Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknologi

KINETIKA REAKSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK GORENG BEKAS (JELANTAH) DAN METANOL DENGAN KATALISATOR KOH Murni Yuniwati; Amelia Abdul Karim
Jurnal Teknologi Vol 2 No 2 (2009): Jurnal Teknologi
Publisher : Jurnal Teknologi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan, tidak mengandung sulfur dan tidak beraroma. Biodiesel dihasilkan dengan mereaksikan minyak tumbuhan dengan alkohol menggunakan basa sebagai katalis pada suhu dan komposisi tertentu. Dalam penelitian ini digunakan minyak kelapa bekas (jelantah) yang bisa dimanfaatkan menjadi bahan baku pembuatan biodiesel. Pada penelitian ini minyak kelapa bekas (jelantah) diproses melalui dua tahap reaksi yaitu, reaksi esterifikasi dan reaksi transesterifikasi. Tahap esterifikasi dilakukan untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dalam minyak. Minyak diesterifikasi dengan methanol dan katalisator H2SO4,dipanaskan pada suhu 60 ºC dengan waktu 30 menit. Hasil reaksi esterifikasi, direaksikan lagi dengan metanol dan katalisator KOH pada suhu kamar, reaksi yang terjadi adalah reaksi transesterifikasi. Kinetika reaksi pembuatan biodiesel dari minyak kelapa bekas (jelantah) dan metanol dengan katalisator KOH merupakan reaksi orde dua. Dengan menggunakan 100 mL minyak dan 126,5 mL metanol dan 1,5 gram katalisator bekerja pada suhu kamar dan tekanan atmosferis diperoleh hasil optimal yaitu konstanta kecepatan reaksi ke kanan (k1) sebesar 3,49.10-4, konstanta kecepatan reaksi ke kiri (k2) sebesar 1,89.10-4 dan nilai konstanta kesetimbangan reaksi (K) sebesar 1,85 dengan konversi kesetimbangan sebesar 80,28 %.
KINETIKA REAKSI HIDROLISIS PATI PISANG TANDUK DENGAN KATALISATOR ASAM CHLORIDA Murni Yuniwati; Dian Ismiyati; Reny Kurniasih
Jurnal Teknologi Vol 4 No 2 (2011): Jurnal Teknologi
Publisher : Jurnal Teknologi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman pisang mudah tumbuh dan cepat berkembang biak di daerah tropis seperti di Indonesia, Buah pisang banyak mengandung pati yang terdiri atas karbohidrat yang dapat diolah menjadi glukosa dengan cara hidrolisis. Proses hidrolisis pati pisang tanduk dengan katalisator HCl dilakukan dalam labu yang dilengkapi dengan pengaduk, pendingin balik thermometer serta dipanaskan di atas pemanas. Setiap 10 menit diambil sampel untuk dianalisis. Penelitian dilakukan dengan variabel suhu dan konsentrasi katalisator HCl.Hasilpenelitian menunjukkan bahwa kinetika reaksi hidrolisis pati pisang tanduk menggunakan katalisator HCl merupakan reaksi order satu semu. Dengan menggunakan perbandingan pati dan air 1 g:100 mL, konsentrasi HCl 2,5 N dan suhu 90oC diperoleh nilai konstanta kecepatan reaksi k= 0.007383 1/menit. Nilai konstanta kecepatan reaksi merupakan fungsi suhu yang dinyatakan dengan persamaan: k = 1.0106 exp(-1844/RT), dalam menit -1 dengan temperatur reaksi (T) dalam Kelvin Kata kunci: , pisang, pati
Pemanfaatan Serat Pohon Pisang Kepok (Musa paradisiacal L) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Hardboard Bambang Kusmartono; Murni Yuniwati; Zumratul Adzkiyaa
Jurnal Teknologi Vol 14 No 1 (2021): Jurnal Teknologi
Publisher : Jurnal Teknologi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/jurtek.v14i1.2074

