Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

THE DYNAMICS OF COAL MINING TOWARD SOCIAL ECONOMIC CHANGES IN BAYAH DISTRICT (1999-2015) Indiyani Indiyani; Rikza Fauzan; Muhammad Ilham Gilang
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 6, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v6i2.8551

Abstract

Bayah District is administratively one of the sub-districts in Lebak Regency. Lebak Regency has abundant natural resources, one of which is coal. Coal in Lebak Regency is scattered in various areas, one of which is Bayah District. Coal mining in Bayah District has existed since the Japanese occupation in 1942 1945. Over time, coal mining was reopened in 1999, and coal mining has now become one of the livelihoods in Bayah District. This research is focused on the 1999-2015 timeframe because during that period the dynamics of coal mining occurred which had an impact on the socio-economic life of Bayah District. The method used in this study is a historical method which includes: Heuristics (data collection), Source Criticism, Interpretation, and Historiography. The results showed that the general geographical description of the people of Bayah District were farmers and fishermen. As the community of Bayah Subdistrict realized that there was potential for coal in Bayah District, coal mining in Bayah District began to operate again in 1999. The existence of coal mining resulted in a shift of professions in the Bayah District community.
TRADISI RUWATAN LAUT DESA TELUK LABUAN TAHUN 1992-2010 Rikza Fauzan; Nashar Nashar; Dede Nasrudin
Jurnal Artefak Vol 8, No 1 (2021): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.671 KB) | DOI: 10.25157/ja.v8i1.3634

Abstract

Tujuan dari pembahasan penelitian ini agar mengenai pelaksanaan tradisi ruwatan laut yang mengundang pro dan kontra karena tidak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam sehingga perlu adanya akulturasi agar tradisi tersebut bisa tetap dilestarikan dengan pengemasan yang berbeda. Manfaat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengangkat tradisi ruwatan laut yang yang secara pelaksanaannya berbeda dengan daerah lain sebagai tradisi lokal khas daerah pesisir desa Teluk yang kurang dikenal agar menjadi tradisi yang dikenal secara luas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis yang tahapannya yang terdiri dari Heuristik atau pengumpulan sumber, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Tradisi ruwatan laut yang berasal dari desa Teluk ini merupakan tradisi dengan nilai budaya lokal yang diwariskan turun-temurun. Tradisi ruwatan laut dalam perkembangannya mengalami akulturasi atau percampuran kebudayaan Hindu-Jawa dengan kebudayaan Islam sesuai dengan perkembangan zaman. Pada awal kemunculannya, tradisi ruwatan laut berfungsi sebagai pemenuhan janji/nadzar. Setelah terjadi akulturasi kebudayaan dengan agama Islam, terjadi perubahan dalam pelaksanaannya yaitu pada pelaksanaan pelarungan kepala kerbau. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat, saat ini tradisi ruwatan laut kemudian berkembang menjadi salah satu kegiatan bersedekah sekaligus hiburan bagi masyarakat desa Teluk.The purpose of this research discussion is that the implementation of the marine ruwatan tradition invites pros and cons because it is not in accordance with Islamic teachings so that acculturation is needed so that the tradition can be preserved with different packaging. The benefit referred to in this research is to raise the tradition of marine ruwatan which is different from other areas as a local tradition typical of the lesser known coastal areas of Teluk Village to become a widely known tradition. The method used in this research is the historical method, the stages of which consist of Heuristics or source collection, Criticism, Interpretation, and Historiography. The tradition of marine ruwatan originating from the village of Teluk is a tradition with local cultural values passed down from generation to generation. in its development, it experiences acculturation or a mixture of Hindu-Javanese culture with Islamic culture in accordance with the times. At the beginning of its appearance, the ruwatan laut tradition functioned as fulfillment of promises / nadzar. After the acculturation of culture with Islam, there was a change in its implementation, namely the implementation of the buffalo head pelarungan. Over time, with changes that occur in society, now the ruwatan tradition The sea then developed into a charity activity as well as entertainment for the people of Teluk Village.
PENGGUNAAN MEDIA E-POSTER DALAM PELAJARAN SEJARAH DI KELAS X SMK YPWKS CILEGON Yaya Mahdiyah Novianti; Arif Permana Putra; Rikza Fauzan
JURNAL PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran) Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Laboratorium Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33578/pjr.v6i2.8711

