Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Determination of core zone of marine sanctuary in Bahoi Village, North Minahasa Regency Tasidjawa, Sonny; Mandagi, Stephanus V; Lasabuda, Ridwan
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 1 (2013): Mei
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2013.2271

Abstract

Bahoi village is located in West Likupang District of North Minahasa Regency. It is one of the villages that is included in the conservation network of North Sulawesi Province. A marine sanctuary has been established in this village in 2003 and it has been managed by local community, known as community-based marine sanctuary management, since then, this sanctuary has been in operation. As a small community-based marine protected area with lots of users, it requires an appropriate method to determine the Core Zone that allows an effective preservation of the marine biota. This is the driving factor of this study.  The purpose of this study is to examine the processes and output of determining the core zone of a Marine Sanctuary using a conventional method and Marxan Method. The conventional method is a simple method in determining a core zone such as using manta tow technique. While Marxan, it only requires input of data such as spatial and figures to generate information for determining the core zone. After comparing the processes of these two methods in the study site, it was found that Marxan method was more effective and more accurate with lower costs than the conventional one. In addition, the final decision of the core zone depended on the outcome of the village meetings when the conventional method was applied. This long process could be avoided when Marxan method was used. Therefore, it is highly recommended to use Marxan in determining core zones© Desa Bahoi terletak di Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara. Desa ini merupakan salah satu desa yang masuk dalam jejaringan kawasan konservasi di Provinsi Sulawesi Utara. Sebuah Daerah Perlindungan Laut telah didirikan di desa ini pada tahun 2003 dan dikelolah oleh masyarakat setempat, yang dikenal sebagai pengelolaan Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat, sejak saat itu Daerah Perlindungan Laut ini telah beroperasi. Sebagai Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat yang kecil namun memiliki banyak pengguna, diperlukan metode tepat yang akan menentukan Zona Inti yang memungkinkan pelestarian biota laut menjadi sangat efektif. Ini adalah faktor pendorong dari penelitian. Selanjutnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji proses dan hasil penentuan zona inti Daerah Perlindungan Laut dengan menggunakan metode konvensional seperti survei manta tow dan marxan. Metode konvensional adalah metode sederhana dalam menentukan zona inti seperti teknik manta tow. Sedangkan marxan, hanya perlu memasukan data seperti spasial dan angka untuk menghasilkan informasi penentuan zona inti. Setelah membandingkan proses dari dua metode di lokasi penelitian, ditemukan bahwa metode marxan jauh lebih baik dari pada metode konvensional, karena lebih efektif, lebih akurat dengan biaya yang lebih rendah. Selain itu, keputusan akhir dari zona inti tergantung pada hasil rapat desa ketika metode konvensional diterapkan, proses panjang ini dapat dihindari jika metode marxan digunakan©
The effectiveness of Bunaken National Park management Manumpil, Abraham W; Mandagi, Stephanus V; Lasut, Markus T
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 5, No 1 (2017): APRIL
Publisher : AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.5.1.2017.24214

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Efektivitas Pengelolaan Taman Nasional Bunaken The important values of Bunaken National Park were gathered through interviews with80 respondents in order to obtain local people’s opinion of the marine park. Results showed that the most important value was coral reefs,holding 68.75% of the respondents’ opinion. Moreover, they put the environmental characteristics, such as fish, biodiversity, and mangrove, as major values of Bunaken National Park. Many respondents mentioned the economic values in relation with tourism business. As many as 11.25% of the respondents claimed that the presence of management and its programs was main value of the marine park. The respondents’ opinion  concerning the threat on the major values of Bunaken National Parkfound that nearly all respondents mentioned several deleterious behaviors that could directly demolish natural environmental values, such as fish blasting, fish poisoning, pollution and illegal mangrove cutting.  Illegal entry of the zonation and excessive exploitation from commercial fishing operations or fish netting, and low awareness  were also found. In addition, 8.75% of the respondents claimed that economic or poverty issues were major threats on Bunaken National Parkvalues, and 5% thought that government policy was the serious threat.This study revealed that Bunaken National Park has been effectively managed. It is indicated by a good patrol system and better social economic condition of the communities living inside the park.Hasil penelitian menunjukkantentang pandangan masyarakat lokal terhadap nilai-nilai penting Taman Nasional Bunaken, yang dilakukan melalui wawancara terhadap 80 responden untuk mendapatkan daftar apa saja yang menurut mereka nilai-nilai paling penting dari Taman Nasional Bunaken. Nilai terpenting menurut responden adalah terumbu karang (68,75%). Selanjutnya, responden menempatkan karakteristik lingkungan, seperti ikan, keragaman biologis, dan mangrove, merupakan nilai utama dari Taman Nasional Bunaken. Banyak responden juga menyebutkan nilai-nilai ekonomis yang dihubungkan dengan bisnis pariwisata. Sebanyak 11.25% responden berkomentar, bahwa adanya pengelolaan dan program-programnya merupakan nilai-nilai utama dari Taman Nasional Bunaken. Hasil wawancara tentang pandangan responden mengenai ancaman-ancaman terhadap nilai-nilai utama Taman Nasional Bunaken menunjukkan, bahwa hampir semua responden menyebutkan beberapa tingkah laku yang merusak yang secara langsung menghancurkan nilai-nilai lingkungan alami, misalnya bom ikan, racun ikan, polusi, dan penebangan mangrove secara ilegal. Pelanggaran zonasi dan eksploitasi berlebihan melalui operasi-operasi komersil atau penangkapan ikan dengan jaring, kurangnya kesadaran juga disebutkan. Sebanyak 8.75% responden mengatakan, bahwa isu ekonomi atau kemiskinan merupakan ancaman utama terhadap nilai-nilai Taman Nasional Bunaken; dan 5% responden yang mengatakan, bahwa kebijakan pemerintah merupakan ancaman serius. Penelitian ini mendapati, bahwa Taman Nasional Bunaken telah dikelola secara efektif. Hal ini diindikasikan dengan adanya suatu sistem patroli yang berjalan dengan baik dan peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat di kawasan Taman Nasional Bunaken.
Study on ecotourism development in Olele Coastal Area, Bone Bolango Regency, Gorontalo Province Mahale, Moch Machtino A; Mandagi, Stephanus V; Lasut, Markus T
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 6, No 2 (2018): October
Publisher : Graduate Program of Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.6.2.2018.24837

