Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PERKEMBANGAN BUDAYA ETNIS TIONGHOA DI INDONESIA TAHUN 1998-2008 Maryuni, Yuni
Jurnal Candrasangkala Pendidikan Sejarah Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Jurnal Candrasangkala Pendidikan Sejarah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aktivitas etnis Tionghoa dalam menjalankan ritual agama dan adat istiadat leluhur di Indonesia bergantung pada aturan pemerintah yang mengaturnya secara holistik. Baik itu dalam menjalankan kegiatan keagamaan, adat istiadat leluhur dan hak-hak sebagai warga negara yang sejajar dengan etnis lain di Indonesia.  Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan budaya Etnis Tionghoa di Indonesia tahun 1998-2008. Pemilihan kurun waktu tersebut berdasarkan pada perubahan peraturan pemerintah yang menjadi awal bagiterbukanya pintu kebebasan Etnis Tionghoa sebagai WNI dengan penghapusan istilah pri dan non pri dan kebebasan dalam pengekspresian budaya Tionghoa. Pengakuan identitas bagi Etnis Tionghoa sangatlah penting untuk metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu historis factual dengan tahapan: heuristic, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi dan politik dengan model penulisan bersifat deskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah dikeluarkannya aturan pemerintah mengenai penyelesaian masalah etnis Tionghoa yang dimulai dari Presiden Habibie mengeluarkan Inpres No. 26/ 1998 sampai dengan tahun 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono …..etnis Tionghoa memiliki kedudukan yang sejajar dengan etnis lain sebagai masyarakat Indonesia. Menghapus istilah “pri” dan “non-pri”, agar tidak mempertajam perbedaan antara kedua golongan tersebut.Kemudian, Presiden Abdurachman Wahid menerbitkan Keppres No. 6 tahun 2000 yang mencabut Inpres No. 14 tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina. Dengan terbitnya Keppres ini, perayaan Konghuchu ataupun aktivitas kebudayaan warga Cina lainnya tidak perlu lagi ijin khusus. Ditambah lagi dengan dijadikannya Tahun Baru Imlek sebagai Hari Libur Nasional pada era pemerintahan Presiden Megawati sejak 2002.
PERKEMBANGAN BUDAYA ETNIS TIONGHOA DI INDONESIA TAHUN 1998-2008 Maryuni, Yuni
Jurnal Candrasangkala Pendidikan Sejarah Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Jurnal Candrasangkala Pendidikan Sejarah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aktivitas etnis Tionghoa dalam menjalankan ritual agama dan adat istiadat leluhur di Indonesia bergantung pada aturan pemerintah yang mengaturnya secara holistik. Baik itu dalam menjalankan kegiatan keagamaan, adat istiadat leluhur dan hak-hak sebagai warga negara yang sejajar dengan etnis lain di Indonesia.  Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan budaya Etnis Tionghoa di Indonesia tahun 1998-2008. Pemilihan kurun waktu tersebut berdasarkan pada perubahan peraturan pemerintah yang menjadi awal bagiterbukanya pintu kebebasan Etnis Tionghoa sebagai WNI dengan penghapusan istilah pri dan non pri dan kebebasan dalam pengekspresian budaya Tionghoa. Pengakuan identitas bagi Etnis Tionghoa sangatlah penting untuk metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu historis factual dengan tahapan: heuristic, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi dan politik dengan model penulisan bersifat deskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah dikeluarkannya aturan pemerintah mengenai penyelesaian masalah etnis Tionghoa yang dimulai dari Presiden Habibie mengeluarkan Inpres No. 26/ 1998 sampai dengan tahun 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono …..etnis Tionghoa memiliki kedudukan yang sejajar dengan etnis lain sebagai masyarakat Indonesia. Menghapus istilah “pri” dan “non-pri”, agar tidak mempertajam perbedaan antara kedua golongan tersebut.Kemudian, Presiden Abdurachman Wahid menerbitkan Keppres No. 6 tahun 2000 yang mencabut Inpres No. 14 tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina. Dengan terbitnya Keppres ini, perayaan Konghuchu ataupun aktivitas kebudayaan warga Cina lainnya tidak perlu lagi ijin khusus. Ditambah lagi dengan dijadikannya Tahun Baru Imlek sebagai Hari Libur Nasional pada era pemerintahan Presiden Megawati sejak 2002.
Perkembangan Kesenian Dzikir Saman di Desa Wanagiri Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Tahun 1998-2017 Andella Oktaviani; Yuni Maryuni; Arif Permana Putra
Reslaj : Religion Education Social Laa Roiba Journal Vol 4 No 3 (2022): Reslaj: Religion Education Social Laa Roiba Journal
Publisher : LPPM Institut Nasional Laa Roiba Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.834 KB) | DOI: 10.47467/reslaj.v4i3.944