Abstract

Artikel ini membahas tentang penggunaan media e-poster dalam pembelajaran sejarah di kelas X SMK YPWKS Cilegon. Penelitian ini menggubakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa angket tertutup yang disebarkan kepada siswa kelas X Akuntansi dan X Administrasi Perkantoran SMK YPWKS Cilegon melalui google forms. Hasil penelitian ini : (1) pembelajaran sejarah yang dilaksanakan di SMK YPWKS Cilegon bervariasi, hal ini tidak lepas dari adanya penggunaan model, metode, serta media pembelajaran sebagai sarana komunikasi penyampaian pesan dari guru kepada siswa. Dalam penelitian ini media pembelajaran sejarah di kelas X SMK YPWKS Cilegon, salah satunya menggunakan media e-poster (2) penggunaan media e-poster yang diterapkan oleh guru sejarah untuk menginformasikan kepada siswa terkait materi pembelajaran yang dikemas dengan efektif, efesien dan menarik, dan (3) faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan media e-poster dalam pembelajaran sejarah yaitu : guru menguasai pengetahuan inovasi media pembelajaran berbasis digital, penggunaan media ini dapat dilakukan dengan sederhana, aksesnya  kapan dan dimana saja (fleksibel), tidak rusak karena dalam bentuk digital, serta biaya pembuatannya.
PENGEMBANGAN MEDIA FLASH FLIPBOOK DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH SMA MATERI SEJARAH LOKAL GEGER CILEGON 1888 DI SMA NEGERI 1 CIRUAS Rikza Fauzan; Jemi Yawati; Eko Ribawati
BIHARI: JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN ILMU SEJARAH Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.465 KB)

Abstract

Tujuan penelitian pengembangan ini adalah mendeskripsikan prosedur pengembangan media pembelajaran sejarah dengan media flash flipbook digital untuk pembelajaran sejarah peserta didik SMA dengan kajian materi sejarah lokal Geger Cilegon  1888 dan mendeskripsikan kelayakan media flash flipbook digital. Metode yang digunakan adalah Research and Development (RD) yang terdiri dari tahapan: 1) pencarian dan pengumpulan data, 2) perencanaan, 3) mengembangkan produk awal, 4) uji lapangan awal, 5) analisis revisi produk, 6) uji coba produk (ujicoba produk skala kecil atau terbatas, 7) hasil produk. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran menggunakan media flash flipbook digital telah divalidasi oleh 1) ahli materi dengan skor presntase 78% dengan kriteria “layak”, 2) ahli media dengan skor presntase 89% dengan kriteria “sangat layak”, 3) ahli pendidikan dengan skor presntase 90% dengan kriteria “sangat layak” dan respon peserta didik dengan skor presntase 86% dengan kategori “sangat baik”. Dengan demikian, media pembelajaran flash flipbook digital yang dikembangkan layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran pada kajian materi sejarah lokal Geger Cilegon 1888 untuk pesertaa didik kelas XI di SMA N 1 Ciruas.
Tinjauan Historis Ragam Arsitektur Kebudayaan Indis di Weltevreden Rikza fauzan; yuni maryuni; Linda Falasifah
PATTINGALLOANG Vol. 9, No 2, Agustus 2022
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jp.v9i2.24823

Abstract

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran secara historis perkembangan arsitektur kebudayaan indis di Weltevreden (Nieuw Batavia). Dampak akibat perpindahan dari Oud batavia menuju weltevreden membawa dampak juga dalam berkembangnya kebudayaan Indis di sebagai bagian dari proses akulturasi masyarakat Eropa dan Pribumi. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode historis yang meliputi tahap heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Teknik pengumpulan data dengan studi literatur terhadap sumber relevan. Fakta historis dan arkeologis yang ditemukan menunjukan bahwa terdapat tinggalan yang menjadi dasar argumentasi mengenai dampak dari perkembangan kebudayaan indis dalam arsitektur dan bangunan.Arsitektur yang dikaji meliputi stadhuis, landhuizen, heerenhuizen, hingga ornamen meubiliar sebagai bagian dari kebutuhan interior di dalam rumah bergaya indis. Melalui penelitian ini diharapkan tinggalan kebudayaan Indis berupa arsitektur bangunan tetap dilestarikan sebagai warisan Heritage Kota Jakarta.
PERKEMBANGAN KESENIAN PEPETAN WEWE DI DESA KIARA KECAMATAN WALANTAKA KOTA SERANG TAHUN 2009-2017 Nurhasanah - Nurhasanah; Rikza Fauzan; Tubagus Umar Syarif Hadi Wibowo
Jurnal Kajian Seni Vol 9, No 2 (2023): Jurnal Kajian Seni Vol 9 No 2 April 2023
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jksks.72749

