Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search
Journal : eProceedings of Engineering

Perbandingan Mean Opinion Score (MOS) dari VoIP menggunakan Controlled Delay (CoDel) & DropTail Syafwan Almadani Azra; Aji Gautama Putrada Satwiko; Siti Amatullah Karimah
eProceedings of Engineering Vol 5, No 3 (2018): Desember 2018
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Voice over Internet Protocol (VoIP) merupakan sebuah teknologi yang memungkinkan terjadi komunikasi jarak jauh dengan memanfaatkan jaringan internet sebagai penghubung. Perkembangan VoIP saat ini sangat lah pesat karena trend komunikasi saat ini dikuasai oleh smartphone. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya congestion pada jaringan seiring dengan meningkatnya penggunaan layanan VoIP pada smartphone. Permasalahan ini dapat diatasi dengan menerapkan mekanisme antrian pada layanan VoIP dalam mengatasi antrian paket data. Mekanisme antrian ini disebut sebagai Active Queue Management (AQM). Active Queue Management (AQM) menyediakan berbagai macam mekanisme antrian seperti Controlling Delay (CoDel) dan DropTail yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya congestion. Dalam penelitian ini diimplementasikan dan dianalisis kualitas layanan VoIP dengan menerapkan Controlled Delay (CoDel) dan DropTail berdasarkan perhitungan delay, throughput, packet loss, dan Mean Opinion Score (MOS) yang didapatkan. Hasil pengujian menunjukan performansi algoritma CoDel lebih baik jika dilihat dari nilai delay dan throughput yang didapat, sedangkan algoritma Droptail secara meyakinkan lebih baik dalam penanganan packet loss. Jika dilihat dari perbandingan nilai MOS, algoritma DropTail lebih baik dari algoritma CoDel secara subjektif ataupun secara objektif. Ini mengindikasikan implementasi algoritma CoDel terhadap layanan VoIP masih lebih buruk daripada DropTail Kata kunci : VoIP, AQM, CoDel, DropTail, MOS, congestion Abstract Voice over Internet Protocol (VoIP) is a technology that allows remote communication occurs by utilizing the internet as a conduit. Development of VoIP is currently very rapidly because the communication trend is currently controlled by a smartphone. This led to congestion on the network along with the increasing use of VoIP services on Smartphones. This problem can be overcome by implementing mechanisms of queue on VoIP services in addressing data packet queue. This queue mechanism referred to as the Active Queue Management (AQM). Active Queue Management (AQM) provides a variety of mechanisms such as Controlling queue Delay (CoDel) and DropTail aimed at reducing the occurrence of congestion. In this study are implemented and analyzed the quality of VoIP services by applying Controlled Delay (CoDel) and DropTail calculation based on delay, throughput, packet loss, and Mean Opinion Score (MOS) obtained. The test results show the performance of the algorithm CoDel better if viewed from the value of the delay and throughput obtained, while the algorithm Droptail conclusively better in handling packet loss. If seen from a comparison of the value of the MOS, DropTail algorithm better than algorithms CoDel subjectively or objectively. This indicates the algorithm implementation CoDel against VoIP service is still worse than a DropTail Keywords: VoIP, AQM, CoDel, DropTail, MOS, congestion
Secret Handshake Pada Tuas Pintu Dengan Limit Switch Menggunakan Metode Klasifikasi Naïve Bayes Yahya Ermaya; Aji Gautama Putrada; Siti Amatullah Karimah
eProceedings of Engineering Vol 6, No 1 (2019): April 2019
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, sudah banyak cara untuk membobol kunci pintu rumah tradisional. Dengan ini, dibutuhkan kunci pintu baru untuk mengamankan rumah. Dalam penelitian ini dirancang kunci pintu baru berupa smart lock yang bernama secret handshake dengan menggunakan pergerakan tuas pintu sebagai password untuk membuka kunci pintu. Secret handshake menggunakan sensor limit switch dan metode klasifikasi naïve bayes untuk mengklasifikasi data yang dihasilkan oleh limit switch. Metode Naïve Bayes dipilih karena hanya membutuhkan data training dengan jumlah yang kecil. Sistem bekerja dengan membaca sensor limit switch lalu dikirimkan ke matlab melalui thingspeak untuk diproses menggunakan metode klasifikasi naïve bayes untuk menghasilkan nilai prediksi kebenaran password yang dimasukkan. Hasil penelitian yang dilakukan diketahui metode klasifikasi naïve bayes dapat membedakan password yang benar dan password yang salah dengan tingkat akurasi sebesar 93.33%. Kata Kunci: smart lock, limit switch, secret handshake. Abstract Along with the development of knowledge, there are a lot of ways to break traditional house-key. Therefore, new house-key is needed to protect the house. In this research, new house-key with smart lock system named secret handshake is designed, using door handle movements as a password to open the house-key. Limit switch and naive bayes classification method are used by secret handshake system to classify the data from limit switch movements. Naive bayes method is choosen because it is only use small amounts of training data. Secret handshake system works when the limit switch read the movements and then the data sent to matlab through thingspeak to be processed using naive bayes classifier method and get the true password prediction values that has been input. The result showed that naive bayes cassifier method can differentiate between the true and wrong password with 93.33% accuracy. Keywords: smart lock, limit switch, secret handshake.
