Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

WUJUD BUDAYA VISUAL ARSITEKTUR ETNIS TIONGHOA DI BANJARMASIN Widiastuti, Kurnia; Oktaviana, Anna
INTEKNA Vol 12, No 1 (2012)
Publisher : Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Orang Tionghoa sudah mengenal Nusantara sejak abad ke-5 Masehi. Salah satu faktor mempercepat penyebaran budaya adalah melalui sektor perdagangan. Ramainya inte-raksi perdagangan antara China dan Indonesia pada masa dulu, menyebabkan banyak sekali orang yang merasa perlu keluar dan berdagang. Salah satu wilayah tujuan utama berdagang pada masa itu adalah Kalimantan. Karena pelayaran tergantung pada angin musim, maka setiap tahunnya para pedagang akan bermukim di wilayah yang disinggahi, selanjutnya menurunkan percampuran budaya antara pendatang dengan budaya lokal.Penelitian ini menjelaskan tentang masuknya kebudayaan China (Tionghoa) di Banjar-masin sebagai salah satu media jejak untuk memaparkan bentuk-bentuk perwujudan bu-daya Tionghoa yang ada di Banjarmasin dalam konteks kajian pada segi arsitektur-ba-ngunan. Hasil akhir kajian berupa penerapan kaidah Arsitektur China pada bangunan-bangunan yang biasa digunakan dan dihuni oleh masyarakat etnis China di Banjarmasin dan seki-tarnya. Pada dasarnya penelitian ini dapat digunakan untuk acuan pelestarian.
PERANAN PENGELOLA PERAWATAN BANGUNAN DALAM KEGIATAN PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN Oktaviana, Anna
INTEKNA Vol 10, No 2 (2010)
Publisher : Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

WUJUD BUDAYA VISUAL ARSITEKTUR ETNIS TIONGHOA DI BANJARMASIN Widiastuti, Kurnia; Oktaviana, Anna
INTEKNA informasi teknik dan niaga Vol 12 No 1 (2012)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Orang Tionghoa sudah mengenal Nusantara sejak abad ke-5 Masehi. Salah satu faktor mempercepat penyebaran budaya adalah melalui sektor perdagangan. Ramainya inte-raksi perdagangan antara China dan Indonesia pada masa dulu, menyebabkan banyak sekali orang yang merasa perlu keluar dan berdagang. Salah satu wilayah tujuan utama berdagang pada masa itu adalah Kalimantan. Karena pelayaran tergantung pada angin musim, maka setiap tahunnya para pedagang akan bermukim di wilayah yang disinggahi, selanjutnya menurunkan percampuran budaya antara pendatang dengan budaya lokal.Penelitian ini menjelaskan tentang masuknya kebudayaan China (Tionghoa) di Banjar-masin sebagai salah satu media jejak untuk memaparkan bentuk-bentuk perwujudan bu-daya Tionghoa yang ada di Banjarmasin dalam konteks kajian pada segi arsitektur-ba-ngunan. Hasil akhir kajian berupa penerapan kaidah Arsitektur China pada bangunan-bangunan yang biasa digunakan dan dihuni oleh masyarakat etnis China di Banjarmasin dan seki-tarnya. Pada dasarnya penelitian ini dapat digunakan untuk acuan pelestarian.
PERANAN PENGELOLA PERAWATAN BANGUNAN DALAM KEGIATAN PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN Oktaviana, Anna
INTEKNA informasi teknik dan niaga Vol 10 No 2 (2010)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

