Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Evaluation of Real Estate Development Process in Sharia Housing Based on The Application of The Ideal Islamic Housing Concept Perdana, Angga; Setijanti, Purwanita; Cahyadini, Sarah
IPTEK Journal of Proceedings Series No 6 (2020): 6th International Seminar on Science and Technology 2020 (ISST 2020)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2020i6.9190

Abstract

The ideal Islamic housing concept should implement Islamic values holistically in the sharia housing project. The development process of sharia housing looks at housing as not merely a product but also implements shari’ah marketing methods and opens up opportunities for sharia investment in housing finance. Sharia housing with an ideal Islamic housing concept accommodates sharia values in various stages of development, starting from the initial idea formation, feasibility studies, planning and design, funding schemes, employment contracts, marketing selling and buying methods, to estate management. In housing development, the role of investors is important to control the quality of a product that is being developed. A case study strategy was used, with descriptive statistical analysis in evaluating the development process of the Islamic housing concept. Medina Residence 1 was taken as the case study based on their promotion in which they applied the Islamic housing concept in the development process. The evaluation result of the application Islamic housing concept in the development process at Medina Residence 1, shows that the Islamic housing concept has been applied and received a very satisfying response from investors. Therefore, sharia housing developers need to pay attention to it to implement Islamic value in housing development holistically.
Application of Bioclimatic Architecture Concept in Novotel Suite Surabaya Diana, Tri Wahyu; Setijanti, Purwanita; Cahyadini, Sarah
IPTEK Journal of Proceedings Series No 6 (2020): 6th International Seminar on Science and Technology 2020 (ISST 2020)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2020i6.8936

Abstract

The development of technology and industry in both developed and developing countries contributes to improve human life for the better. However, it causes an increase in energy consumption and environmental damage which produces global warming. In Asia, according to the data of ASEAN Center for Energy (ACE), 48% of global warming is generated by buildings. This phenomenon is very influential if it occurs in big cities. One of the ways to respond to this phenomenon is to apply sustainable architecture (bioclimatic architecture). Bioclimatic architecture is an architectural concept related to nature and its environment. In Indonesia, the city of Surabaya is the second-largest city. Surabaya is currently envisioned to be a green and smart city, in order to respond to the issue of global warming which currently becomes the center of discussion of all parties. Surabaya City is the second-largest city in which the real estate/property develops very rapidly, especially in commercial building such as hotels. In response to this, this study aimed to determine the application of the concept of Bioclimatic Architecture in one of the buildings in the city of Surabaya, namely the Hotel. The paradigm used in this study is the postpositivist paradigm. A case study was used as the research methodology with field observation techniques to find out whether the Hotel Novotel Surabaya applies the concept of Bioclimatic architecture. The result showed that Novotel applied the Concept of Bioclimatic Architecture into the buildings with a percentage of 94.3%.
Komunikasi dalam Arsitektur bagi Penyandang Autisme dan Tuna Grahita Adviza Rindang Cahyaning; Sarah Cahyadini
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v8i2.48769

Abstract

Penyandang Autisme dan tuna grahita merupakan dua developmental delayed yang paling banyak terjadi di dunia, Autisme dan tuna grahita masing-masing memiliki gejala yang berbeda, namun keduanya memiliki isyu hambatan dalam hal komunikasi dan interaksi terhadap lingkungan sosial mereka. Arsitektur sebagai ruang terbangun turut andil dalam membentuk perilaku anak autisme dan tuna grahita; oleh karena itu isu komunikasi dihadirkan dalam arsitektur untuk membantu penyandang autisme dan tuna grahita dalam menggunakan ruang terbangun tersebut.
Aplikasi Konsep Machine Aesthetic dan Placemaking pada Kualitas Spasial Ruang Kerja Aisyah Akhsania Taqwim; Sarah Cahyadini
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v9i2.57389

