Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

SUMANG: Norm of Gayo Community Within The Framework of Islamic Education Zulkarnain Zulkarnain; Ardian Al Hidaya; Eliyyil Akbar
AL-TAHRIR Vol 19, No 1 (2019): Islam & Local Wisdom
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/altahrir.v19i1.1550

Abstract

Abstract: The rise of immodesty among the young people towards the elderly implies the lack of cultural identity. This behavior is not only performed by individuals within the family environment but also the entire aspects of the educational environment and society. Dealing with this condition, it is necessary to re-actualize the social norms as local wisdom for future generations like Gayo community. Here are the norms to avoid violating actions. These rules are used as a foundation of life called Sumang. This paper focuses on the concepts of Gayo community norms within the framework of Islamic education. This research employed a descriptive qualitative using field research method. The sampling technique was purposive sampling by selecting the research participants consisting of the prominent tribal leader of Gayonese people. The data were collected by using observation and semi-structured interview. Then, the data were documented and analyzed through data reduction, display, and conclusion. The purpose of this paper is to explore the heritage value of Gayo community that can be used as a reference to respond to the challenges of future generations. The findings showed that the Gayo norms managing social interaction known as Sumang (taboo) consisting of Sumang Kenunulen (sitting), Sumang perceraken (talking), Sumang pelangkahan (journey), Sumang penengonen (seeing). Those concepts in Gayo community norms within the framework of Islamic education are to prevent a contradiction to the religion and the cultural values or it can be classified as disrespectful attitudes. These norms have also been the foundation for developing character education.الملخص: يتزايد انتشار الخلافة بين الصغار والكبار بشكل متزايد ، مما يعني نقصًا في الأخلاق. هذا السلوك لا يتم فقط من قبل الأفراد في محيط الأسرة ولكن في جميع جوانب البيئة التعليمية وحتى المجتمع. لمعالجة هذا ، من الضروري الحفاظ على جدول الأعمال أو إعادة تفعيل المعايير الاجتماعية التي أصبحت حكمة محلية لأجيال. كما هو الحال في مجتمع Gayo ، لديها قواعد السلوك أو السلوك التي يجب تجنبها لخرق القيم. تستخدم القاعدة كنمط أساسي أو أساس للحياة يسمى سومانغ. تستعرض هذه الورقة معايير مجتمع Gayo ومفاهيم معايير مجتمع Gayo في إطار التعليم الإسلامي. تستخدم طريقة البحث هذه النوعية الوصفية ، مع البحث الميداني. استخدم المشاركون في هذه الورقة تقنية أخذ عينات هادفة ، وهي الشكل التقليدي لمجتمع جايو. طرق جمع ملاحظات البيانات ، ومقابلات الفصول ، والتوثيق أثناء تحليل البيانات باستخدام تقليل البيانات ، وعرض البيانات والاستنتاجات .الغرض من هذه الورقة هو استكشاف القيمة التراثية لمجتمع غايو ويمكن استخدامه كمرجع في الرد على تحديات الأجيال التي تفتقر إلى الأخلاق. تشير النتائج في هذا المجال إلى أن قواعد جايو التي تحكم التفاعل الاجتماعي تُعرف باسم سومانج كينونولن (المتنافرة عند الجلوس) ، ووسانجانج بيرسيكاكن (المتناقض في قول الكلمات) ، والسومانج بيلانجكان (المتناقض في السفر) ، وسومانج بيننغونين (طرق متضاربة للرؤية) ، إن مفهوم معايير مجتمع جايو في إطار التربية الإسلامية هو فعل يتعارض مع الدين ، لأنه يصنف كموقف غير جدير بالثناء وله تأثير غير موات ، ويمكن أن يكون هذا الأساس أساسًا لقيم الشخصية المتنامية.Abstrak: Maraknya sikap ketidaksopanan antara yang muda terhadap yang tua semakin merambah sehingga mensiratkan minimnya etika. Tingkah laku tersebut bukan hanya dilakukan individu di lingkungan keluarga, namun pada seluruh aspek lingkungan pendidikan bahkan masyarakat. Untuk menyikapi hal tersebut, perlu agenda pelestarian atau mengaktualisasikan kembali norma-norma sosial yang sudah menjadi kebijaksaan lokal secara turun temurun. Sebagaimana pada masyarakat Gayo, mempunyai aturan perbuatan atau tingkah laku yang harus dijauhi karena melanggar nilai. Aturan tersebut dijadikan pola dasar atau landasan hidup yang disebut Sumang. Tujuan tulisan ini untuk menggali nilai pusaka masyarakat Gayo dan dapat dijadikan acuan dalam menjawab tantangan generasi yang minim moralitas. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, dengan penelitian lapangan (field research) serta partisipan menggunakan teknik purposive sampling,yaitu tokoh adat masyarakat Gayo. Pengumpulan data menggunakan pengamatan, wawancara semiterstruktur, dokumentasi, sedangkan analisa data menggunakan data reduction, displaydata serta kesimpulan. Temuan di lapangan bahwa norma masyarakat Gayo yang mengatur tata pergaulan dalam berinteraksi dikenal dengan istilah sumang kenunulen (sumbang ketika duduk), sumang perceraken (sumbang dalam mengucapkan kata-kata), sumang pelangkahen (sumbang dalam perjalanan), sumang penengonen (sumbang cara melihat). Konsep norma-norma masyarakat Gayo dalam bingkai pendidikan Islam merupakan tindakan yang bertentangan dengan adat, agama karena tergolong sikap yang tidak terpuji dan berdampak tidak baik. Norma tersebut juga telah menjadi dasar untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter.
METODE PEMBIASAAN DALAM MENUMBUHKAN PERILAKU SABAR PADA ANAK DI RAUDHATUL ATHFAL BUNTUL TEMIL Silvi Lusi; Ardian Al Hidaya; Eliyyil Akbar
EDUSOSHUM: Journal of Islamic Education and Social Humanities Vol. 1 No. 2 (2021)
Publisher : Ikatan Cendikiawan Ilmu Pendidikan Islam (ICIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.265 KB) | DOI: 10.52366/edusoshum.v1i2.21

