Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PENGGUNAAN LIMBAH KACA SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN PERKERASAN ASPAL PANAS Yuniarti, Ratna; Hasyim, Hasyim; Hariyadi, Hariyadi; Handayani, Teti
Jurnal Teknik Sipil Vol 26, No 3 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2019.26.3.10

Abstract

AbstrakPada campuran perkerasan aspal dibutuhkan bahan pengisi (filler) untuk mendukung kinerja konstruksi perkerasan jalan agar dapat menahan beban lalu lintas. Berbagai jenis filler telah banyak digunakan antara lain abu batu, semen portland   dan lain-lain. Namun keterbatasan sumber daya alam mendorong upaya pemanfaatan bahan-bahan buangan dalam konstruksi perkerasan jalan. Pada penelitian ini, digunakan limbah kaca sebagai filler pada  campuran perkerasan aspal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosentase filler limbah kaca yang paling optimum dan pengaruhnya terhadap kinerja campuran. Kinerja tersebut diukur melalui pengujian stabilitas, flow,  Marshall Quotient, rongga dalam campuran, rongga di antara mineral agregat, rongga terisi aspal, Marshall immersion, tegangan tarik tidak langsung dan Cantabro loss. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan limbah kaca dengan proporsi 75% terhadap berat filler meningkatkan stabilitas dan kekakuan campuran sehingga lebih mampu untuk menerima pembebanan. Campuran dengan proporsi 75% filler limbah kaca menghasilkan nilai VIM dan VMA lebih kecil serta nilai VFB lebih besar yang mengindikasikan bahwa campuran memiliki daya ikat dan sifat saling mengunci yang kuat sehingga menghasilkan rongga lebih kecil serta selimut aspal lebih tebal. Berdasarkan hasil uji Marshall immersion dan Cantabro loss, campuran dengan proporsi tersebut lebih tahan terhadap rendaman air sehingga memiliki durabilitas lebih tinggi serta lebih tahan terhadap potensi disintegrasi. AbstractFiller is required in the asphalt concrete mixture to support the performance of pavement construction in order to withstand the traffic load. Various types of filler has been widely used, such as stone ash, portland cement and others. However, because of limitation of available natural resources, there has been a significant increase in the demand for using waste materials in pavement construction. In this study, waste glass was used as filler in asphalt concrete mixture. This study aims to determine the optimum percentage of waste glass filler and evaluate its effect on the performance of asphalt concrete mixtures.  The performance was measured in term of stability, flow, Marshall Quotient, voids in mix, voids in the mineral aggregate, voids filled with bitumen, Marshall immersion, indirect tensile strength and Cantabro loss. The results showed that using the percentage of waste glass of 75% by weight of filler increased stability and stiffness so that the mixture became stronger to withstand the load. The mixtures with a proportion of 75% waste glass filler have smaller VIM and VMA values and a larger VFB. It is indicated that the mixtures have strong bonding and interlocking properties resulting in smaller voids and thicker asphalt binder film thickness. Based on the results test of Marshall immersion and Cantabro loss, the mixtures with stated proportion more resistant to water immersion, resulting in higher durability and greater resistance to potency of disintegration. 
Pemanfaatan Bambu Lokal Sebagai Struktur Kandang Ayam Sistem Baterai Di Kelurahan Kelayu Utara Kabupaten Lombok Timur Fathmah - Mahmud; I Nyoman Merdana; Hariyadi Hariyadi; Ngudiyono Ngudiyono; Ni Nyoman Kencanawati
Jurnal Gema Ngabdi Vol. 4 No. 1 (2022): JURNAL GEMA NGABDI
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jgn.v4i1.155

Abstract

Currently, due to the low production of eggs in Nusa Tenggara Barat Province, most eggs on the market are brought in from other region. Despite it’s huge population, representing 24,6% population of Nusa Tenggara Barat, East Lombok could supply 2% of market demand at most. The high cost of chicken coop construction is one of the main reasons of this low production. Meanwhile, Bamboo is abundant in East Lombok, it’s thrive along Tojang River Bank.  Bamboo could be use as substitute material for battery cages. Cost production of battery cages from bamboo is relatively lower than the one made from hardwood, steel, light steel, and baton. Considering accessible substitute materials at lower price are available, the cost production could be reduced. This community service is aiming for local community cognition of local bamboo as low priced material. This community service is implemented by discourse, which done by a number of survey, survey of the community service location, and discourse to give information of how to utilize local bamboo as battery cages material, size of the cages including size of individual cage, gap between column, column’s height, local bamboo as material for frame and purlin, bamboo as economy and environmental friendly material, preservation method, suitable bamboo joint model for battery cages structure. Due to COVID-19, The battery cages constructed in the community service location was evaluated through zoom meeting.
Pengaruh Variasi Penambahan Agregat Buatan Terhadap Kadar Aspal Optimum untuk Perkerasan Aspal Lapis Aus Iik Radevi Burhamsi Putri; Hariyadi Hariyadi; I Dewa Made Alit Karyawan; Ervina Ahyudanari
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.395 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i2.37874

