Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PROPAGANDA POLITIK TERHADAP KOMUNIKASI BENCANA MELALUI HASHTAG DALAM PERANG SOCIAL MEDIA Irawinne Rizky Wahyu Kusuma; Ni Putu Lindawati
Jurnal Nomosleca Vol 5, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Universitas Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/nomosleca.v5i2.3227

Abstract

This study aims to analyze the communication linkages of disasters with political issues circulating through social media generated in the war socmed with the hashtag in the comments section of netizens. The earthquake that occurred in Bali, Lombok, and the area around West Nusa Tenggara in August 2018 became a polemic because it was juxtaposed with existing political issues. Aftershocks also occur repeatedly with a scale of 7.0 Scale Ritcher devastating most of the city of Lombok and its surroundings. With the development of time and technological advances, propaganda emerged with other forms, which were not only aimed at politics and power, propaganda also emerged with the aim of seeking profit, sympathy, and support. Propaganda can also be defined as a play of words in communication where the formulation of messages is arranged without consideration of right or wrong. Political battles do not only occur in television discussions, political campaigns, political advertisements, but also occur on social media through hashtags. This is supported by the presence of social media such as Twitter, Facebook and Instagram. Social media was targeted for netizens to conduct judgments, argumentation and political propaganda through a neutralized hashtag. This study uses qualitative research methods with analysis of discourse reconstruction and language. In principle, the hashtag analysis #2019 Change President, throws the hypothesis: 1) Will the President Change?; 2) Why Must Hashtag #2019 Change President?; 3) Is it true that a disaster occurs due to the negligence of a leader? This hypothesis is made to be used in truth in academic studies. From this study, it will be seen how social media is very influential on a condition of disaster communication links with political issues. Keywords: Political propaganda, Disaster communication, Hashtag, Media sosialDOI: https://doi.org/10.26905/nomosleca.v5i2.3227
PERGESERAN MAKNA RITUAL YOGA DALAM AGAMA HINDU DARI SAKRAL HINGGA MENJADI KONSUMSI PUBLIK Ni Putu Oka Ariantini; Irawinne Rizki Wahyu Kusuma
VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia Vol 4 No 2 (2021): Vidya Wertta: Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia
Publisher : FAKULTAS ILMU AGAMA DAN KEBUDAYAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ritual yoga dalam Agama Hindu menjadi salah satu hal yang dianggap sakral. Sebagian besar masyarakat Bali yang beragama Hindu masih memegang teguh ritual sebagai salah satu kewajiban agamanya. Yoga merupakan ilmu yang menjelaskan keterkaitan antara fisik, mental, dan spiritual manusia untuk mencapai sistem kesehatan menyeluruh (holistik) yang awal terbentuknya dari kebudayaan India kuno. Pada masa sekarang kebanyakan masyarakat lebih memilih mengadopsi budaya luar karena masuknya arus modernisasi. Sejauh ini pengembangan pariwisata selalu memaksakan adanya inovasi yang mampu berperan penting bagi daya tarik wisata budaya. Sehingga kedepannya Yoga diarahkan menjadi salah satu tujuan untuk menarik pariwisata. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis semiotika yang dikemukakan oleh Roland Barthes. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pergeseran makna secara denotatif, konotatif, serta mitos dan ideologi yang terkandung dalam ritual yoga. Penelitian kualitatif digunakan karena berkaitan dengan pembahasan yang diteliti mengenai analisis semiotika yang dikemukakan oleh Roland Barthes pada ritual Yoga dalam agama Hindu di Bali.
KETERKAITAN KOMUNIKASI BENCANA DENGAN PROPAGANDA POLITIK MELALUI HASHTAG DI MEDIA SOSIAL Irawinne Rizky Wahyu Kusuma; Ni Putu Lindawati
Seminar Ilmiah Nasional Teknologi, Sains, dan Sosial Humaniora (SINTESA) Vol 2 (2019): PROSIDING SINTESA
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.28 KB)