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan metode pembiasaan dalam menumbuhkan perilaku sabar pada anak di Raudhatul Athfal Buntul Temil. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni jenis penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yakni dengan pendekatan deskriptif di mana suatu teknik untuk menguraikan dan menggambarkan suatu keadaan yang akan diteliti. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa metode pembiasaan dalam menumbuhkan perilaku sabar di Raudhatul Athfal Buntul Temil ditunjukkan dari beberapa kegiatan yang dilaksanakan, kegiatan rutin, kegiatan spontan, pemberian teladan dan kegiatan terprogram.Metode pembiasaan dalam menumbuhkan sikap sabar di Raudhatul Athfal Buntul Temil dapat terlihat dari anak yang menunjukkan perilaku sabar saat menunggu giliran. Hal tersebut dibuktikan dengan kegiatan baris-berbaris anak masuk ke dalam ruangan sesuai urutannya. Sabar ketika bermain terlihat dari kegiatan bermain perosotan, anak bermain secara bergantian, bagi anak yang belum mendapat kesempatan main, anak akan bersabar untuk menunggu dan memberikan kesempatan bagi temannya.
Peran Teknologi dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Andi Sumarlin K; Ardian Al Hidaya; Muhammad Yasin; Irfan Sepria Baresi; Hartini
Journal of International Multidisciplinary Research Vol. 2 No. 2 (2024): Februari 2024
Publisher : PT. Banjarese Pacific Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62504/rg88a846

Abstract

Penggunaan teknologi dalam pendidikan telah menjadi topik penting dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran teknologi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, serta untuk memahami dampak psikologis dan sosial dari penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Dua titik permasalahan utama yang diteliti dalam penelitian ini adalah tantangan dalam mengintegrasikan teknologi dalam kurikulum dan dampak psikologis serta sosial dari penggunaan teknologi dalam pembelajaran.  Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka yang melibatkan analisis terhadap berbagai sumber informasi dan penelitian yang relevan dalam bidang ini. Temuan penelitian menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam kurikulum, termasuk kesiapan infrastruktur, pelatihan guru, dan penyesuaian kurikulum dengan perkembangan teknologi terkini. Selain itu, temuan  menunjukkan bahwa penggunaan teknologi dalam pembelajaran dapat memiliki dampak psikologis dan sosial yang signifikan, terutama terkait dengan interaksi sosial antara siswa, keterlibatan langsung dalam proses belajar-mengajar, dan pengembangan keterampilan interpersonal. Implikasi temuan ini terhadap praktik pembelajaran di sekolah adalah pentingnya memperhatikan tantangan dalam mengintegrasikan teknologi dalam kurikulum, serta memahami dan mengelola dampak psikologis dan sosial dari penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, sekolah dapat mengembangkan strategi yang efektif untuk memanfaatkan teknologi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk masa depan yang semakin terdigitalisasi.
STRATEGI GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MENINGKATKAN AKHLAKUL KARIMAH SISWA MTS MAFATIHUL HUDA AEK BATANG TORU Nabila Ismi; Ardian Al Hidaya
Ahsani Taqwim: Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 3 (2024): Oktober
Publisher : Yayasan Baitul Hikmah al-Zain