WUJUD BUDAYA VISUAL ARSITEKTUR ETNIS TIONGHOA DI BANJARMASIN Kurnia Widiastuti; Anna Oktaviana
INTEKNA informasi teknik dan niaga Vol 12 No 1 (2012)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Orang Tionghoa sudah mengenal Nusantara sejak abad ke-5 Masehi. Salah satu faktor mempercepat penyebaran budaya adalah melalui sektor perdagangan. Ramainya inte-raksi perdagangan antara China dan Indonesia pada masa dulu, menyebabkan banyak sekali orang yang merasa perlu keluar dan berdagang. Salah satu wilayah tujuan utama berdagang pada masa itu adalah Kalimantan. Karena pelayaran tergantung pada angin musim, maka setiap tahunnya para pedagang akan bermukim di wilayah yang disinggahi, selanjutnya menurunkan percampuran budaya antara pendatang dengan budaya lokal.Penelitian ini menjelaskan tentang masuknya kebudayaan China (Tionghoa) di Banjar-masin sebagai salah satu media jejak untuk memaparkan bentuk-bentuk perwujudan bu-daya Tionghoa yang ada di Banjarmasin dalam konteks kajian pada segi arsitektur-ba-ngunan. Hasil akhir kajian berupa penerapan kaidah Arsitektur China pada bangunan-bangunan yang biasa digunakan dan dihuni oleh masyarakat etnis China di Banjarmasin dan seki-tarnya. Pada dasarnya penelitian ini dapat digunakan untuk acuan pelestarian.
PERANAN PENGELOLA PERAWATAN BANGUNAN DALAM KEGIATAN PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN Anna Oktaviana
INTEKNA informasi teknik dan niaga Vol 10 No 2 (2010)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kemajuan teknologi di bidang konstruksi dan metoda membangun, memungkinkan di ba-ngunnya gedung bertingkat dengan berbagai bentuk desain, akan tetapi kondisi yang de-mikian tidak disertai dengan kegiatan pemeliharaan yang benar dan secara profesional sehingga dalam beberapa tahun kemudian gedung mengalami penurunan mutu. Usaha-usaha  terhadap  pemecahan masalah  perawatan bangunan gedung masih kurang men-dalam dan kurang menyeluruh. Padahal apabila  bangunan kurang dirawat atau tertunda perawatannya, maka akibatnya akan terlambat untuk mengetahui bahwa sebagian besar dari gedung termasuk komponennya mengalami kerusakan yang cukup berat. Mengingat pentingnya kegiatan pemeliharaan dan perawatan, peran serta pengelola bangunan divi-si perawatan sangat diperlukan, agar kegiatan dilaksanakan baik dan tepat sasaran. Tulisan ini mencoba untuk menjelaskan peranan pengelola perawatan bangunan dalam kegiatan pemeliharaan dan perawatan meliputi tugas dan tanggungjawabnya.Peranan pengelola perawatan bangunan sangat besar dalam menjaga kondisi bangun-an. Kegiatan pengelolaan perawatan bangunan sangat penting pada pasca-konstruksi karena berpengaruh terhadap : umur bangunan, besar kecilnya biaya operasional dan pemeliharaan, tingkat kenyamanan hunian gedung, nilai jual yang tinggi jika bangunan terpelihara dengan baik, tingkat penyewaan yang tinggi, benefit cost ratio yang tinggi
BENTUK DAN MAKNA RUMAH TINGGAL ETNIS TIONGHOA DI BANJARMASIN Kurnia Widiastuti; Anna Oktaviana
INFO-TEKNIK Vol 16, No 2 (2015): INFOTEKNIK VOL. 16 NO. 2 2015
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/infotek.v16i2.207

Abstract

Settlement of ethnic Chinese in Banjarmasin tend to be concentrated in the large waterways, namely in the area of Veterans, Gedangan, and RK Ilir who all along the river Martapura. In general, the ethnic Chinese community living in Banjarmasin, build and inhabit their home by adjusting the environment and local culture that has been there, so many who live in the traditional banjar-type house (traditional house banjar). In a further development of life between cultures and behavior of a relationship of mutual influence.  This study aimed to identify the forms and meanings (of the form) homes ethnic Chinese in Chinatown Banjarmasin. Selected case studies are some of the homes were inhabited by ethnic Chinese in the form of Banjar traditional house in the Chinatown area of Banjarmasin.This research uses descriptive analytical method, which describe the characteristics of the dwelling as an object of study, looking for the type of home Banjar close similarity, and identification of native cultural elements is indicative of acculturation China with Banjar culture. In this context, architecture is understood as part of the totality of social systems associated with other socio-cultural variables.  The analysis was performed by comparing the typology few homes with a shape that resembles a traditional house Banjar, then analyzing the pattern of the layout, style and style, ornaments, as well as the construction of the structure.The analysis showed that the basic form of house Banjar still maintained by ethnic Chinese who inhabit it, because of the assumption of symmetry meaning in Chinese architecture. Ornaments and color elements in Chinese architecture, which blend in with the architecture of Banjar architecture make Chinatown in London came up with a different character from Chinatown in Indonesia in general. What is more important is that all these elements exist in Chinese people's homes loaded with meaning and symbolic message about the meaning of community life and prosperity in the world related to the traditions and beliefs of Chinese society at large. Keywords  :  settlement, ethnic chinese and traditional house banjar
STUDI PERUBAHAN FISIK RUMAH TRADISIONAL BANJAR Anna Oktaviana; Dahliani Dahliani; Muhammad Deddy Huzairin
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2023.v12i3.007