Abstract

The purpose of this study is: (1) describing the history of the formation of Dzikir Saman art in Wanagiri Village, Saketi District of Pandeglang Regency, (2) describing the development of Dzikir Saman art in Wanagiri Village, Saketi District, Pandeglang Regency in 1998-2017, (3) describing community efforts in preserving Dzikir Saman art as intangible cultural heritage in Pandeglang. The study uses historical methods consisting of heuristics, criticism, interpretation and historiography. The theoretical approaches used are cultural theory and challenge theory and response (response) from Arnold Toynbee. The study took year limits between 1998-2017. In 1998 as the beginning of the development of Dzikir Saman art in Wanagiri Village and in 2017 Dzikir Saman art in Wanagiri Village was named as Intangible Cultural Heritage by the Ministry of Education. The results of the study revealed that the art of Dzikir Saman in Wanagiri Village began from a teaching of the sammaniyah order. This sammaniyah order is a well-known teaching in Sufi science brought by Syech Samman in the 18th century. Then in the development of Dzikir Saman art in Wanagiri Village experienced the addition of function, which initially this art was only presented in religious ceremonies only on the anniversary of the Prophet Muhammad's Maulid then saw the rapid development of the times, it became a challenge for the existence of Dzikir Saman art, finally the art of Dzikir Saman was presented also in the form of performing arts, Then in its development also the art of Dzikir Saman Wanagiri Village was named as Intangible Cultural Heritage in 2017 by the Ministry of Education. Furthermore, there are preservation efforts carried out by Dzikir Saman art players, Pandeglang community and there is government carrying capacity, so that the existence of Dzikir Saman art continues to grow, these efforts include: (1) Dzikir Saman Wanagiri Village players do training every week even though this art is not staged, (2) pandeglang community always presents Dzikir Saman art in commemoration of Prophet Muhammad's Maulid, Then there is the study of Dzikir Saman art by researchers which is one form of preservation in the field of education, (3) the existence of government carrying capacity is by presenting Dzikir Saman art in a series of Pandeglang cultural festival events.
PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR HISTORIS Sabar Wiraguna; Yuni Maryuni; Eko Ribawati
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v4i2.4530

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Learning Cycle 5E terhadap kemampuan berpikir historis untuk materi Indonesia Merdeka pada siswa kelas XI di SMA Negeri 4 Pandeglang. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasy Experiment dengan desain penelitian Pretest Posttest  Control Design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 325 terbagi dalam sepuluh kelas. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling, diperoleh dua kelompok penelitian, yaitu kelas XI MIPA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIPA 1 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 butir soal tes uraian dengan 5 indikator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata pretest kemampuan berpikir historis kelas kontrol sebesar 51,31 sedangkan pada kelas eksperimen 58,83, posttest kemampuan berpikir historis kelas kontrol memperoleh nilai 62,33 sedangkan kelas eksperimen 70,16. Uji hipotesis preetest menggunakan uji-t pada taraf signifikan α = 5% diperoleh t(hitung) = 1,70 > t(tabel) = 1,67, sedangkan uji hipotesis posttest diperoleh t(hitung) = 2,44 > t(tabel) = 1,67 yang berarti H0 ditolak. Terdapat perbedaan pengaruh pada kedua kelas. Model learning cycle 5E bisa menjadi variasi model belajar. Model learning cycle 5E meningkatkan kemampuan  analisis serta mengidentifikasi kronologis peristiwa sejarah, sehingga membantu  mengembangkan tingkat ilmiah siswa dan proses pembelajaran lebih terarah dan bermakna.
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK PADA MATA KULIAH MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN Yuni Maryuni; Nashar Nashar; Eko Ribawati
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.736 KB) | DOI: 10.30870/candrasangkala.v3i2.3476

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk menganalisis implemetasi pembelajaran berbasis proyek  pada mata kuliah Media dan Sumber Pembelajaran. Proyek yang diproduksi dalam penelitian ini berupa pembuatan media film dokumenter berbasis kearifan lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah mahassiswa calon guru pendidikan sejarah yang mengampu mata kuliah Media dan Sumber Pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi pembelajaran berbasis proyek dalam pembuatan media film dokumenter berhasil dengan sangat baik.
PENGEMBANGAN INFOGRAFIS BERBASIS ANDROID SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH (MATERI SEJARAH REVOLUSI INDONESIA) Achmad Firman Firdaus; Yuni Maryuni; Ana Nurhasanah
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v7i1.11417