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63424/ahsanitaqwim.v1i3.112

Abstract

This article reveals the strategies used by Akidah Akhlak teachers at MTs Mafatihul Huda Aek Batang Toru to improve the moral character (akhlakul karimah) of class VII students. This research highlights various effective approaches such as personal interaction, interactive teaching methods, role modeling, integration of moral values ​​in subjects, extracurricular activities, and spiritual formation. However, teachers face challenges such as time constraints, curriculum pressure, environmental influences, and limited resources. Collaboration between school stakeholders—teachers, parents, and the community—is crucial in shaping holistic character development. Continuous evaluation of character education programs ensures significant positive impacts for future generations. The importance of collaboration between schools, teachers, parents and the community in supporting student character formation is also a main focus, with ongoing evaluation of character education programs to ensure a significant positive impact for future generations.
RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KEPEMIMPINAN KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ Armi Riski Gultom; Ardian Al Hidaya; Rosyida Nurul Anwar; Marzuki
Ahsani Taqwim: Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 2 No. 1 (2025): Februari
Publisher : Yayasan Baitul Hikmah al-Zain

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63424/ahsanitaqwim.v2i1.183

Abstract

Abu Bakar can be a role model for various parties and fields of science, because in his leadership Caliph Abu Bakar Ash-Siddiq did not only think about one side, such as defense and the economy, but he also focused on the field of education. So from the various political policies implemented by Caliph Abu Bakar, educational values ​​can be drawn that can be implemented in the current conditions of Islamic education. The research method used in this research is qualitative research. The type of research used is qualitative descriptive research which aims to determine the values ​​of Islamic education in the leadership of Caliph Abu Bakar Ash-Siddiq.  During the period of Abu Bakar Ash-Siddiq's caliphate as leader of the Muslims, there were various values ​​relevant to Islamic education to be discussed, namely: 1) The importance of ensuring that every aspect of Islamic education not only teaches monotheism as a theological belief but also builds awareness. spiritual and moral strength in students. 2) Good examples and building understanding that example is the core of effective leadership and has a positive impact. 3) Today's Islamic education needs to teach students to collaborate, discuss and respect various views in the decision-making process.
KEBIJAKAN HARUN AR-RASYID DAN AL-MA’MUN DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM Muhammad Bukhari Dasopang; Ardian Al Hidaya; Zaianal Efendi Hasibuan
Ahsani Taqwim: Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 2 No. 1 (2025): Februari
Publisher : Yayasan Baitul Hikmah al-Zain

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63424/ahsanitaqwim.v2i1.204

Abstract

The policies of Harun Ar-Rashid and Al-Ma'mun in the development of Islamic education during the Abbasid Caliphate were very influential on the progress of science. Harun Ar-Rashid established the Baitul Hikmah in Baghdad, which became a centre for translation and scientific research from various civilisations. This opened up access to Greek, Persian and Indian scholarly texts, enriching the Islamic scholarship. Meanwhile, Al-Ma'mun expanded and strengthened the Baitul Hikmah, and encouraged translation and scholarship more aggressively. Problems encountered included tensions between the conservative views of traditional scholars and new scientific ideas that were perceived to threaten religious beliefs. In addition, limited funds and skilled human resources also posed challenges to the wider dissemination of education. The policies of the two caliphs led to the Golden Age of Islam, where knowledge flourished and became the foundation for the advancement of civilisation. However, this success also required a balance between innovation and conservatism to maintain harmony in a diverse society.
PERAN NABI DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK DAN MORAL MASYARAKAT Satrio Abdillah; Ardian Al Hidaya; Khoirunnisa; Ardina Panggabean
Ahsani Taqwim: Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 2 No. 2 (2025): Juni: Ahsani Taqwim
Publisher : Yayasan Baitul Hikmah al-Zain