Abstract

Hardboard merupakan sebuah panel homogen yang dibuat dari serat  sellulosa, yang dikombinasi dengan resin sintetik atau bahan perekat lainnya, yang direkatkan secara bersamaan dalam keadaan panas dan bertekanan. Serat selulosa dapat diperoleh dari berbagai tumbuhan. Bahan additive dapat ditambahkan selama proses pembuatan untuk merubah atau memperbaiki sifat yang dihasilkan. Tanaman pisang setelah diambil buahnya akan tersisa batang (pelepah) pohon pisang yang jarang digunakan sehingga menjadi limbah pertanian yang tidak berguna. Pelepah pohon pisang  banyak mengandung serat yang kuat sehingga dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai ekonomi yaitu  sebagai bahan penyusun hardboard. Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan pelepah pisang menjadi hardboard. Pelepah pisang dijemur sampai kering kemudian digiling dan diayak dengan mesh screen untuk memperoleh berbagai ukuran serat pelepah pisang. Serat pisang ditambah urea formaldehyde, dan PVAc dengan perbandingan yang divariasikan  lalu diaduk hingga merata. Kemudian campuran dimasukkan kedalam cetakan, ditekan dengan kempa panas dalam waktu10 menit, dilepas dari cetakan dan didinginkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran serat akan diperoleh hardboard yang memiliki sifat lebih sulit menyerap air, dan persentase pengembangannya semakin kecil (tidak mudah menyerap air dan tidak mengembang). Sedangkan pengaruh perbandingan PVAc: Serat:Urea formaldehyde adalah semakin besar PVAc yang digunakan akan akan dieroleh hardboard semakim  mudah menyerap air, kerapatan semakin besar, tetapi pengembangannya semakin kecil. Kondisi yang terbaik dari proses pembuatan hardboard dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan ukuran butir lebih kecil dari 70 mesh dan perbandingan PVAc  dengan bahan adalah 1,5 :1, hardboard yang dihasilkan adalah hardboard densitas tingi, penyerapan air 5 sd 13% dan persentase pengembangan maksimal 12%.
Pemanfaatan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Pada Pebuatan Virgin Coconut Oil (VCO) Dari Santan Kelapa Murni Yuniwati; Bambang Kusmartono; Ganjar Andaka; Nitia Nanda Rama
Jurnal Teknologi Vol 14 No 1 (2021): Jurnal Teknologi
Publisher : Jurnal Teknologi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/jurtek.v14i1.3573

Abstract

Pembuatan (Virgin Coconut Oil) VCO dapat dilakukan dengan cara pengasaman, yaitu dengan cara ditambahkan asam agar diperoleh pH tertentu yang memungkinkan tumbuhnya bakteri pengurai protein dalam santan kelapa sehingga terbentuk VCO. Jeruk nipis banyak mengadung asam alami memiliki aroma yang khas dan banyak mengandung zat zat bermanfaat dan memungkinkan untuk membuat suasana asam dalam pembuatan VCO. Kecepatan pembentukan VCO sangat menentukan kuantitas dan kualitas VCO. Dengan kecepatan yang besar maka waktu untuk menghasilkan VCO lebih singkat, hal ini akan menghindarkan dari kemungkinan reaksi samping atau proses pembusukan yang akan menurunkan kualitas VCO. Beberapa faktor yang menyebabkan kecepatan pembentukan VCO antara lain yang akan dipelajari dalam penelitian ini adalah suhu ruangan dan jumlah jeruk nipis yang ditambahkan ke dalam santan kelapa. Dalam penelitian ini akan dipelajari proses pembentukan VCO dari santan kelapa, dengan pengasaman menggunakan jeruk nipis. Santan kelapa didiamkan 30 menit untuk memisahkan skim dan airnya. Skim yang diperoleh ditempatkan dalam wadah ditambahkan air jeruk nipis dengan volume tertentu, wadah ditempatkan dalam ruangan dengan suhu tertentu didiamkan agar terjadi proses fermentasi dalam selang waktu tertentu, VCO yang terbentuk diukur volumenya kemudian dianalisis sifat fisis maupun sifat kimianya. Berdasarkan hasil penelitian ini, hasil terbaik dieroleh dengan menggunakan penambahan jeruk nipis 5% volume dan dilakukan pada suhu 38 oC, dengan kondisi tersebut proses pembuatan VCO memerlukan waktu 4 jam, dengan menggunakan 800 ml skim dari 1kg kelapa di diperoleh hasil VCO yang jernih sebanyak 220 ml dengan densitas 0,91 gr/mL.
Pembuatan Briket Dari Tempurung Kelapa (Cocos Nucivera) Dan Tepung Terigu Bambang Kusmartono; Alifani Situmorang; Murni Yuniwati
Jurnal Teknologi Vol 14 No 2 (2021): Jurnal Teknologi
Publisher : Jurnal Teknologi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/jurtek.v14i2.3770