Analisis Performansi Proses Scaling Pada Kubernetes Dan Docker Swarm Menggunakan Metode Horizontal Scaler Bayu Arifat Firdaus; Vera Suryani; Siti Amatullah Karimah
eProceedings of Engineering Vol 7, No 2 (2020): Agustus 2020
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Container merupakan teknologi yang belakangan ini banyak digunakan karena adanya fitur-fitur tambahan yang sangat mudah dan nyaman digunakan, khususnya bagi development and operations (dev ops), dengan Container memudahkan system administrator dalam mengelola aplikasi termasuk membangun, memproses dan menjalankan aplikasi pada server Container. Container Orchestration adalah salah satu teknologi Container. Dengan Container Orchestration proses pembuatan maupun penggunaan system tersebut akan semakin mudah tetapi seiring dengan permintaan pengguna yang terlalu banyak sehingga layanan tersebut tidak berjalan maksimal.Oleh karena itu Container Orchestration harus memiliki skalabilitas dan performansi yang bagus. Skalabilitas di perlukan untuk system dapat menyesuaikan kebutuhan dengan permintaan user . Dan performansi di perlukan untuk menjaga kualitas layanan yang diberikan. Dalam penelitian ini membahas Container Orchestration Kubernetes dan Docker Swarm dari sisi skalabilitas dan performansinya. Yang menjadi parameter pembanding antara Kubernetes dan Docker Swarm adalah Load Testing untuk skalabilitas, waktu scaling up dan scaling down untuk performansi . Hasil penelitian menunjukan untuk skalabilitas Kubernetes memakan lebih banyak resource Cpu Utilization yaitu pada 10000 user Kubernetes memakan resource Cpu Utilization dengan rata rata 94,20 % sedangkan pada Docker Swarm dengan rata rata 92,28% di karenakan di dalam Kubernetes sendiri memiliki system yang kompleks terutama komponen komponen khusus seperti API, Etcd, Scheduler ,Controller manager, kubelet,kube-proxy untuk menjalankan Container . Sementara di dalam Docker Swarm hanya memiliki komponen Swarm Manager dan Docker Daemon saja . Untuk Performansi scaling up pada Kubernetes lebih di unggulkan karena penskalaan otomatis sedangkan Docker Swarm penskalaan dilakukan manual tetapi dari segi Load Balancing Docker Swarm lebih cepat yaitu dengan waktu rata rata 55,8 second sementara Kubernetes 61,2 second . Untuk scaling down Docker Swarm di unggulkan dari segi menghapus Container. Di karenakan penghapusan di lakukan manual yaitu dengan waktu rata-rata 11,4 second. Meskipun Kubernetes terlihat lebih lama dalam menghapus tapi di dalam Kubernetes terdapat penghapusan Container otomatis yaitu dengan waktu rata rata 4 minute 49 second. Kata kunci : Container Orchestration, Kubernetes ,DockerSwarm,scaling up dan scaling down Abstract Container is a technology that is widely used lately because of the additional features that are very easy and convenient to use, especially for development and operations (dev ops), with Container making it easy for system administrators to manage applications including building, processing and running applications on Container servers. Container Orchestration is one of Container technology. With Container Orchestration, the process of making and using the system will be easier, but along with too many user requests, the service will not run optimally. Therefore, Container Orchestration must have good scalability and performance. Scalability is needed for the system to match the needs of the user request. And performance is needed to maintain the quality of services provided. In this study, discussing Container Orchestration Kubernetes and Docker Swarm in terms of scalability and performance. The comparison parameters between Kubernetes and Docker Swarm are load testing for scalability, scaling up time and scaling down for performance. The results showed that the scalability of Kubernetes consumed more resources Cpu Utilization, namely in 10000 Kubernetes users consumed resources Cpu Utilization with an average of 94.20%, while at Docker Swarm with an average of 92.28%, because inside Kubernetes itself had complex systems, especially special components such as API , Etcd, Scheduler, Controller manager to run Container. While in the Docker Swarm only has a Swarm Manager and Docker Daemon component only. For scaling up performance in Kubernetes is more favored due to automatic scaling while the Docker Swarm scaling is done manually but in terms of Load Balancing Docker Swarm is faster, with an average time of 55.8 seconds while Kubernetes 61.2 second. For Scaling Down Docker Swarm featured in terms of removing the container. Because the removal is done manually with an average time of 11.4 seconds. Although Kubernetes looks longer to delete but inside Kubernetes there is automatic Container removal, which is on average time 4 minutes 49 seconds..