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Studi pengembangan ekowisata di Kawasan Pesisir Olele, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo The purpose of this research is to evaluate coral reef and reef fish condition in coastal waters of Olele village; to study the feasibility of ecotourism development in that area and to formulate ecotourism development strategy. This study reveals that theecological condition of Olele waters is good, and it was shown bythe average coral cover which ishigher than 50%. Similarly, fish species is in very high abundance, with a total of 36 species and a total number of more than 12.993 fish, wherePseudanthias tukais the highest population. In terms of ecotourism feasibility development, total of Pirkins Score were 3,2, andthis can be categorized as moderate, meaning that Olele coastal area can be developed as ecotourism area. Finally, strategies for ecotourism development of Olele coastal area are; a) using Olele coastal resources for ecotourism destiny by promoting conservation values, b) infrastructure ecotourism development needs to be improved, c) integratrated ecotourism management policies should be included in policy for development of Kabupaten (disrict) government level; d) development of ecotourism need to cooperation between district government and private sectors.Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kondisi terumbu karang dan ikan karang yang berada di perairan pesisir Olele, mengkaji kelayakan pengembangan ekowisata di kawasan pesisir Olele dan merumuskan strategi pengembangan kawasan ekowisata. Dari hasil penelitian dan analisis data, kondisi ekologi perairan Olele berada pada kategori baik: karang pada stasiun 1 rata-rata memiliki tutupan karang hidup >50%, artinya bahwa keragaman karang tinggi. Sama halnya dengan spesies ikan, jumlah species sebanyak 36 spesies dan total jumlah individu sebanyak 12.993 dimana spesies terbanyak yaitu Pseudanthias tuka. Selanjutnya analisis kelayakan pengembangan ekowisata, total nilai scoringPirkins 3,2 atau berada pada level moderat, artinya dapat dikembangkan menjadi kawasan ekowisata. Untuk pengembangan ekowisata dikawasan Pesisir Olele, di rekomendasikan beberapa strategi yaitu; a) memanfaatkan sumberdaya pesisir sebagai target utama ekowisata dengan menjunjung nilai-nilai konservasi, b) infrastruktur penunjang pengembangan ekowisata perlu dibenahi, c) perlu dibuat kebijakan pengelolaan dan pengembangan ekowisata secara terpadu antar pemerintah daerah, d) adanya kerja sama antara pemerintah dan pihak swasta dalam hal pengelolaan objek wisata.
ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA MANGROVE DI DESA SARAWET, SULAWESI UTARA, SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA Mangindaan, Peter; Wantasen, Adnan Sj; Mandagi, Stephanus V
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol 8, No 2 (2012)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.638 KB) | DOI: 10.35800/jpkt.8.2.2012.410