Abstract

Kekayaan alam berupa pohon kelapa yang tumbuh subur di Indonesia menajadi sesuatu yang terus menerus dikaji dan dikembangkan pemanfaatannya. Dari bagian  akar, batang, daun,  buah dan bunganya, dimanfaatkan dalam kehidupan manusia, namun masih terus dikaji untuk optimalisasi pemanfaatannya. Misalnya tempurung kelapa yang kadang dibiarkan menjadi sampah yang hanya dibakar, dapat dioptimalkan pemanfaatannya menjadi arang yang dibentuk menjadi briket. Hingga saat ini briket arang digunakan oleh masyarakat untuk keperluan rumah tangga, usaha maupun industri. Dibandingkan dengan bahan arang, briket lebih praktis dan lebih bersih sehingga lebih masyarakat lebih tertarik untuk menggunakannya. Dalam penelitian ini dipelajari pembuatan briket arang tempurung kelapa dengan tepung terigu sebagai perekatnya. Ukuran partikel arang serta konsentrasi perekat sangat mempengaruhi kualitas  briket yang dihasilkan. Penelitian ini akan mempelajari  pengaruh ukuran partikel arang dan konsentrasi perekat terhadap  sifat fisis dan laju pembakarannya. Penelitian dilakukan dengan menghaluskan arang dan mengayaknya untuk memperoleh serbuk arang dengan berbagai ukuran. Serbuk arang dicampur dengan perekat dengan berbagai konsentrasi,  kemudian dicetak, dan dioven. Dengan menggunakan perbandingan berat  arang dan volume perekat 1:1 diperoleh hasil yang cukup baik pada penggunaan ukuran partikel arang 40 mesh dan konsentrasi perekat 3%. Dengan kondisi tersebut diperoleh briket dengan kadar air 1,71%, kadar abu 1,5 % dan laju pembakaran 0,054 gram/menit.  
Pengaruh Waktu Proses dan Ukuran Bahan terhadap Efektivitas Proses Maserasi Daun Strobilantes Cusia Murni Yuniwati; Wanda Pratiwi; Bambang Kusmartono; Sri Sunarsih
Jurnal Teknologi Vol 15 No 1 (2022): Jurnal Teknologi
Publisher : Jurnal Teknologi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/jurtek.v15i1.3570

Abstract

Strobilanthes cusia is a herbaceous shrub that is a source of blue dye, grows well above an altitude of 1000 m. This plant is very easy to breed, and for the purposes of making this plant dye, it can be harvested every 3 months. The use of strobilantes cusia leaves as natural dyes has been managed by UMK Shibiru in the Ngadirejo area, Temanggung. The results in the form of pasta have been marketed to various regions and even abroad. Some of the products are directly used to dye fabrics to serve the needs of batik in various regions. The raw materials in the form of leaves and twigs are macerated using water, within three days. The effectiveness of the process can still be improved by examining the factors that influence the effectiveness of the maceration process. In this study, it was studied how the effect of material size and time on the effectiveness of the maceration process. The results showed that the smaller the size of the material and the greater the time used, the results obtained will be better, which was indicated by the intensity of the color of the extract produced. By using a UV-Vish Spectrophotometer, two colors were detected in the extract solution, namely blue with a wavelength of 409 nm and red with a wavelength of 678 nm. However, from further observations by observing the absorbance, it can be seen that the red content is smaller than the blue color. The best result in this study was the maceration process using a leaf size of 0.5 cm and a maceration time of 3 days. Under these conditions, maceration results were obtained with an absorbance value of 24,295 for the blue color with a wavelength of 409 and an absorbance value of 12,150 nm for the red color with a wavelength of 678 nm.
Optimasi Kondisi Proses Maserasi Daun Strobilantes Cusia Murni Yuniwati; Diny Fitri Lestari; Bambang Kusmartono; Paramita Dwi Sukmawati; Muhammad Yusuf
Jurnal Teknologi Vol 15 No 2 (2022): Jurnal Teknologi
Publisher : Jurnal Teknologi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/jurtek.v15i2.3539

Abstract

The process of taking natural dyes from strobilanthes cusia leaves in a very simple way is carried out at UMK Shiungu Temanggung. The process was carried out by soaking the leaves and twigs of the cusia strobilantes in water, with a time of 3 days, and a solvent-to-material ratio of 6:1. The raw materials in the form of intact leaves and twigs cause the maceration results to be less than optimal and cause waste in the form of leaves and twigs which are increasingly stinking. Starting from this problem, it is necessary to carry out research to be able to determine the best conditions for the dye collection process. The maceration process, which was carried out using intact leaves and twigs of Cusia strobilantes that were not chopped, with a maceration time of three days and a solvent-to-material ratio of 6:1, resulted in a solution with a very small absorbance value. For red color with a wavelength of 678 nm the solution has an absorbance value of 2.375. Whereas for the purple color with a wavelength of 409 nm the solution has an absorbance value of 5.275. In addition, the waste obtained is difficult to process because it is large and interlocking and smells bad so it disturbs the environment. Research on the process of maceration of Cusia strobilantes leaves with variations in leaf size, a ratio of solvent to material, and maceration time, shows that the smaller the size of the material and the greater the time used, the greater the absorbance value of the macerated solution, while the ratio of solvent to material indicates an optimal point. The best conditions chosen are process conditions that produce maximum maceration results and facilitate the waste treatment process