Abstract

Agregat yang digunakan pada konstruksi perkerasan umumnya menggunakan batu pecah yang didapatkan dari batu gunung maupun sungai yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan alam. Oleh karena itu diperlukan agregat buatan yang dapat menggantikan fungsi agregat alami maupun dapat mengurangi penggunaan agregat alami secara signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi penambahan agregat buatan terhadap kadar aspal optimum untuk perkerasan aspal lapis aus. Penelitian ini menggunakan agregat buatan geopolimer berbahan dasar fly ash yang digunakan ke dalam campuran dan dijadikan sebagai pengganti agregat kasar untuk perkerasan lapis aus untuk jalan raya. Variasi komposisi agregat buatan yang digunakan yaitu 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%. Terdapat lima sampel untuk masing-masing variasi dengan menggunakan tiga kadar aspal yaitu 5%, 6% dan 7%. Hasil yang didapatkan pada penelitian menunjukkan bahwa kadar aspal optimum untuk variasi penambahan 0% agregat buatan dan 25% penambahan agregat buatan memiliki kadar aspal optimum, sementara untuk variasi penambahan agregat buatan 50%, 75% dan 100% agregat buatan, hasilnya tidak mencukupi syarat spesifikasi yang ada, sehingga tidak dapat ditarik kadar aspal optimum
Penggunaan Limbah Kaca Sebagai Filler Pada Campuran Perkerasan Aspal Panas Ratna Yuniarti; Hasyim Hasyim; Hariyadi Hariyadi; Teti Handayani
Jurnal Teknik Sipil Vol 26 No 3 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2019.26.3.10