Abstract

Pesatnya perkembangan teknologi di bidang manufaktur, transportasi, produksi, dll. berdampak pada kondisi sosial, ekonomi, lingkungan, budaya, dan lainnya di dunia. Salah satunya adalah laju pengembangan dan penggunaan mesin di berbagai bidang. Teknologi di era modern sekarang memiliki dampak pada aktivitas manusia di ruang kerja. Peningkatan jumlah mesin diproyeksikan mencapai titik ketika mesin akan mendominasi ruang kerja. Bersamaan dengan ini, manusia dituntut untuk dapat beradaptasi dengan kondisi ruang kerja yang didominasi oleh mesin. Mesin yang memiliki fungsi dan bentuk tertentu juga memiliki nilai estetika yang bisa disebut machine aesthetic. Penerapan konsep machine aesthetic di ruang kerja dapat digunakan sebagai elemen untuk menciptakan kualitas spasial ruang yang berbeda. Konsep ini kemudian akan dikombinasikan dengan placemaking yang digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan ruang pengguna yang terus berkembang. Aktivitas baru yang muncul tersebut akan diakomodasi dengan membuat area fleksibel, seperti : atap, dek observasi, dan jalan pejalan kaki. Kualitas spasial ruang dapat disajikan dengan memilih skala dan bahan yang sesuai pada atap dan struktur untuk memberikan identitas pada bangunan. Aplikasi kedua konsep tersebut menjadikan proyek desain sebagai peluang untuk memperluas konteks lokal sambil membentuk tujuan dan kontemplasi pada visi progresif perusahaan.
Konsep Co-Living dalam Integrasi Spasial Hunian Vertikal dan Ruang Kerja Hikma Fitriani; Sarah Cahyadini
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v10i2.68671

Abstract

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020-2035. Fenomena ini tidak dapat dipisahkan dari mayoritas populasi Generasi Milenial. Kebutuhan perumahan yang terjangkau dan tingkat pengangguran yang tinggi karena lingkungan kerja yang kurang nyaman menjadi hal yang krusial bagi Generasi Milenial dalam menghadapi fenomena bonus demografi. Dengan menggunakan konsep co-living, perancangan ini berusaha untuk menghadirkan suatu tipologi baru dengan mengintegrasikan fungsi hunian dan tempat kerja di dalam satu objek rancang. Pendekatan arsitektur perilaku dengan metode utama behavior mapping dalam kerangka berpikir force-based framework digunakan untuk menjawab permasalahan terkait pola dan karakteristik Generasi Milenial dalam aspek work, life, and social. Metode behavior mapping dengan teknik place centered mapping yang diterapkan pada objek Koridor Co-working Space berfungsi untuk menghasilkan kebutuhan ruang, programming, kriteria desain, dan konsep desain. Objek rancang yang dihasilkan berupa hunian vertikal dengan sistem economic sharing bagi urban middle class millenial yang bekerja pada industri kreatif prioritas. Adanya konsep berbagi ruang tinggal yang didukung dengan konsep rumah tumbuh dapat memeberikan pilihan alternatif hunian terjangkau bagi Generasi Milenial di perkotaan. Selain itu, berbagi ruang kerja dan hunian dapat menjadi wadah bagi start-up kreatif untuk mengejar produktivitas dan kolaborasi antar partner. Agar objek rancang dapat menjadi katalis interaksi antar penghuni dan menciptakan ruang publik yang aktif, maka ruang komunal memiliki hirarki dan menggunakan konsep open layout. Dengan adanya objek rancang yang berbasis generasi ini diharapkan dapat meningkatkan resiliensi dan produktivitas Generasi Milenial dalam menghadapi bonus demografi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pondok Pesantren dengan Konsep Home sebagai Respon dari Perilaku Remaja Hanifatul Maghfiroh; Sarah Cahyadini
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v10i2.69504