Abstract

Sebagai bagian dari peninggalan kebudayaan yang berharga, populasi rumah tradisional Banjar saat ini mengalami perubahan dan kepunahan satu per satu. Upaya preservasi yang dilakukan pihak terkait hanya menyentuh sebagian kecil dari populasi. Karenanya diperlukan suatu upaya alternatif untuk melestarikan populasi yang tersisa. Untuk merumuskan upaya alternatif tersebut sepatutnya didahului dengan studi berapa besar tingkatan perubahan atau kepunahan tersebut. Akurasi tingkat perubahan tergantung dari data komperhensif yang dimiliki di masa lalu. Data tahun 2006 – 2009 telah diinventarisasi secara komperhensif pada rumah tradisional Banjar yang tersebar di Banjarmasin, Martapura dan Marabahan. Dengan membandingkan sampel dari data tersebut dengan data saat ini (2022), maka akan didapatkan data perubahan yang realistik dan akurat. Dengan data yang realistik dan akurat ini, maka dapat ditelusuri secara lebih mudah faktor-faktor penyebab perubahan tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan tingkat perubahan fisik rumah tradisional Banjar dalam kurun waktu 13 sampai dengan 16 tahun. Metode yang digunakan adalah perbandingan 2 data pada waktu yang berbeda. Data pertama dari penelitian tahun 2006 dan 2009, sedangkan data kedua dari pendataan saat ini (2022). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terjadi perubahan atau penurunan kualitas sampai dengan kemusnahan pada seluruh sampel, dimana perubahan denah atau susunan ruang merupakan hal yang dominan diikuti oleh penurunan sampai dengan kemusnahan elemen fisik bangunan, baik badan bangunan, dinding, atap, sampai dengan ornamen dan detail. Elemen fisik yang mengalami degradasi umumnya tidak diganti tapi dibiarkan sampai hancur atau hanya dilapis dengan bahan bangunan yang lain.
Konsep Arsitektur Islam pada Perancangan Masjid Hijratul Hidayah, Banjarmasin Dahliani Dahliani; Anna Oktaviana; Muhammad Deddy Huzairin
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 3, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v3i3.10674

Abstract

Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam di kawasan permukiman. Salah satu masjid di Banjarmasin adalah Hijratul Hidayah, yang semakin hari jamaahnya semakin bertambah, sehingga perlu adanya penambahan ruang. Perancangan masjid ini menggunakan konsep arsitektur Islam dengan menerapkan 3 kaidah yaitu keesaan, keindahan dan ekonomis. Konsep diterapkan pada fungsi dan bentuk bangunan. Kaidah keesaan diterapkan pada adanya mihrab sebagai orientasi utama masjid dan menara yang tinggi vertikal sebagai hubungan yang agung kepada Allah SWT. Kaidah keindahan diterapkan dengan penggunaan ornamen Islam pada tampilan bangunan dan bentuk kubah. Kaidah ekonomis diterapkan pada bentuk segiempat pada ruang masjid dan posisi masjid yang berorientasi ke kiblat. Keadaan ini memudahkan pengaturan shaft saat shalat berjama’ah, sehingga tidak ada ruang yang mubazir atau terbuang.
PASAR SAYUR DI KAMPUNG SAYUR LANDASAN ULIN UTARA BANJARBARU Dhiandra Kirana Mumtaaz; Anna Oktaviana
JURNAL TUGAS AKHIR MAHASISWA LANTING Vol 13 No 1 (2024): JTAM LANTING Februari 2024
Publisher : ULM Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jtamlanting.v13i1.2461

Abstract

This journal discusses the planning and design of the North Ulin Platform Vegetable Market with a Sustainable Architecture approach. The vegetable market is an important space for social interaction on an urban scale. The market acts as a means of distribution of agricultural goods and has a strategic role in the food security of a region. Kampung Sayur LAURA in Banjarbaru City, South Kalimantan, is a government effort to increase agricultural productivity and the local economy. This area is planned as a center for the production of quality agricultural products. The Municipal Government of Banjarbaru plans to establish a Vegetable Market in Kampung Sayur LAURA to facilitate the buying and selling of agricultural commodities. However, the existing vegetable market is still not optimal in trading farmer's commodities. In addition, vegetables are often delivered through collectors, which causes price increases. Therefore, proper planning and design is needed to build the LAURA Kampung Sayur Vegetable Market. Vegetable Market Kampung Sayur LAURA must be designed with characteristics that suit the needs of the vegetable market. In addition, infrastructure that supports the growth of the agricultural sector needs to be accommodated to meet the quality standards set by the Indonesian Ministry of Agriculture. Sustainable Architecture was chosen as the design approach for LAURA's Kampung Sayur Vegetable Market. This approach includes three pillars of design strategy, namely economic, social and environmental balance. By adopting this concept, it is hoped that the vegetable market can contribute in economic, ecological and social aspects.