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kesenian Pepetan Wewe di Desa Kiara Kecamatan Walantaka Kota Serang Tahun 2009-2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, meliputi; heuristik (pengumpulan sumber/data), kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Dengan menggunakan pendekatan multidimensi atau bantuan antropologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Kiara Kecamatan Walantaka yang agraris dan memiliki keyakinan agama yang kuat menciptakan kesenian tradisional yaitu kesenian Pepetan Wewe. Latar belakang lahirnya kesenian Pepetan Wewe tidak dapat dipastikan kapan kesenian ini muncul, namun diperkirakan kesenian ini ada pada tahun 1970-an. Kesenian Pepetan Wewe mengalami perkembangan pada tahun 2009-2017, kesenian Pepetan Wewe ini pada awalnya hanya digunakan sebagai media ritual keagamaan misalnya saja digunakan untuk media ritual panen padi sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen padi yang Tuhan berikan. telah diberikan kepada masyarakat. Seiring perkembangannya, kesenian Pepetan Wewe tidak lagi digunakan dalam ritual keagamaan, tetapi juga sebagai hiburan pada acara khitanan, pernikahan, dan acara yang diselenggarakan oleh pemerintah. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran nilai fungsi yang terjadi pada kesenian Pepetan Wewe.
PERAN ETNIS TIONGHOA DALAM PEMBANGUNAN JALUR KERETA API BATAVIA-PARAHYANGAN TAHUN 1869-1884 Rizki Dwi Agustin; Yuni Maryuni; Rikza Fauzan
Jurnal Ilmiah WUNY Vol 5, No 1 (2023): Jurnal Ilmiah WUNY
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jwuny.v5i1.60892

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan peran etnis Tionghoa dalam pembangunan jalur kereta api tahun 1869-1884. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi dengan menggunakan pendekatan politik ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa pembangunan jalur kereta api dari Batavia menuju Parahyangan dimulai pada tanggal 15 Oktober 1869 dan selesai serta diresmikannya stasiun Bandung pada tanggal 17 Mei 1884. Total panjang jalur kereta api dari Batavia menuju Parahyangan berjumlah 182.5 KM. Motif yang melatarbelakangi etnis Tionghoa dalam pembangunan jalur kereta api Batavia-Parahyangan terbagi menjadi dua, yang pertama sebagai kuli dan yang kedua sebagai pemborong. Etnis Tionghoa mau melibatkan diri dalam pembangunan jalur kereta api sebagai kuli karena upah yang didapatkan lebih banyak ketimbang jenis pekerjaan yang sama di tempat lain. Upah yang didapatkan sebagai kuli dalam pembangunan kereta api berkisar antara f1,50-f2,00. Sedangkan dalam pekerjaan lain berkisar antara f0,20-f1,00. Selain sebagai kuli, etnis Tionghoa juga memiliki peran sebagai pemborong. Kebutuhan material untuk pembangunan jalur kereta api Batavia-Parahyangan seperti batu, semen dan yang lainnya banyak didapatkan oleh pemerintah Belanda dari etnis Tionghoa. Dampak sosial ekonomi etnis Tionghoa dalam pembangunan jalur kereta api Batavia hingga Parahyangan adalah mobilitas penduduk yang tinggi menimbulkan banyak pusat keramaian yang dimanfaatkan untuk berwirausaha oleh etnis Tionghoa. Selain itu, dampak lainnya yang timbul adalah akulturasi budaya masyarakat pribumi dengan etnis Tionghoa. Akulturasi ini terjadi bermula dalam penyediaan tenaga kerja kasar atau kuli. Karena dikerjakan bersamaan, maka para pekerja Tionghoa ini berbaur dengan orang-orang pribumi dan terjadilah proses akulturasi.
KOTA TAMADDUN: BANTEN LAMA DALAM PERSPEKTIF ARKEOLOGI-SEJARAH ABAD 16 Rikza Fauzan; Ana Nurhasanah; Eko Ribawati
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v9i1.16607