Abstract

Kawasan pesisir Desa Sarawet Likupang Timur memiliki mangrove seluas 379 hektar dan me­miliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis struktur komunitas hutan mangrove di Desa Sarawet (2) Mengkaji po­tensi kawasan pesisir Desa Sarawet untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata berbasis mangrove. Hasil analisis terhadap 6 variabel yaitu sumberdaya alam, budaya lokal, sosial-ekonomi masyarakat, in­frastuktur kawasan, institusional dan kemungkinan dampak di kawasan pesisir Desa Sarawet menghasil­kan nilai 3,7. Nilai ini menunjukkan bahwa kawasan pesisir Desa Sarawet berada pada level moderat ya­ng berarti dapat dikembangkan sebagai kawasan ekowisata berbasis mangrove. Kata kunci: Sarawet; ekowisata; mangrove   Coastal village of East Likupang Sarawet has 379 hectares of mangrove area and has the poten­tial to be developed as an ecotourism area. Accordingly, this study aimed to (1) To analyze the community structure of mangrove forest in the village of Sarawet (2) To assess the potential of the coastal village of Sarawet to be developed into a mangrove-based ecotourism region. The results of the analysis on six va­riables, namely natural resources, local culture, socio-economic communities, regional infrastructure, institutional and likely impact on the coastal village of Sarawet produce a value of 3.7. This value indi­cates that the coastal village of Sarawet is at the moderate level wich means it can be developed as a mangrove-based ecotourism area. Keywords: Sarawet; ecotourism; mangroves.
Study Of Hard Coral (Scleractinia) Recruitment In The Molas Waters, Manado City Oli, Aris Putra; Roeroe, Kakaskasen A; Paruntu, Carolus P; Kusen, Janny D; Manembu, Indri S; Mandagi, Stephanus V
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.37489

Abstract

Coral recruitment is the entry of new coral individuals into coral reef populations due to reproduction or migration. Juvenile coral is the result of metamorphosis and growth of coral planula measuring 5 cm and attached to certain substrates. There are two types of substrates in the waters, stable substrates and unstable substrates such as rubble. The purpose of this study was to study hard coral recruitment, both in terms of density, the composition of juvenile coral colony types, size, and the type of substrate occupied by juvenile corals. This research was conducted in August 2021 in the waters of Molas, Bunaken District, Manado City. The method used for site selection is the purposive sampling method and data collection using a sampling method with quadrant transects. The results showed that the density of coral recruitment at the study site was 8,43 colonies/m2. The percentage of juvenile coral attachment on stable substrates is 90% and 10% on unstable substrates. The average size of juvenile corals at the study site was 2.4cm. The composition of the juvenile coral genus found at the research site were corals of the genus Acropora, Anacropora, Coeloseris, Cycloseris, Cyphastrea, Echinopora, Favites, Fungia, Galaxea, Goniastrea, Isopora, Leptastrea, Leptoseris, Lobophyllia, Merulina, Montastrea, Montipora, Oulophyllia, Pachyseris, Pavona, Platygyra, Plasiastrea, Pocillopora, Porites, Psammocora, Scolymia, Seriatopora, Symphyllia, and Trachyphyllia. Of the entire genus, corals of the genus Porites were dominated by the number of juveniles as many as 36 colonies.Keywords: Molas, coral, recruitment, ScleractiniaAbstrakRekrutmen karang adalah masuknya individu karang baru pada populasi terumbu karang dikarenakan reproduksi ataupun migrasi.  Juvenil karang merupakan bentuk hasil metamorphosis dan pertumbuhan planula karang yang berukuran ≤ 5 cm dan menempel pada substrat tertentu.  Terdapat dua tipe substrat di perairan, substrat yang stabil dan substrat yang tidak stabil seperti pecahan karang (rubble).  Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari tentang rekruitmen karang keras, baik dari densitas, komposisi jenis koloni juvenil karang, ukuran, hingga tipe substrat yang ditempati oleh juvenil karang.  Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2021 di perairan Molas Kecamatan Bunaken Kota Manado.  Metode yang digunakan untuk pemilihan lokasi adalah metode purposive sampling dan pengumpulan data menggunakan metode sampling dengan transek kuadran.  Hasil penelitian menunjukan bahwa densitas rekruitmen karang pada lokasi penelitian sebesar 8,43 koloni/m2.  Persentase penempelan juvenil karang pada substrat stabil sebesar 90% dan pada substrat yang tidak stabil sebesar 10%.  Ukuran rata-rata dari juvenil karang pada lokasi penelitian adalah 2,4cm.  Komposisi genus juvenil karang yang ditemukan pada lokasi penelitian adalah karang genus Acropora, Anacropora, Coeloseris, Cycloseris, Cyphastrea, Echinopora, Favites, Fungia, Galaxea, Goniastrea, Isopora, Leptastrea, Leptoseris, Lobophyllia, Merulina, Montastrea, Montipora, Oulophyllia, Pachyseris, Pavona, Platygyra, Plasiastrea, Pocillopora, Porites, Psammocora, Scolymia, Seriatopora, Symphyllia, dan Trachyphyllia.  Dari keseluruhan genus, didominasi oleh karang genus Porites dengan jumlah juvenil sebanyak 36 koloni.Kata kunci: Molas, karang, rekrutmen, scleractinia