Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

PEMANFAATAN GADUNG DAN SERAT DAUN NANAS (GANAS) UNTUK PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRADABLE Murni Yuniwati; Ratih Handayani; Selvina Wahyu Kristanti; Utari Wikaningtyas
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA Technoscientia Vol 9 No 2 Februari 2017
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), IST AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/technoscientia.v9i2.174

Abstract

Limbah plastik yang semakin meningkat menimbulkan permasalahan yang cukup serius bagi masarakat. Hal ini dapat ditanggulangi, dengan berbagai upaya, salah satunya dengan menggantikan penggunaan plastik konvensional dengan plastik biodegradable. Plastik biodegradable sudah banyak diproduksi, namun kekuatannya masih sangat kurang dibanding dengan plastik konvensional. Oleh karena itu perlu adanya inovasi dalam pembuatan plastik biodegradable yang lebih kuat. Penelitian ini mencoba untuk memanfaatkan umbi gadung sebagai bahan baku pembuatan plastik Biodegradable dan sebagai penguatnya digunakan gliserin serta serat daun nanas. Tahap pembuatan plastik biodegradable meliputi preparasi bahan (pembuatan tepung umbi gadung, dan pengambilan serat daun nanas), dilanjutkan dengan proses pembuatan plastik yaitu dengan mencampur tepung umbi gadung, larutan asam cuka, gliserin dan serat nanas, kemudian diaduk dan dipanaskan selama waktu tertentu, dan tahap terakhir adalah pencetakan serta pengeringan hasil. Penelitian dilakukan dengan variabel suhu, waktu proses, kecepatan pengadukan serta perbandingan bahan baku (umbi gadung dengan serat nanas), untuk mengetahui kondisi proses yang optimal agar diperoleh plastik dengan kuat tarik yang besar. Dengan menggunakan 10 gram umbi gadung 100 mL asam asetat 0,5% dan 2,5 mL gliserin diperoleh kondisi optimal dengan menggunakan suhu 80oC, waktu 90 menit, kecepatan pengadukan 300 rpm dan perbandingan bahan pati gadung : serat daun nanas 10:1. Dengan menggunakan kondisi tersebut diperoleh plastik dengan kuat tarik sebesar 3,8708 Mpa. Uji FT-IR (Fourier Transform Infra Red) terhadap plastik hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa plastik hasil penelitian ini merupakan plastik biodegradable.
KINETIKA REAKSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK GORENG BEKAS (JELANTAH) DAN METANOL DENGAN KATALISATOR KOH Murni Yuniwati; Amelia Abdul Karim
Jurnal Teknologi Vol 2 No 2 (2009): Jurnal Teknologi
Publisher : Jurnal Teknologi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan, tidak mengandung sulfur dan tidak beraroma. Biodiesel dihasilkan dengan mereaksikan minyak tumbuhan dengan alkohol menggunakan basa sebagai katalis pada suhu dan komposisi tertentu. Dalam penelitian ini digunakan minyak kelapa bekas (jelantah) yang bisa dimanfaatkan menjadi bahan baku pembuatan biodiesel. Pada penelitian ini minyak kelapa bekas (jelantah) diproses melalui dua tahap reaksi yaitu, reaksi esterifikasi dan reaksi transesterifikasi. Tahap esterifikasi dilakukan untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dalam minyak. Minyak diesterifikasi dengan methanol dan katalisator H2SO4,dipanaskan pada suhu 60 ºC dengan waktu 30 menit. Hasil reaksi esterifikasi, direaksikan lagi dengan metanol dan katalisator KOH pada suhu kamar, reaksi yang terjadi adalah reaksi transesterifikasi. Kinetika reaksi pembuatan biodiesel dari minyak kelapa bekas (jelantah) dan metanol dengan katalisator KOH merupakan reaksi orde dua. Dengan menggunakan 100 mL minyak dan 126,5 mL metanol dan 1,5 gram katalisator bekerja pada suhu kamar dan tekanan atmosferis diperoleh hasil optimal yaitu konstanta kecepatan reaksi ke kanan (k1) sebesar 3,49.10-4, konstanta kecepatan reaksi ke kiri (k2) sebesar 1,89.10-4 dan nilai konstanta kesetimbangan reaksi (K) sebesar 1,85 dengan konversi kesetimbangan sebesar 80,28 %.
KINETIKA REAKSI HIDROLISIS PATI PISANG TANDUK DENGAN KATALISATOR ASAM CHLORIDA Murni Yuniwati; Dian Ismiyati; Reny Kurniasih
Jurnal Teknologi Vol 4 No 2 (2011): Jurnal Teknologi
Publisher : Jurnal Teknologi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman pisang mudah tumbuh dan cepat berkembang biak di daerah tropis seperti di Indonesia, Buah pisang banyak mengandung pati yang terdiri atas karbohidrat yang dapat diolah menjadi glukosa dengan cara hidrolisis. Proses hidrolisis pati pisang tanduk dengan katalisator HCl dilakukan dalam labu yang dilengkapi dengan pengaduk, pendingin balik thermometer serta dipanaskan di atas pemanas. Setiap 10 menit diambil sampel untuk dianalisis. Penelitian dilakukan dengan variabel suhu dan konsentrasi katalisator HCl.Hasilpenelitian menunjukkan bahwa kinetika reaksi hidrolisis pati pisang tanduk menggunakan katalisator HCl merupakan reaksi order satu semu. Dengan menggunakan perbandingan pati dan air 1 g:100 mL, konsentrasi HCl 2,5 N dan suhu 90oC diperoleh nilai konstanta kecepatan reaksi k= 0.007383 1/menit. Nilai konstanta kecepatan reaksi merupakan fungsi suhu yang dinyatakan dengan persamaan: k = 1.0106 exp(-1844/RT), dalam menit -1 dengan temperatur reaksi (T) dalam Kelvin Kata kunci: , pisang, pati
PEMANFAATAN GADUNG DAN SERAT DAUN NANAS (GANAS) UNTUK PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRADABLE Murni Yuniwati; Ratih Handayani; Selvina Wahyu Kristanti; Utari Wikaningtyas
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA Technoscientia Vol 9 No 2 Februari 2017
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), IST AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/technoscientia.v9i2.174