Abstract

AbstrakPada campuran perkerasan aspal dibutuhkan bahan pengisi (filler) untuk mendukung kinerja konstruksi perkerasan jalan agar dapat menahan beban lalu lintas. Berbagai jenis filler telah banyak digunakan antara lain abu batu, semen portland   dan lain-lain. Namun keterbatasan sumber daya alam mendorong upaya pemanfaatan bahan-bahan buangan dalam konstruksi perkerasan jalan. Pada penelitian ini, digunakan limbah kaca sebagai filler pada  campuran perkerasan aspal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosentase filler limbah kaca yang paling optimum dan pengaruhnya terhadap kinerja campuran. Kinerja tersebut diukur melalui pengujian stabilitas, flow,  Marshall Quotient, rongga dalam campuran, rongga di antara mineral agregat, rongga terisi aspal, Marshall immersion, tegangan tarik tidak langsung dan Cantabro loss. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan limbah kaca dengan proporsi 75% terhadap berat filler meningkatkan stabilitas dan kekakuan campuran sehingga lebih mampu untuk menerima pembebanan. Campuran dengan proporsi 75% filler limbah kaca menghasilkan nilai VIM dan VMA lebih kecil serta nilai VFB lebih besar yang mengindikasikan bahwa campuran memiliki daya ikat dan sifat saling mengunci yang kuat sehingga menghasilkan rongga lebih kecil serta selimut aspal lebih tebal. Berdasarkan hasil uji Marshall immersion dan Cantabro loss, campuran dengan proporsi tersebut lebih tahan terhadap rendaman air sehingga memiliki durabilitas lebih tinggi serta lebih tahan terhadap potensi disintegrasi. AbstractFiller is required in the asphalt concrete mixture to support the performance of pavement construction in order to withstand the traffic load. Various types of filler has been widely used, such as stone ash, portland cement and others. However, because of limitation of available natural resources, there has been a significant increase in the demand for using waste materials in pavement construction. In this study, waste glass was used as filler in asphalt concrete mixture. This study aims to determine the optimum percentage of waste glass filler and evaluate its effect on the performance of asphalt concrete mixtures.  The performance was measured in term of stability, flow, Marshall Quotient, voids in mix, voids in the mineral aggregate, voids filled with bitumen, Marshall immersion, indirect tensile strength and Cantabro loss. The results showed that using the percentage of waste glass of 75% by weight of filler increased stability and stiffness so that the mixture became stronger to withstand the load. The mixtures with a proportion of 75% waste glass filler have smaller VIM and VMA values and a larger VFB. It is indicated that the mixtures have strong bonding and interlocking properties resulting in smaller voids and thicker asphalt binder film thickness. Based on the results test of Marshall immersion and Cantabro loss, the mixtures with stated proportion more resistant to water immersion, resulting in higher durability and greater resistance to potency of disintegration. 
PERILAKU STRUKTUR PORTAL BETON DENGAN PENGEKANG TALI KAWAT BAJATERHADAP GAYA LATERAL: Behavior of Concrete Frame Structure with Steel Wire Rope Bracing Toward Lateral Force Ahmad Zarkasi; Hariyadi Hariyadi; Ni Nyoman Kencanawati
Spektrum Sipil Vol 4 No 1 (2017): SPEKTRUM SIPIL
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gempa memiliki potensi yang dapat merusak bangunan sekitar pusat gempa yang disebut sebagai risiko gempa. Untuk itu diperlukan inovasi perancangan struktur yang cukup optimal dalam meminimalkan risiko gempa. Penggunaan pengekang (bracing) tali kawat baja sebagai komponen struktur penahan gempa dapat menjadi alternatif struktur yang kuat, awet, ekonomis, dan praktis. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan tahanan beban lateral (v) dan simpangan (δ) pada puncak struktur. Grafik hubungan (v - δ) digunakan sebagai dasar untuk menentukan faktor modifikasi respon (R), amplikasi defleksi (Cd), dan kuat lebih system (Ω0). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan Universitas Mataram dengan benda uji portal beton lebar 1.00 m x tinggi 1.50 m. Variasi portal terdiri dari Portal Kosongan (PK), Portal Dengan Bracing IWFC (PDBW), Portal Pengisi Bata Hebel dan Bracing Tali Baja (PPHBT), Portal Pengisi Bata Hebel dan Bracing IWFC (PPHBW), dan Portal Dengan Pengisi Bata Hebel (PDBH). Tali kawat baja biasa dan IWFC diameter 4 mm digunakan sebagai bracing pada portal beton dan bata Hebel digunakan sebagai dinding pengisi portal. Pelaksanaan pengujian laboratorium untuk mensimulasikan permodelan gempa dilakukan dengan pembebanan lateral statik secara bertahap sampai benda uji gagal. Hasil uji Laboratorium menunjukkan bahwa pemasangan bracing dan dinding bata Hebel dapat meningkatkan kapasitas tahanan beban (v) dan simpangan (δ) struktur portal. Peningkatan (v) dan (δ) yang didapat sebesar 1.00, 1.87, 2.80, 3.50, 3.70 dan 1.00, 1.19, 0.79, 1.28, 2.55 untuk masing-masing portal PK, PDBW, PDBH, PPHBW, dan PPHBT. Dari grafik hubungan (v - δ) secara berturut-turut didapat nilai faktor (R) sebesar 4.69, 5.03, 6.38, 6.97, 6.54, untuk nilai faktor (Cd) sebesar 3.29, 3.02, 5.17, 3.33, 4.76, dan nilai faktor (Ω0) sebesar 3.50, 2.84, 1.96, 1.63, 2.03.
APLIKASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM ASESMEN RISIKO PROYEK KONSTRUKSI DI PULAU LOMBOK: Aplication of Analytic Hierarchy Process (AHP) in Risk Assessment for Construction Projects in Lombok Island Yulianto Saputra Prihatin; Hariyadi Hariyadi; Heri Sulistiyono
Spektrum Sipil Vol 4 No 1 (2017): SPEKTRUM SIPIL
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proyek konstruksi di Pulau Lombok mengalami peningkatan sebagai konsekuensi dari bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan sarana dan prasarana infrastruktur. Untuk menyukseskan hal tersebut, Kontraktor harus mampu bekerja sebaik-baiknya dengan mengutamakan kinerja manajemen yang efisien dan dapat mengidentifikasi, mengevaluasi serta mengontrol faktor-faktor risiko yang mungkin akan terjadi secara tak terduga. Tindakan asesmen terhadap faktor-faktor risiko tersebut dilakukan dengan menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP). AHP dapat menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur, strategik dan dinamik, serta menjadikan variabel dalam suatu hirarki. Penelitian ini mempelajari asesmen risiko dalam tahap pelaksanaan proyek konstruksi hanya dari sudut pandang kontraktor. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Data diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner pada responden yang telah melaksanakan proyek konstruksi gedung di Pulau Lombok pada tahun 2013-2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12 dari 25 faktor risiko yang dominan memengaruhi pelaksanaan proyek konstruksi di Pulau Lombok yang tertinggi diantaranya adalah: kegagalan keuangan pada kontraktor dengan bobot 7,9%, pembayaran tertunda dan tidak sesuai kontrak dengan bobot 7%, perbedaan kuantitas pekerjaan dengan kontrak dengan bobot 6,5% dan komunikasi yang buruk antara pihak yang terlibat dengan bobot 5,9%. Sedangkan prioritas risiko tertinggi dari 9 kelompok risiko adalah kelompok keuangan dengan bobot sebesar 16,9%. Alternatif preventif yang paling realistis dan optimal adalah menyusun schedule yang tepat dengan cara mendapat informasi terbaru dari proyek dengan bobot sebesar 25,9%.
Aplikasi Metode Eksperimen Response Surface Untuk Mengoptimalkan Kuat Tekan Bata Non Bakar Jauhar Fajrin; Hariyadi Hariyadi; Nadella Marchelina
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 13, No 2 (2017)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (853.989 KB) | DOI: 10.25077/jrs.13.2.79-90.2017