Abstract

penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan langkah-langkah dan hasil uji kelayakan pengembangan infografis berbasis android sebagai media pembelajaran sejarah pada materi Sejarah Revolusi Indonesia. Metode penelitian yang digunakan yaitu Research and Development (R&D) dengan menggunakan model ADDIE yang terdiri dari lima tahap: analysis, design, development, implementation, evaluation. Produk yang dikembangkan dievalusi oleh ahli materi, ahli media, guru dan siswa. Validasi digunakan untuk menilai dan menelaah produk infografis berbasis android sebagai media pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) media infografis berbasis android portable, mudah digunakan karena berbasis android, (2) digunakan secara offline sehingga tidak memerlukan akses internet untuk meminimalisir kendala lost connect, (3) murah dan gratis siswa hanya perlu instal dari gawai untuk pengoperasiannya, (4) materi muudah dipahami dan menarik karena disajiakan dalam bentuk infografis dan sistematis..
PENGEMBANGAN MATERI AJAR NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL “GREEN BEHAVIOUR” DI BANTEN Ana Nurhasanah; Yuni Maryuni; Arif Permana Putra; Rikza Fauzan; Nashar Nashar; Eko Ribawati
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (610.045 KB) | DOI: 10.30870/candrasangkala.v2i2.3735

Abstract

Penelitian ini bertolak dari keresahan terhadap rendahnya pembelajaran sejarah lokal sebagai sebuah identitas yang semakin tidak menyentuh generasi muda saat ini dan nilai tradisi masyarakat adat Baduy sebagai salah satu etnis lokal Banten yang terabaikan sebagai salah satu karakter bangsa. Rumusan masalah Nilai-nilai budaya apa saja yang dikembangkan dari masyarakat adat Baduy dalam pembelajaran sejarah di SMAN 3 Rangkasbitung? dan Bagaimana aktualisasi pendidikan nilai budaya adat suku Baduy dalam pembelajaran sejarah di SMAN 3 Rangkasbitung? serta Bagaimana internalisasi pendidikan nilai budaya adat suku Baduy melalui pembelajaran sejarah bagi peserta didik di SMAN 3 Rangkasbitung. Metodologi penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan Etnografi dan Naturalistik Inkuiri.Dari hasil penelitian pembelajaran sejarah lokal dalam pengembangan materi nilai tradisi masyarakat adat Baduy dimulai dengan melakukan (1) Observasi dan wawancara terhadap narasumber (2) analisis hasil wawancara dan studi literatur (3) Internalisasi nilai-nilai tradisi masyarakat adat baduy dala pembelajaran di SMAN 3 Rangkasbitung, memanfaatkan sejarah lokal masyarakat adat Baduy (Selanjutnya guru yang kesulitan diupayakan untuk mampu meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan kegairahan siswa maupun guru mengenai nilai-nilai tradisi masyarakat adat baduy dan penanaman nilai pelestarian lingkungan. Kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran diantaranya kemampuan kerja sama, tanggung jawab, mencari dan menemukan sumber belajar, mandiri, sikap berani, menghargai waktu, pantang menyerah, dan toleransi serta menghubungkan peristiwa sejarah dengan kehidupan seharihari dalam upaya mempersiapkan warga negara yang berjiwa multikultural dan memiliki rasa cinta dan bangga terhadap Indonesia.
Tinjauan Historis Ragam Arsitektur Kebudayaan Indis di Weltevreden Rikza fauzan; yuni maryuni; Linda Falasifah
PATTINGALLOANG Vol. 9, No 2, Agustus 2022
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jp.v9i2.24823

Abstract

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran secara historis perkembangan arsitektur kebudayaan indis di Weltevreden (Nieuw Batavia). Dampak akibat perpindahan dari Oud batavia menuju weltevreden membawa dampak juga dalam berkembangnya kebudayaan Indis di sebagai bagian dari proses akulturasi masyarakat Eropa dan Pribumi. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode historis yang meliputi tahap heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Teknik pengumpulan data dengan studi literatur terhadap sumber relevan. Fakta historis dan arkeologis yang ditemukan menunjukan bahwa terdapat tinggalan yang menjadi dasar argumentasi mengenai dampak dari perkembangan kebudayaan indis dalam arsitektur dan bangunan.Arsitektur yang dikaji meliputi stadhuis, landhuizen, heerenhuizen, hingga ornamen meubiliar sebagai bagian dari kebutuhan interior di dalam rumah bergaya indis. Melalui penelitian ini diharapkan tinggalan kebudayaan Indis berupa arsitektur bangunan tetap dilestarikan sebagai warisan Heritage Kota Jakarta.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ANDROID PADA MATERI TEMUAN KAPAL TENGGELAM DI PERAIRAN INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI MARITIM SISWA SMAN1 CILEUNGSI Ismi Novianti; Yuni Maryuni; Tubagus Umar Syarif Hadi Wibowo
Puteri Hijau : Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 8, No 1 (2023): Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah
Publisher : Department of History Education, Faculty of Social Science, Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/ph.v8i1.43733