Abstract

Limbah plastik yang semakin meningkat menimbulkan permasalahan yang cukup serius bagi masarakat. Hal ini dapat ditanggulangi, dengan berbagai upaya, salah satunya dengan menggantikan penggunaan plastik konvensional dengan plastik biodegradable. Plastik biodegradable sudah banyak diproduksi, namun kekuatannya masih sangat kurang dibanding dengan plastik konvensional. Oleh karena itu perlu adanya inovasi dalam pembuatan plastik biodegradable yang lebih kuat. Penelitian ini mencoba untuk memanfaatkan umbi gadung sebagai bahan baku pembuatan plastik Biodegradable dan sebagai penguatnya digunakan gliserin serta serat daun nanas. Tahap pembuatan plastik biodegradable meliputi preparasi bahan (pembuatan tepung umbi gadung, dan pengambilan serat daun nanas), dilanjutkan dengan proses pembuatan plastik yaitu dengan mencampur tepung umbi gadung, larutan asam cuka, gliserin dan serat nanas, kemudian diaduk dan dipanaskan selama waktu tertentu, dan tahap terakhir adalah pencetakan serta pengeringan hasil. Penelitian dilakukan dengan variabel suhu, waktu proses, kecepatan pengadukan serta perbandingan bahan baku (umbi gadung dengan serat nanas), untuk mengetahui kondisi proses yang optimal agar diperoleh plastik dengan kuat tarik yang besar. Dengan menggunakan 10 gram umbi gadung 100 mL asam asetat 0,5% dan 2,5 mL gliserin diperoleh kondisi optimal dengan menggunakan suhu 80oC, waktu 90 menit, kecepatan pengadukan 300 rpm dan perbandingan bahan pati gadung : serat daun nanas 10:1. Dengan menggunakan kondisi tersebut diperoleh plastik dengan kuat tarik sebesar 3,8708 Mpa. Uji FT-IR (Fourier Transform Infra Red) terhadap plastik hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa plastik hasil penelitian ini merupakan plastik biodegradable.
Pemanfaatan Serat Pohon Pisang Kepok (Musa paradisiacal L) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Hardboard Bambang Kusmartono; Murni Yuniwati; Zumratul Adzkiyaa
Jurnal Teknologi Vol 14 No 1 (2021): Jurnal Teknologi
Publisher : Jurnal Teknologi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/jurtek.v14i1.2074