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63424/ahsanitaqwim.v2i2.301

Abstract

The purpose of this study is to analyze the role of the Prophet in the formation of morals and ethics of society through the teachings and examples left behind. This study uses a literature study methodology by reviewing various sources, including religious texts, history books, and scientific articles that discuss the role of the Prophet as a moral guide. The results of the study indicate that the Prophet’s teachings significantly influence the formation of positive moral values in society. The example given by the Prophet in everyday life, both in personal and social aspects, creates a foundation for the development of good morals. In addition, the influence of the Prophet in spreading the values of justice, compassion, and tolerance has been shown to strengthen social cohesion and reduce conflict in society. These findings emphasize the importance of deepening understanding of the Prophet’s teachings to build better morals and ethics in the modern era.
DAMPAK SHALAT DHUHA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTs AL ISLAM TEGAL REJO KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI Jainal Abidin; Ardian Al Hidaya; Sultan Wahid Wicaksono
Ta'dib: Jurnal Pemikiran Pendidikan Vol. 13 No. 2 (2023): September 2023
Publisher : IAIN Takengon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54604/tdb.v13i2.363

Abstract

Sekolah memiliki tanggung jawab untuk mendidik generasi masa depan dengan memberikan pendidikan yang tidak hanya mencakup aspek akademis, tetapi juga mengedepankan pembentukan akhlak yang mulia. Sekolah bertugas untuk mengarahkan siswanya agar menjauhi segala bentuk kejahatan dan kehinaan, serta memastikan bahwa nilai-nilai norma dan akhlak yang baik tertanam dalam jiwa mereka. Selain itu, penting untuk mendalami nilai-nilai norma dan akhlak ke dalam kepribadian siswa agar mereka menjadi individu yang berkualitas dan bermoral, yang selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-NYA. MTs Al-Islam Tegalrejo merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mengadakan kegiatan shalat dhuha secara berjama'ah. Pelaksanaan shalat dhuha dilaksanakan sejak pukul 09.00-09.30. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak shalat dhuha terhadap prestasi siswa di kelas VIII MTs Al Islam Tegalrejo Kecamatan Gerih Kab Ngawi Tahun Ajaran 2023/2024. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah observasi, dokumentasi dan wawancara. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan dampak shalat dhuha terhadap siswa kelas VIII di MTs Al Islam Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi Tahun Ajaran 2023/2024 tergolong cukup baik. Prestasi belajar PAI siswa kelas VIII tergolong cukup baik. Pengaruh shalat dhuha terhadap prestasi belajar fiqih siswa kelas VIII sebesar 37%, sedangkan 63% dipengaruhi oleh faktor lainnya misalnya faktor lingkungan sekolah maupun keluarga, serta faktor pendekatan belajar.
MEMBANGUN MORALITAS REMAJA MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER Ardian Al Hidaya; Fikri Yandi; Su’dak Mariana
Ahsani Taqwim: Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 2 No. 3 (2025): Oktober
Publisher : Yayasan Baitul Hikmah al-Zain

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63424/ahsanitaqwim.v2i3.423

Abstract

The process of internalizing educational character values ​​in the formation of adolescent morality, especially amidst social dynamics and technological advances that often influence the behavior of the younger generation. Adolescence is a crucial developmental phase, where individuals are searching for identity and are vulnerable to negative influences from their surroundings, such as social media, promiscuity, and identity crises. In this context, character education plays a crucial role as a foundation for the formation of a strong and moral personality. Through a qualitative approach with a literature study method, this study found that the internalization of character values ​​such as honesty, responsibility, tolerance, discipline, and cooperation must be carried out continuously and integrated through various approaches, including role models from teachers and parents, positive habits in the school environment, and support from the community. These values, if instilled from an early age, can shape adolescent morality that is strong and adaptive to the challenges of the times. The results of the study indicate that character education does not only function as part of the formal curriculum, but must also become an inherent culture in everyday life, both in the educational environment and the family. Thus, the internalization of character values ​​is a long-term investment in shaping a young generation that is not only intellectually intelligent, but also morally and socially mature.