Model Komputasi Blast Pada Lingkungan Hadoop Devina Adinda Hartono; Setyorini Setyorini; Siti Amatullah Karimah
eProceedings of Engineering Vol 8, No 1 (2021): Februari 2021
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Mencari kemiripan pada sequence DNA, RNA atau protein dalam disiplin ilmu Bioinformatika bermanfaat untuk menemukan hubungan struktur, fungsi dan evolusi antar organisme. BLAST merupakan perangkat analisa kemiripan sequence biologi yang membandingkan satu sequence terhadap kumpulan sequence dalam suatu basis data dengan komputasi dilakukan secara berpasangan untuk semua sequence. Peningkatan koleksi sequence dalam basis data dapat memperpanjang proses pencarian similaritasnya. Hadoop Mapreduce digunakan sebagai framework komputasi yang dapat meningkatkan performa komputasi BLAST karena pada prinsipnya operasi perbandingan berpasangan adalah saling independen sehingga bisa diparalelkan. Tugas Akhir ini mengukur tingkat efisiensi komputasi BLAST dengan memanfaatkan framework hadoop. Hasil penelitian menunjukan Basic Local Alignment Search Tool (BLAST) yang dibangun pada Hadoop berturut-turut terjadi percepatan dan cluster hadoop dengan 3 node 33x lebih cepat dibanding tanpa menggunakan Hadoop. Kata kunci: Bioinformatika, BLAST, Sequence Alignment, Hadoop, Mapreduce Abstract Finds the region of similarity in DNA, RNA or protein sequence on Bioinformaticsis used to find structural, functional and evolutionary relationships between organisms. BLAST is a biological sequence similarity analysis tool that compares one sequence to a collection of sequences in the database with computations are performed in pairs for all sequences. Sequence collection enhancement in the database can extend the similarity search process. Hadoop Mapreduce is used as a computational framework that can improve BLAST computing performance because in principle the pairwise comparison operation is independent so that can be paralleled. This final project measure the potential for BLAST computational efficiency by utilizing the hadoop framework. The results showed that the Basic Local Alignment Search Tool (BLAST) built on was speedup and the Hadoop cluster with 3 nodes was 33 times faster than without using Hadoop. Keywords: Bioinformatics, BLAST, Sequence Alignment, Hadoop, Mapreduce
Analisis Perbandingan TCP dan SCTP Pada Jaringan WAN Lazuardi, Hafidz; Karimah, Siti Amatullah; Mugitama, Satria Akbar
eProceedings of Engineering Vol. 10 No. 2 (2023): April 2023
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak-Pada lapisan transport terdapat dua protokol yaitu TCP dan SCTP yang memiliki fungsi yang sama tetapi dari segi kinerja berbeda. Maka dari itu diperlukan perbandingan kinerja dari dua protokol TCP dan SCTP pada layanan telnet yang bertujuan agar mengetahui mana yang terbaik pada jaringan WAN. Untuk mengetahui kinerja TCP dan SCTP pada jaringan WAN digunakan emulator jaringan yang bernama gns3 dan di generate traficnya menggunakan distributed Internet traffic generator. Setelah didapatkan data trafic dari dua protokol tersebut dengan parameter throughput, delay dan packet loss maka dapat di analisis kinerjanya dari dua protokol TCP dan SCTP yang mana memiliki kualitas terbaik yang dapat diterapkan pada jaringan WAN. Hasil pengujian protokol SCTP pada jaringan WAN lebih cocok untuk layanan telnet karena sesuai dengan grafik throughput menghasilkan nilai throughput yang tinggi sehingga jumlah paket yang sukses dilewati banyak. Selain dari nilai throughput, nilai delay juga mendukung bahwa protokol SCTP cocok untuk layanan telnet Pada jaringan WAN karena sesuai dengan grafik delay menghasilkan nilai delay yang rendah. Sehingga penerapan protokol SCTP pada jaringan WAN cocok untuk layanan telnet.Kata kunci - TCP, SCTP, WAN