Abstract

Hardboard merupakan sebuah panel homogen yang dibuat dari serat  sellulosa, yang dikombinasi dengan resin sintetik atau bahan perekat lainnya, yang direkatkan secara bersamaan dalam keadaan panas dan bertekanan. Serat selulosa dapat diperoleh dari berbagai tumbuhan. Bahan additive dapat ditambahkan selama proses pembuatan untuk merubah atau memperbaiki sifat yang dihasilkan. Tanaman pisang setelah diambil buahnya akan tersisa batang (pelepah) pohon pisang yang jarang digunakan sehingga menjadi limbah pertanian yang tidak berguna. Pelepah pohon pisang  banyak mengandung serat yang kuat sehingga dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai ekonomi yaitu  sebagai bahan penyusun hardboard. Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan pelepah pisang menjadi hardboard. Pelepah pisang dijemur sampai kering kemudian digiling dan diayak dengan mesh screen untuk memperoleh berbagai ukuran serat pelepah pisang. Serat pisang ditambah urea formaldehyde, dan PVAc dengan perbandingan yang divariasikan  lalu diaduk hingga merata. Kemudian campuran dimasukkan kedalam cetakan, ditekan dengan kempa panas dalam waktu10 menit, dilepas dari cetakan dan didinginkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran serat akan diperoleh hardboard yang memiliki sifat lebih sulit menyerap air, dan persentase pengembangannya semakin kecil (tidak mudah menyerap air dan tidak mengembang). Sedangkan pengaruh perbandingan PVAc: Serat:Urea formaldehyde adalah semakin besar PVAc yang digunakan akan akan dieroleh hardboard semakim  mudah menyerap air, kerapatan semakin besar, tetapi pengembangannya semakin kecil. Kondisi yang terbaik dari proses pembuatan hardboard dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan ukuran butir lebih kecil dari 70 mesh dan perbandingan PVAc  dengan bahan adalah 1,5 :1, hardboard yang dihasilkan adalah hardboard densitas tingi, penyerapan air 5 sd 13% dan persentase pengembangan maksimal 12%.
Pemanfaatan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Pada Pebuatan Virgin Coconut Oil (VCO) Dari Santan Kelapa Murni Yuniwati; Bambang Kusmartono; Ganjar Andaka; Nitia Nanda Rama
Jurnal Teknologi Vol 14 No 1 (2021): Jurnal Teknologi
Publisher : Jurnal Teknologi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/jurtek.v14i1.3573