Abstract

Setiap Kota memiliki tagline mereka masing–masing. Salah satunya adalah Kabupaten Jombang yang memiliki tagline “Kota Santri”. Sebagai Kabupaten yang memiliki tagline tersebut, keberadaan pondok pesantren di Jombang patut untuk disoroti. Pondok pesantren idealnya bertujuan untuk memperdalam ilmu agama dan juga menciptakan generasi berakhlak baik. Namun, kondisi ini bertolak belakang dengan fenomena yang ada. Terdapat permasalahan–permasalahan yang dihadapai santri selama tinggal di pesantren yang mendorongnya untuk melakukan perilaku buruk di tengah usia mereka. Alasan mengapa para santri melakukan pelanggaran dan perilaku buruk tersebut didominasi karena faktor kenyamanan dan dapat digolongkan pada aspek sosial, personal serta lingkungan fisik berdasarkan penyebabnya. Alasan lain adalah tidak adanya wadah bagi mereka untuk mengaktualisasi diri masing–masing. Teori konsep home dan pendekatan arsitektur perilaku digunakan sebagai indikator pemenuhan kebutuhan terkait personal, sosial, maupun kebutuhan secara fisik yang terkait dengan fungsi bangunan. Metode perancangan menggunakan tahapan pada force based framework dengan melihat konteks wilayah yang dihubungkan dengan konsep home serta pemberian aspek lokalitas dan Islami untuk menghasilkan kriteria desain yang sesuai. Kriteria tersebut bertujuan untuk menciptakan lingkungan pesantren yang memberikan kenyamanan fisik maupun psikologis dan dapat mendorong para santri yang berada di fase remaja untuk mengaktualisasikan diri mereka dengan baik serta meminimalisir perilaku buruk di lingkungan pesantren. Penataan lahan secara keseluruhan menggunakan hierarki rumah Jawa karena rumah Jawa memiliki pembagian ruang – ruang privat dan publik yang jelas. Selain itu tampilan massa juga menggunakan hierarki atap rumah Jawa untuk memberikan kesan familiar pada santri. Selain diterapkan pada lahan, aspek–aspek pada konsep home yang terdiri dari haven, order, identity, connectedness, warmth dan physical suitability juga diterapkan pada beberapa bagian dari massa bangunan untuk memberikan kualitas suasana yang nyaman layaknya “rumah” di lingkungan pesantren.
Identification on Residential Park Facilities Criteria Based on Visitor’s Perception Achmad Ridwan Lubis; Dewi Septanti; Sarah Cahyadini
IPTEK Journal of Proceedings Series No 6 (2020): 6th International Seminar on Science and Technology 2020 (ISST 2020)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2020i6.8942

Abstract

The soaring number of urban population and the rising of it from time to time will implicate on the pressure of the utilization of city spaces especially residential area, public and social facility also public open spaces in the city. The elevating development of residential area is not only causing the widening of built up land but also decreasing the availability of open spaces. In eastern Surabaya as one of the residential area development location has variety of activity in utilizing a housing scale of green open spaces. Furthermore, the efforts in optimizing parks around eastern Surabaya that can be used as public and social spaces. Citizen’s participation to fulfill those efforts are crucial as the perception influence the need of residential parks as a facility. Therefore, concept of providing facilities on the residential parks through the citizen’s perception needs to be acknowledge. The purpose of this research is to identify the criteria of facility on the parks based on the citizen’s perception. The step in this research, is to identify the residential park facility’s criteria based on the visitor’s perception. To find the answer, quantitative methods is used in this research. Descriptive statistic is used to answer the target of the research. According to the analysis’s results, the criteria of the preferred facility on the residential parks around eastern Surabaya with the highest frequency are trash bin, lights, park benches, shades, pedestrians’ side, children’s playground, public toilet, security guards’ post, easy accessibility, sports field, jogging track, vegetation’s variety and parking spots. Meanwhile, the non-preferred facilities are the ornament for the aesthetic like statues, water fountains, internet access, ready to drink water stations, signs, and gazebos.
THE AFFORDANCES FOR DINING ACTIVITIES: YOUNG GENERATIONS' EXPERIENCE IN DWELLING ENVIRONMENT Zuhrotul Mawaddatil Ula; Arina Hayati; Sarah Cahyadini
MODUL Vol 22, No 2 (2022): MODUL vol 22 nomor 2 tahun 2022 (7 articles)
Publisher : architecture department, Engineering faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mdl.22.2.2022.80-90