Abstract

ABSTRACTThis study aims to analyze the communication links between disasters and political issues circulating through the hashtag on social media. The earthquake that occurred in Bali, Lombok, and the area around West Nusa Tenggara in August 2018 became viral news because it was juxtaposed with existing political issues. With the development of time and technological advances, propaganda emerged with other forms that were not only aimed at politics and power but propaganda also emerged with the aim of seeking profit, sympathy, and support. Propaganda is defined as a play of words in communication where the formulation of messages is arranged without consideration of right or wrong. Political battles do not only occur on television discussions, political campaigns, political advertisements, but also occur on social media through a fence sign or commonly called a hashtag. This is supported by the presence of social media such as Twitter, Facebook and Instagram. This study uses qualitative research methods with a case study approach.Keywords: Political propaganda, Disaster communication, Hashtag, Media sosialABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan komunikasi bencana dengan isu politik yang beredar melalui hashtag di media sosial. Gempa yang terjadi di Bali, Lombok, dan wilayah sekitar Nusa Tenggara Barat pada bulan Agustus tahun 2018 menjadi menjadi berita viral karena disandingkan dengan isu politik yang ada. Dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, propaganda muncul dengan bentuk-bentuk lain yang tidak hanya bertujuan untuk politik dan kekuasaan namun propaganda juga muncul dengan tujuan mencari keuntungan, simpati, dan dukungan. Propaganda didefinisikan sebagai permainan kata-kata dalam berkomunikasi dimana rumusan pesan dirangkai tanpa pertimbangan benar atau salah. Pertempuran politik tidak hanya terjadi pada diskusi televisi, kampanye politik, iklan politik, tetapi juga terjadi di media sosial melalui tanda pagar atau biasa disebut dengan hashtag. Hal ini didukung dengan adanya media sosial seperti twitter, facebook, dan instagram. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.Kata kunci: Propaganda politik, Komunikasi bencana, Hashtag, Media social
PEMBERDAYAAN KELOMPOK PENGERAJIN BATOK KELAPA DI DESA TIMPAG KECAMATAN KERAMBITAN KABUPATEN TABANAN Irawinne Rizky Wahyu Kusuma; Rosvita Flaviana Osin; Surya Nugraha
Seminar Nasional Aplikasi Iptek (SINAPTEK) Vol 2 (2019): PROSIDING SINAPTEK
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (570.674 KB)

Abstract

ABSTRAKDesa Timpag Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan, merupakan Desa yang terkenal sebagai penghasil kelapa, umbi-umbian dan sayur gonde. Limbah kelapa yang melimpah dapat dimanfaatkan menjadi barang produksi yang bernilai seni. Limbah kelapa ini kemudian dapat diproduksi menjadi barang atau alat yang dibutuhkan dalam rumah tangga atau hotel berupa tempat makan dan minum, sendok, bokor, alat-alat dapur, tempat sabun dan alat lainnya yang sangat diminati masyarakat. Pemberdayaan perekonomian masyarakat melalui batok kelapa ini mampu mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga perekonomian Desa Timpag meningkat. Pemanfaatan teknologi tepat guna dapat membantu pengerajin batok kelapa untuk menghasilkan produk yang lebih bervariasi dan memenuhi permintaan konsumen. Kegiatan pelatihan dan pendampingan manajemen usaha dilakukan dengan memberikan tatacara pembukuan sederhana agar bisa mengetahui kemajuan dan kemunduran usaha serta kejelasan keuangan dari kelompok mitra. Target luaran kegiatan ini adalah masyarakat mengalami peningkatan ekonomi melalui: (1) Pelatihan dan memberi pengetahuan membuat produk yang lebih bervariasi dari batok kelapa; (2) Pemanfaatan teknologi tepat guna agar mempercepat produksi batok kelapa; (3) Pengetahuan manajemen usaha dari anggota kelompok mitra.Kata kunci: Batok Kelapa, Potensi, Kerajinan, Teknologi