Abstract

Pembuatan (Virgin Coconut Oil) VCO dapat dilakukan dengan cara pengasaman, yaitu dengan cara ditambahkan asam agar diperoleh pH tertentu yang memungkinkan tumbuhnya bakteri pengurai protein dalam santan kelapa sehingga terbentuk VCO. Jeruk nipis banyak mengadung asam alami memiliki aroma yang khas dan banyak mengandung zat zat bermanfaat dan memungkinkan untuk membuat suasana asam dalam pembuatan VCO. Kecepatan pembentukan VCO sangat menentukan kuantitas dan kualitas VCO. Dengan kecepatan yang besar maka waktu untuk menghasilkan VCO lebih singkat, hal ini akan menghindarkan dari kemungkinan reaksi samping atau proses pembusukan yang akan menurunkan kualitas VCO. Beberapa faktor yang menyebabkan kecepatan pembentukan VCO antara lain yang akan dipelajari dalam penelitian ini adalah suhu ruangan dan jumlah jeruk nipis yang ditambahkan ke dalam santan kelapa. Dalam penelitian ini akan dipelajari proses pembentukan VCO dari santan kelapa, dengan pengasaman menggunakan jeruk nipis. Santan kelapa didiamkan 30 menit untuk memisahkan skim dan airnya. Skim yang diperoleh ditempatkan dalam wadah ditambahkan air jeruk nipis dengan volume tertentu, wadah ditempatkan dalam ruangan dengan suhu tertentu didiamkan agar terjadi proses fermentasi dalam selang waktu tertentu, VCO yang terbentuk diukur volumenya kemudian dianalisis sifat fisis maupun sifat kimianya. Berdasarkan hasil penelitian ini, hasil terbaik dieroleh dengan menggunakan penambahan jeruk nipis 5% volume dan dilakukan pada suhu 38 oC, dengan kondisi tersebut proses pembuatan VCO memerlukan waktu 4 jam, dengan menggunakan 800 ml skim dari 1kg kelapa di diperoleh hasil VCO yang jernih sebanyak 220 ml dengan densitas 0,91 gr/mL.
Pembuatan Briket Dari Tempurung Kelapa (Cocos Nucivera) Dan Tepung Terigu Bambang Kusmartono; Alifani Situmorang; Murni Yuniwati
Jurnal Teknologi Vol 14 No 2 (2021): Jurnal Teknologi
Publisher : Jurnal Teknologi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/jurtek.v14i2.3770

Abstract

Kekayaan alam berupa pohon kelapa yang tumbuh subur di Indonesia menajadi sesuatu yang terus menerus dikaji dan dikembangkan pemanfaatannya. Dari bagian  akar, batang, daun,  buah dan bunganya, dimanfaatkan dalam kehidupan manusia, namun masih terus dikaji untuk optimalisasi pemanfaatannya. Misalnya tempurung kelapa yang kadang dibiarkan menjadi sampah yang hanya dibakar, dapat dioptimalkan pemanfaatannya menjadi arang yang dibentuk menjadi briket. Hingga saat ini briket arang digunakan oleh masyarakat untuk keperluan rumah tangga, usaha maupun industri. Dibandingkan dengan bahan arang, briket lebih praktis dan lebih bersih sehingga lebih masyarakat lebih tertarik untuk menggunakannya. Dalam penelitian ini dipelajari pembuatan briket arang tempurung kelapa dengan tepung terigu sebagai perekatnya. Ukuran partikel arang serta konsentrasi perekat sangat mempengaruhi kualitas  briket yang dihasilkan. Penelitian ini akan mempelajari  pengaruh ukuran partikel arang dan konsentrasi perekat terhadap  sifat fisis dan laju pembakarannya. Penelitian dilakukan dengan menghaluskan arang dan mengayaknya untuk memperoleh serbuk arang dengan berbagai ukuran. Serbuk arang dicampur dengan perekat dengan berbagai konsentrasi,  kemudian dicetak, dan dioven. Dengan menggunakan perbandingan berat  arang dan volume perekat 1:1 diperoleh hasil yang cukup baik pada penggunaan ukuran partikel arang 40 mesh dan konsentrasi perekat 3%. Dengan kondisi tersebut diperoleh briket dengan kadar air 1,71%, kadar abu 1,5 % dan laju pembakaran 0,054 gram/menit.  
PEMBERDAYAAN WANITA DI DESA SEDAYU MAGELANG MELALUI KETRAMPILAN MEMPRODUKSI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) Murni Yuniwati
DHARMA BAKTI Dharma Bakti-Vol 1 No 2-Oktober 2018
Publisher : LPPM IST AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/dharma.v1i2.1236

