning of its appearance, the ruwatan laut tradition functioned as fulfillment of promises / nadzar. After the acculturation of culture with Islam, there was a change in its implementation, namely the implementation of the buffalo head pelarungan. Over time, with changes that occur in society, now the ruwatan tradition The sea then developed into a charity activity as well as entertainment for the people of Teluk Village.