Studi Performansi Protokol Routing IS-IS Pada Arsitektur Jaringan Software Defined Network (SDN) Khatami, Muhammad; Karimah, Siti Amatullah; Nugroho, Muhammad Arief
eProceedings of Engineering Vol. 10 No. 2 (2023): April 2023
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak-Software-DefinedNetworking (SDN) merupakanarsitekturjaringanyang memisahkan antara controlplane dandataplanesebuahjaringan, sehinggajaringan dapat dikendalikan dari sebuah SDN Controller.SDN membawaperubahan bentuk jaringan dengan konfigurasi minimal oleh administrator jaringan. Dengan perkembangan teknologi saat ini dibutuhkan jaringan yang memiliki performansi tinggi. Salah satu yang penting adalah network routing. Tugas akhir menggunakan protokol routing IS-IS (Intermediate System - Intermediate System). Metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah Studi literatur tentang SDN dan IS-IS, Pengembangan protokol routing IS-IS pada SDN, Pengujian performansi dan analisis. Parameter yang dijadikan pengujian performansi dan analisis adalah packet loss, jitter, throughput, Network Convergence Time. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa routing protocol IS-IS pada arsitektur jaringan konvensional mendapatkan nilai parameter yang lebih baik dibandingkan dengan arsitektur jaringan SDN dalam parameter throughput,packet loss, dan network convergence time. Namun dari segi jitter dapat disimpulkan bahwa routing protocol IS-IS menggunakan arsitektur jaringan SDN mendapatkan nilai lebih baik dibandingkan jaringan konvensional. Kata kunci- routing, SDN, IS-IS, controller, performansi, jaringan. QoS 
Analisis Perbandingan UDP dan DCCP Pada Jaringan SD-WAN Sabiq, Ahmad Thariq; Karimah, Siti Amatullah; Jadied, Erwid M
eProceedings of Engineering Vol. 10 No. 3 (2023): Juni 2023
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak-Aplikasi multimedia memberlakukan persyaratan kualitas layanan atau Quality of Services (QoS). Salah satu faktor penting yang mempengaruhi dari kualitas layanan berada pada lapisan protokol transport. Penggunaan protokol transport yang tepat akan memberikan hasil pemanfaatan sumber daya jaringan yang optimal. UDP dan DCCP merupakan protokol yang berada pada lapisan protokol transport. Penelitian ini akan menganalisis Quality of Services (QoS) penggunaan protokol transport UDP dan DCCP pada arsitektur jaringan SD-WAN dengan memberikan arus lalu lintas data video. Parameter analisis Quality of Services (QoS) yang akan digunakan adalah throughput, packet loss dan delay. Hasil pengujian dengan memberi arus lalu lintas video dengan variasi background traffic didapatkan hasil bahwa penggunaan protokol transport UDP memberikan performansi yang lebih baik jika dibandingkan DCCP. Sedangkan pada pengujian dengan memberikan variasi resolusi, performansi dari protokol transport DCCP lebih baik dalam resolusi rendah sedangkan pada resolusi tinggi UDP lebih unggul. Selain itu, penggunaan DCCP akan lebih cocok jika digunakan pada jalur jaringan yang tidak terdapat aliran arus lalu lintas data yang besar karena jika terdapat aliran arus lalu lintas data yang besar akan mengakibatkan penurunan performansi layanan.Kata kunci-transport protocol, SD-WAN, UDP, DCCP, quality of services
Deteksi ARP Spoofing pada Jaringan Wireless Menggunakan Metode String Matching dengan Algoritma Boyer Moore dan Brute Force Anwar, Syafrullah; Karimah, Siti Amatullah; Jadied, Erwid Musthofa
eProceedings of Engineering Vol. 10 No. 3 (2023): Juni 2023
