Andi Aderus
UIN Alauddin Makassar

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KOMPARASI PEMIKIRAN AHLU SUNNAH DAN AHMADIYAH TENTANG KONSEP KHATAM AL-NABIYYIN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMIKIRAN ISLAM MODERN Amrin Amrin; Muhammad Amri; Andi Aderus
Sulesana Vol 15 No 2 (2021)
Publisher : Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konsep kenabian merupakan hal yang sangat urgen dalam dunia Islam. Salah satu bahasannya adalah khatam al-nabiyyin . Kalimat khatam al-nabiyyin ternyata memiliki beragam makna di kalangan umat Islam. Dua kelompok yang cukup concern dengan masalah ini adalah Ahlu Sunnah dan Ahmadiyah. Keduanya memiliki pemaknaan yang berbeda tentang khatam al-nabiyyin bahkan dianggap saling bertentangan dan mengakibatkan konflik sosial antar umat seagama. Setelah melakukan penelitian tentang perbedaan konsep kenabian antara Ahlu Sunnah dan Ahmadiyah, ditemukan bahwa dalam memahami konsep kenabian, baik Ahlu Sunnah maupun ahmadiyah sama-sama merujuk pada ayat yang sama yaitu pada QS al-Ahzab/33:40. Perbedaannya terletak pada pemaknaan istilah khatam al-nabiyyin pada ayat tersebut. Ahlu Sunnah memaknainya sebagai penutup sementara Ahmadiyah memaknainya sebagai stempel, cincin, perhiasan, dan paling mulia. Tampaknya Ahlu Sunnah memaknai istilah khatam al-nabiyyin tersebut secara literal (haqiqi), sementara Ahmadiyah memaknainya secara metafor (majazi). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang prinsip (ushuli) terhadap kedua pemahaman tersebut melainkan sekedar perbedaan penafsiran objek dalil (nash). Kalau pun terdapat perbedaan yang prinsip (ushul) adalah perbedaan prinsip yang dalilnya masuk kategori dugaan (zhanni). Hal ini cukup beralasan disebabkan masih terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ulama dalam mengkategorikan ayat qat’i (pasti) dan zhanni (dugaan), begitu pula masih umumnya pendefinisian dan pengkategorian persoalan ushuli dan furu’i dalam agama. Implikasi dari penelitian ini adalah a) Pemikiran modern hendaknya menjadi basis bagi pemahaman teologi saat ini. b) Pemikiran modern hendaknya dijadikan dasar bagi pemahaman yang toleran dan terbuka terhadap perbedaan pendapat c) Prinsip pemikiran Muhammad Abduh yang bersifat rasional hendaknya menjadi dasar bagi pemahaman teologi modern.
How Islamic Thought Provides a Framework for Understanding Religion and the State H. Muhammad Amri; Andi Aderus; Mirnawati Mirnawati
IQRO: Journal of Islamic Education Vol 5, No 1 (2022): JULI 2022
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24256/iqro.v5i1.2799

Abstract

This qualitative study aims to describe the relationship between the state and religion in the frame of Islamic thought. This qualitative research uses the descriptive-analytical method. All data comes from written materials related to the variables to be discussed and are relevant. In addition, a manual system does a bibliography search. The data were analyzed using the flow model Miles & Huberman. There are three views on the relationship between religion and the state. First, there is the view that Islam is a religion that regulates all aspects of life, including political or state affairs. Second the view that religion has nothing to do with the state and religion and state affairs must be separated. The third is the view that although Islam does not have a constitution, it has a set of ethical values for state life.
How Salafism Forms Millennials’ Religious Understanding: A Case Study from an Indonesian University Andi Aderus; Ilham Iskandar; Muhammad Irfan Hasanuddin; Firman Firman; Arif Sukino
Ulumuna Vol 27 No 1 (2023): June
Publisher : Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/ujis.v27i1.615

Abstract

This research explores the development and influence of the Islamic revivalism movement at Hasanuddin University, South Sulawesi. Employing an in-depth case study, this study focuses on three student groups: Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Gema Pembebasan (GEMAPEM), and the Salafi group within the Campus Da'wah Institute. The research found that these groups act as learning communities and active agents in shaping students' religious understanding and practices. The research also shows that these groups' persuasive and systematic methods are important in spreading their teachings and influence. While this research opens up a new understanding of this phenomenon, several limitations were identified, including the scope of the study being limited to one university and the lack of research on other factors that may be influential. This research contributes to a deeper understanding of the dynamics of the Islamic student movement and its influence on university students in Indonesia.