Abstract

Most women in the Sedayu area Magelang, especially in rural areas, are generally housewives who do not earn. Actually women have considerable potential to help household economies that can improve the economy of the village. The women's empowerment program can be done by increasing skills, among others by producing materials needed by the community, for example the skills to produce Virgin Coconut Oil (VCO). VCO is pure coconut oil which is needed by the pharmaceutical industry, cosmetics industry and the general public who use it directly for health purposes. Pure coconut oil with the main content of lauric acid and capric acid is very beneficial for the health of the body. Many researchers have proven that lauric acid in the human body will be converted into monolaurin which can overcome various viral attacks such as HIV, herpes, influenza and various pathogenic bacteria. The economic value of VCO on the market is quite high. The raw material needed to produce VCO is coconut meat which is very easy to obtain at a fairly cheap price. The manufacturing process can be done easily and the equipment used is also very simple. With these skills, it is expected that women in Sedayu hamlet can get substantial profits that can improve the economy of their households in particular, and the village economy in general.
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMANFATAN LIMBAH MINYAK GORENG BEKAS BAGI MASYARAKAT DUSUN NGOTO KELURAHAN BANGUNHARJO, KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL Murni Yuniwati
DHARMA BAKTI Dharma Bakti-Vol 2 No 2-Oktober 2019
Publisher : LPPM IST AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/dharma.v2i2.2035

Abstract

The number of small industries in the form of tofu factory with the final product of fried tofu in Ngoto, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, as well as the surronding household activities that sell a lot of fried foods, produce a lot of remaining cooking oil which is generally still used again to fry. Cooking oil that is used for frying many times will cause changes in unsaturated fatty acids in oil to trans unsaturated fatty acids which are carcinogenic, thus endangering the body's health. If used cooking oil is thrown away it will also pollute the environment. Used cooking oil, although it should not be eaten because it is harmful to health, does not mean useles s. Used cooking oil can be used as other useful ingredients such as wax fuels, produced into soap, floor cleaners and so forth. Appropriate technology for processing used cooking oil, then utilizing it into useful products is needed by the people of the village. The processing and utilization of used cooking oil can be done easily and the equipment used is also very simple. With this skill, it is hoped that residents of Ngoto, have a higher awareness of the dangers of used cooking oil for health and are skilled at processing and utilizing used cooking oil into products that are beneficial to households and may be produced and marketed to be able to improve the household economy.
PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI ANTHOSIANIN DARI EKSTRAKSI KULIT MANGGIS (Garnicia mangostana L) Murni Yuniwati; Fransiska Ovitasari; Dewi Wulandari
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA Technoscientia Vol 5 No 2 Februari 2013
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), IST AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.672 KB) | DOI: 10.34151/technoscientia.v5i2.544

Abstract

Mangosteen is a fruit that is very popular in Indonesia. Besides delicious taste, mangosteen also has many benefits and efficacy, including the skin of the fruit. Skin tannin mangosteen contains compounds that can be used in the leather tanning industry, xanthone antioxidants, and anthosianin as a natural dye. Anthosianin in mangosteen skin, can be taken through the process of using solvent extraction and performed in acidic conditions. In this study, the solvent used is etanol and 2N HCl added as much as 0.1% by volume of etanol. The process carried out in a three-neck flask equipped with a heater, stirrer, and cooller. By using raw materials mangosteen peel 5 gams, 100 mL of etanol, and 0.1 mL of 2N HCl, the optimum process conditions obtained by using 3.5 hours, 60 ° C, the solvent content of 96% etanol and stirring speed 300 rpm. Under these conditions obtained anthosianin extracted total of 14.3275 mg.