Abstract

Sebagai bahan bangunan yang relatif masih baru, komposisi bahan penyusun bata non-bakar masih menjadi topik yang menarik untuk diteliti. Pada beberapa studi sebelumnya upaya mencari komposisi optimum campuran bata non bakar menggunakan metode eksperimen yang mengevaluasi pengaruh sebuah faktor dalam satu kali eksperimen atau yang dikenal dengan istilah single factor experiment. Kelemahan dari metode eksperimen ini adalah kesimpulan yang dihasilkan hanya terkait dengan satu faktor yang diamati itu saja. Sementara dalam kenyataannya, hasil dari sebuah proses tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk interaksinya. Studi ini dilakukan untuk mencari komposisi optimum bahan penyusun bata non bakar dengan menerapkan metode respon permukaan (Response Surface Method). Proses analisa data dilakukan dengan menggunakan software Minitab 17. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi bahan yang menghasilkan kuat tekan paling optimal adalah semen (21,034%), pasir (28,9651%) dan tanah liat (50%), yang mampu menghasilkan bata non bakar dengan kuat tekan rata-rata sebesar 50.22 kg/cm2. Hasil penelitian ini juga merekomendasikan sebuah persamaan umum untuk memprediksi kuat tekan bata non bakar apabila menggunakan ketiga komposisi bahan tersebut, yaitu: y=-5,56x1+0,141x2+0,541x3+0,214x1 x2+0,0473x1 x_x-0,307x2  dengan x1, x2 dan x3 masing-masing adalah proporsi semen, pasir dan tanah liat.
EXPERIMENTAL STUDY OF LOCAL SOLID WOOD POST-FIRE BEHAVIOUR Ni Nyoman Kencanawati; B Anshari; J Fajrin; Hariyadi Hariyadi; A Beriman
U Karst Vol 4, No 2 (2020): NOVEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/ukarst.v4i2.909

Abstract

When wood structures are exposed to high temperatures, they will decompose to provide a char layer and pyrolysis zone, an insulating material that inhibits further degradation. This experimental study aims to determine the char thickness and pyrolysis of solid wood exposed to fire for 30, 45, and 60 minutes. The post-fire shear strength has also been evaluated. The solid woods were locally from Nusa Tenggara Island, namely Jati Putih, Bajur, and Rajumas. According to the Indonesian National Standard of the heating curve for structures, the temperature growth was SNI-1741: 2008. Obtained The char layer's highest average thickness was within 60 minutes of combustion with the highest temperature of 1055oC. The char layer for Jati Putih, Bajur, and Rajumas are 2.12 mm, 7.89 mm, and 6.53 mm. Meanwhile, the pyrolysis layers are 8.78 mm, 9.13 mm, and 14.82 mm, respectively, for Jati Putih, Bajur, and Rajumas. Besides, the post-fire shear strength of all wood species shows an increase in shear strength in the core. Wood can still sustain the load during a fire because there is a char layer preventing the core section from immediately exposed to the fire.    
EXPERIMENTAL STUDY OF LOCAL SOLID WOOD POST-FIRE BEHAVIOUR Ni Nyoman Kencanawati; B Anshari; J Fajrin; Hariyadi Hariyadi; A Beriman
U Karst Vol. 4 No. 2 (2020): NOVEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/ukarst.v4i2.909