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak-Address Resolution Protocol (ARP) adalah protokol yang digunakan untuk menerjemahkan alamat Internet Protocol (IP) menjadi alamat Media Access Protocol (MAC) pada suatu jaringan. Sebuah ARP request secara broadcast untuk mendapatkan alamat perangkat MAC tujuan yang dimana berguna untuk komunikasi antar perangkat. Ketika host menerima alamat ARP request yang ditujukan kepadanya, perangkat penerima akan mengirimkan paket ARP reply kepada perangkat pengirim. Protokol ARP mempunyai celah keamanan yang membuat celah keamanan tersebut dapat diserang oleh spoofing. ARP spoofing adalah serangan yang mengirimkan ARP palsu yang sudah dimodifikasi untuk meracuni ARP cache table korban, serangan ini mendukung terjadinya serangan jaringan komputer lainnya seperti denial of service (DoS) attack, Man in the Middle Attack, dan lain-lain. Pada penelitian ini dilakukan deteksi terhadap ARP spoofing dengan mencari sebuah MAC Address yang telah diubah oleh Attacker menggunakan string matching dengan algoritma boyer moore dan brute force. Kata kunci-ARP, ARP spoofing, string matching, boyer moore, brute force
Perbandingan Antara Non-Dominated Sorting Genetic Algorithm-II Parallel Computing dan MPI dengan Non Dominated Sorting Genetic Algorithm-II Non Parallel Computing Komara, Hauzan Jiyad Dhoifullah; Karimah, Siti Amatullah; Mugitama, Satria Akbar
eProceedings of Engineering Vol. 10 No. 3 (2023): Juni 2023
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak-Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dari suatu model NSGA yang menentukan suatu jumlah kecocokan kromosom yang dimiliki orangtua yang diturunkan kepada anaknya pada sebuah proses pararel computing yang menggunakan mpi dengan metode NSGA pada non parallel computing. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode NSGA. NSGA mengikuti garis besar umum dari algoritme genetika dengan modifikasi perkawinan dan seleksi kelangsungan hidup. Dalam NSGA-II, pertama, individu dipilih dari depan atau orang tuanya. Dengan demikian, akan ada situasi di mana sebuah front perlu dipecah karena tidak semua individu diizinkan untuk bertahan hidup atau terelimanasi. Sehingga hasil yang akan didapatkan berupa sample grafik untuk orang tuanya namun berbeda jika hasil yang dikeluarkan itu tidak cocok. Jika sesuai maka hasilnya akan sama dengan orang tua itu tersebut. Dengan membandingkan metode NSGA yang diparallel kan dan sebaliknya, hal tersebut akan terlihat dari perbedaan grafik yang ditampilkan jika penggunaan parallel computing dan MPi itu lancer dan benar.Kata kunci-kromosom, NSGA, parallel, dan MPI
Perbandingan Performansi Routing pada Multiprotocol Label Switching (MPLS) dan Software-Defined Wide Area Network (SDWAN) Heriaji, Galih Wimba; Karimah, Siti Amatullah; Mugitama, Satria Akbar
eProceedings of Engineering Vol. 10 No. 3 (2023): Juni 2023
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak-MPLS maupun SD-WAN, keduanya adalah teknologi untuk menjamin kualitas jaringan dengan caranya masing-masing. MPLS menggunakan metode routing packet jaringan untuk memastikan layanan end-to-end kepada pengguna. Sedangkan SDWAN merupakan SDN dalam cakupan luas, memberikan kontrol serta manajemen jaringan terpusat dengan cerdas, ringkas. Untuk mengetahui komparasi dari kedua metode jaringan tersebut menggunakan routing, antara lain routing OSPF dan juga BGP. Pada penelitian ini menggunakan convergence time untuk parameter daripada performansi routing dari kedua teknologi ini. Hasil yang didapat adalah SDWAN lebih unggul untuk kemampuan convergence nya. Sedangkan pada parameter QoS yang dipakai adalah Throughput, Delay, dan Packetloss, SDWAN juga tetap lebih unggul diluar kemampuan controller atau centralized nya.Kata Kunci-MPLS, SD-WAN, convergence time.