Abstract

This study provides an overview of the formation of the city of Banten (Surosowan) in a historical-archaeological view as the center of the capital of the Sultanate of Banten with a Cosmopolitan style. This characteristic is a sign that Banten City at that time was an area that had a diverse and multicultural community structure but was very thick with Islamic entities. As the largest trading port after the fall of Malacca to the Portuguese, Banten was also the largest city of Islamic civilization (Tamaddun) on the island of Java in the sixteenth century. This can be seen from the building structure and layout of the city of Banten which has the characteristics of an Islamic civilization city. The method used in this study is the historical method which includes the heuristic, criticism, interpretation, and historiography stages. Data collection techniques with literature study of relevant sources. The historical and archaeological facts found show that there are remains that form the basis of the argument that Banten has the characteristics of being a city of Islamic civilization (Tamaddun). The focus in this study is on archaeological remains in the form of city layouts, elements of Islamic cities and the classification of buildings around the center of the old Banten city in the early period of their formation. This is also a historical description of the architectural development of Banten City around the XVI century.
Peran KH Arsyad dalam Penyebaran Agama Islam di Menes Tahun 1916-1948 Gandi Wahyudi; Mohammad Ali Fadillah; Rikza Fauzan
Reslaj : Religion Education Social Laa Roiba Journal Vol 6 No 1 (2024): Reslaj: Religion Education Social Laa Roiba Journal
Publisher : LPPM Institut Nasional Laa Roiba Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47467/reslaj.v6i1.3369

Abstract

This study aims to determine role KH. Tb Arsyad spread Islam in Menes on 1915-1948. Historical methods used in research include: heuristics (data collection), source criticism, interpretation, and historiography. theory used in research is role theory by Bruce J. Biddle and Edwin J. Thomas. Results of this research conclude KH. Tb Arsyad is one of the Islamic religious from Menes Pandeglang, Banten. He lived in Tegal Menes Village and spread Islam in 1916. During his lifetime KH. Tb Arsyad is known as a man who is sincere, and has extensive knowledge. KH. Tb Arsyad spread Islamic teachings in Menes by using da'wah media by helping KH. Tb Asnawi Caringin. After the eruption of Mount Krakatu in 1838 KH. Tb arsyad finally settled and spread Islamic teachings in Tegal Menes Village, now is Cikedal. KH. Tb Arsyad fosters children and adults through basic recitation such as the introduction tajwid, learning to write Arabic letters of the Al-Qur;an, teaching of obligations that must be carried out as Muslims, as well as establishing an Islamic educational institution, namely Mathla'ul Anwar in 1916 as well as one of the a class V teaching teacher at Madrasa Mathla'ul Anwar in 1916. 1926 M name Mathla'ul Anwar was refined become Mathla'ul Anwar Linahdlatil Ulama (MALNU). His role in the Nahdlatul Ulama organization in 1928 was as one of the First Mustasyar Nahdlatul Ulama in Banten, especially Menes, and not only as a fighter in spreading Islam but also as a fighter in gaining independence. Keywords: Role, KH. Tb Arsyad, The Spread of Islam, Menes
MELESTARIKAN TRADISI, MERAWAT INGATAN: SOSIALISASI KESENIAN DEBUS BANTEN PADA HIMPUNAN MAHASISWA PENDIDIKAN SEJARAH (HIMADIRA) FKIP UNTIRTA Eko Ribawati; Muhammad Anggie Farizqi Prasadana; Yuni Maryuni; Tubagus Umar Syarif Hadi Wibowo; Ana Nurhasanah; Arif Permana Putra; Rikza Fauzan
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bumi Raflesia Vol. 6 No. 2 (2023): Agustus : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Bumi Raflesia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/jpmbr.v6i2.5605

Abstract

Kesenian debus perlu dilestarikan kepada generasi muda, utamanya mahasiswa. Hal ini agar tetap lestari. Di era globalisasi seperti dewasa ini kesenian debus terkikis lantaran desakan kebudayaan-kebudayaan modern dari luar. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah untuk menyampaikan literasi terkait pentingnya kesenian debus beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai kesenian debus: nilai religi, nilai sosial, nilai ekonomi, dan nilai seni perlu disosialisasikan kepada mahasiswa. Metode kegiatan dilakukan dengan ceramah lewat sosialisasi. Lokasi kegiatan dilakukan di Kampus Ciwaru, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Kata Kunci: Tradisi, Merawat, Sejarah