Abstract

This research aims to: (1) analyze the need for developing of android-based teaching materials from submerged in Indonesian sea to increase capability maritime literacy of SMA Negeri 1 Cileungsi students; (2) explain the steps for developing android-based teaching materials from submerged in Indonesian sea to increase capability maritime literacy of SMA Negeri 1 Cileungsi students; and (3) determine the effectiveness of the application of android-based teaching materials from submerged in Indonesian sea to increase capability maritime literacy SMA Negeri 1 Cileungsi students. The method used in this research is the development method (R&D) with the ADDIE development model. Sampling was carried out using Purposive Sampling technique. The sample in this study consisted of an experimental class of 35 students and a control class of 35 students. The maritime literacy condition of SMA Negeri 1 Cileungsi students is in the low category, this can be seen from three aspects, namely knowledge, attitudes, and behavior. Then given treatment in the experimental class and control class. Based on the results of data analysis, it shows that there are differences in increase capability maritime literacy of students who use android-based teaching materials from submerged ships findings in Indonesian sea with journal learning resources. The N-gain test results showed the average value of the maritime literacy knowledge test in the experimental class was 0.30 and in the control class was 0.29. The average value of the marine environmental care attitude test in the experimental class was 0.45 and in the control class was 0.35 and the average value of the marine environmental care behavior test in the experimental class was 0.23 and in the control class was 0.16. Thus it can be concluded that the development of android-based teaching materials from submerged ships findings in Indonesian sea can increase capability maritime literacy of SMA Negeri 1 Cileungsi students.
PERAN ETNIS TIONGHOA DALAM PEMBANGUNAN JALUR KERETA API BATAVIA-PARAHYANGAN TAHUN 1869-1884 Rizki Dwi Agustin; Yuni Maryuni; Rikza Fauzan
Jurnal Ilmiah WUNY Vol 5, No 1 (2023): Jurnal Ilmiah WUNY
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jwuny.v5i1.60892

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan peran etnis Tionghoa dalam pembangunan jalur kereta api tahun 1869-1884. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi dengan menggunakan pendekatan politik ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa pembangunan jalur kereta api dari Batavia menuju Parahyangan dimulai pada tanggal 15 Oktober 1869 dan selesai serta diresmikannya stasiun Bandung pada tanggal 17 Mei 1884. Total panjang jalur kereta api dari Batavia menuju Parahyangan berjumlah 182.5 KM. Motif yang melatarbelakangi etnis Tionghoa dalam pembangunan jalur kereta api Batavia-Parahyangan terbagi menjadi dua, yang pertama sebagai kuli dan yang kedua sebagai pemborong. Etnis Tionghoa mau melibatkan diri dalam pembangunan jalur kereta api sebagai kuli karena upah yang didapatkan lebih banyak ketimbang jenis pekerjaan yang sama di tempat lain. Upah yang didapatkan sebagai kuli dalam pembangunan kereta api berkisar antara f1,50-f2,00. Sedangkan dalam pekerjaan lain berkisar antara f0,20-f1,00. Selain sebagai kuli, etnis Tionghoa juga memiliki peran sebagai pemborong. Kebutuhan material untuk pembangunan jalur kereta api Batavia-Parahyangan seperti batu, semen dan yang lainnya banyak didapatkan oleh pemerintah Belanda dari etnis Tionghoa. Dampak sosial ekonomi etnis Tionghoa dalam pembangunan jalur kereta api Batavia hingga Parahyangan adalah mobilitas penduduk yang tinggi menimbulkan banyak pusat keramaian yang dimanfaatkan untuk berwirausaha oleh etnis Tionghoa. Selain itu, dampak lainnya yang timbul adalah akulturasi budaya masyarakat pribumi dengan etnis Tionghoa. Akulturasi ini terjadi bermula dalam penyediaan tenaga kerja kasar atau kuli. Karena dikerjakan bersamaan, maka para pekerja Tionghoa ini berbaur dengan orang-orang pribumi dan terjadilah proses akulturasi.