Abstract

Human activities and behavior are reciprocally related to the dwelling environment. As the specific expression of culture, how human activities are carried out is related to how they understand and use the affordances of their environment. One of the primary domestic activities closely related to the culture is dining. Culture influences the dining habits of a community and plays a significant role in the form of dwelling architecture.This study explores how dining activities are carried out in urban housing in Indonesia and their relationship to the dwellings’ architectural forms. Taking Surabaya as a case study, this phenomenon was studied using a combine-strategy through questionnaires and in-depth semi-structured interviews. The participants are the young generation living in their parent’s dwellings with landed housing typology, with and without separate dining rooms. Household members and the dwelling size are not limited to examine how dining activities are conducted in each circumstance.The results show that Indonesian dining culture still influences dining activities in the dwelling. However, dining activities have begun to shift from social to personal activities. The development of a practical lifestyle in recent times has also caused dining activities to be carried out as a complement to other activities. Finally, these phenomena affect the settings and affordance attributes that accommodate dining activities in the dwelling, which understanding can be applied in designing residential architecture.
'Home' Concept in Adolescents in a Military Housing Sphere Diana Wahyu Pratiwi; Purwanita Setijanti; Sarah Cahyadini
Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal) Vol 6, No 1 (2023): Budapest International Research and Critics Institute February
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v6i1.7432

Abstract

Adolescence is a period of transition of an individual from childhood to adulthood. At this time, individuals are encouraged to have excitement in exploring themselves to find identity. Their sphere is the first place that accommodates the daily lives of adolescent. Adolescent sphere conditions can shape the identity of adolescents. Adolescent feel comfortable and have ease in forming identity if they feel they are in the right environment. The right sphere here is meant to be a adolescent that can form the concept of 'home'. The concept of 'home' is the achievement of a sphere from the perspective of residents who feel comfortable so that they can form (1) memories, fulfill (2) privacy, form (3) habits or subsquent behavior and can create (4) the desire to return to live. A sphere with the concept of 'home' for adolescents certainly provides freedom for adolescents to explore themselves, but adolescent who live in military residential areas face different things. In this sphere area there are binding rules that must be obeyed by all residents, as well as adolescent. This research was conducted using a mixed method by conducting interviews and data processing with a word processing application to find keywords from adolescents in describing their sphere. The words were then coded, to find the concept of 'home' for the adolescent living in the military complex.   
Konsep Penyediaan Sarana Perumahan Skala Kecil Berdasarkan Prinsip-Prinsip Perencanaan Neighborhood Unit dan Walkability Nuryantiningsih Pusporini; Purwanita Setijanti; Sarah Cahyadini
TATALOKA Vol 24, No 1 (2022): Volume 24 No. 1, February 2022
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/tataloka.24.1.45-61

Abstract

Saat ini pemerintah mengijinkan adanya pembangunan perumahan dengan skala kecil, namun pada umumnya perumahan dengan kawasan kecil ini cenderung tidak dilengkapi dengan sarana yang cukup, tentunya dengan alasan keterbatasan lahan. Permasalahan tersebut juga muncul di Kota Malang yang mayoritas pembangunan perumahan didominasi oleh pembangunan perumahan skala kecil. Penelitian ini akan difokuskan untuk mengidentifikasi kebutuhan minimal sarana perumahan berdasarkan preferensi penghuni, serta menyusun konsep penyediaan sarana perumahan yang sesuai dengan luas kawasan perumahan berdasarkan prinsip-prinsip perencanaan neighborhood unit dan walkability. Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivisme dengan pendekatan gabungan kuantitatif dan kualitatif agar dapat menguraikan dan mengukur hasil preferensi secara obyektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis sarana perumahan yang diprioritaskan oleh penghuni untuk berada di dalam kawasan perumahan adalah: sarana peribadatan, pos keamanan, RTH dan toko/warung. Jarak jangkauan berjalan kaki yang disenangi berada dalam radius seratus meter, terutama untuk menuju tempat ibadah, taman atau toko kebutuhan sehari-hari. Sarana prioritas dan radius berjalan kaki tersebut dapat menentukan konsep luas minimal kawasan perumahan skala kecil. Berdasarkan luas kawasan, menurut teori pembangunan perumahan, perumahan skala kecil tidak dapat disebut sebagai sebuah neighborhood unit, namun aglomerasi dari beberapa perumahan skala kecil dengan permukiman masyarakat di sekitarnya membentuk satu neighborhood unit yang dapat menggunakan sarana perumahan secara bersama.