Abstract

When wood structures are exposed to high temperatures, they will decompose to provide a char layer and pyrolysis zone, an insulating material that inhibits further degradation. This experimental study aims to determine the char thickness and pyrolysis of solid wood exposed to fire for 30, 45, and 60 minutes. The post-fire shear strength has also been evaluated. The solid woods were locally from Nusa Tenggara Island, namely Jati Putih, Bajur, and Rajumas. According to the Indonesian National Standard of the heating curve for structures, the temperature growth was SNI-1741: 2008. Obtained The char layer's highest average thickness was within 60 minutes of combustion with the highest temperature of 1055oC. The char layer for Jati Putih, Bajur, and Rajumas are 2.12 mm, 7.89 mm, and 6.53 mm. Meanwhile, the pyrolysis layers are 8.78 mm, 9.13 mm, and 14.82 mm, respectively, for Jati Putih, Bajur, and Rajumas. Besides, the post-fire shear strength of all wood species shows an increase in shear strength in the core. Wood can still sustain the load during a fire because there is a char layer preventing the core section from immediately exposed to the fire.    
KUAT TARIK DAN LENTUR KOMPOSIT POLIESTER-ABAKA YANG DIEKSPOSE PADA LINGKUNGAN AGRESIF: Tensile and Flexural Strength of Polyester-Abaca Composite Exposed to Aggressive Environment Jauhar Fajrin; Ika Permatasari; Hariyadi Hariyadi; Miko Eniarti; Suparjo Suparjo; Pathurahman Pathurahman
Spektrum Sipil Vol 10 No 1 (2023): SPEKTRUM SIPIL
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/spektrum.v10i1.281

Abstract

Kajian mengenai komposit polimer - serat alam yang sering ditampilkan oleh para peneliti lebih banyak didasarkan pada kondisi lingkungan normal. Padahal dalam kenyataannya, penggunaan material komposit seringkali berada atau dihadapkan pada situasi yang tidak normal atau agresif seperti kelembaban dan temperatur yang selalu berubah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi sifat mekanik komposit polimer yang diperkuat dengan serat alam – abaka - yang diekspose pada lingkungan agresif. Penelitian dilakukan secara eksperimental dimana tiga jenis lingkungan agresif; ruang terbuka, air laut dan ditanam dalam tanah menjadi variabel penelitian. Sebagai pembanding atau kontrol, komposit juga ditempatkan pada ruang tertutup dengan kondisi normal. Setelah diekspose selama 8 minggu, sampel komposit kemudian dipersiapkan untuk diuji kekuatan tarik dan lenturnya.  Perkembangan proses degradasi komposit juga dievaluasi setiap minggu. Hasil analisis menunjukan bahwa lingkungan agresif air laut memberikan pengaruh yang paling signifikan, dimana kekuatan dan modulus tariknya masing-masing 18,3% dan 21,4 % lebih kecil dari komposit yang ditempatkan pada lingkungan normal. Demikian pula hasil analisis kekuatan dan modulus lentur, komposit poliester-abaka yang direndam air laut mempunyai kuat dam modulus lentur masing-masing 22,7% dan 31,4% lebih kecil dibandingkan dengan komposit yang yang tidak diekspose pada lingkungan agresif. Ekspose pada lingkungan lembab, yakni ditanam dalam tanah memberikan efek yang lebih kecil, dimana kekuatan tarik dan lenturnya hanya berbeda 8,1% dan 6,3% lebih kecil dibandingkan dengan kontrolnya. Ekspose pada ruang terbuka juga mereduksi sifat mekanik komposit, dimana  nilai rerata kuat tarik dan lentur masing-masing sebesar 17,2% dan 10% lebih kecil dibandingkan dengan komposit yang tidak diekspose pada lingkungan agresif. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa lingkungan agresif berpengaruh cukup signifikan dalam mereduksi kekuatan tarik dan lentur komposit poliester-abaka.