Hasnah Hasnah
Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Komparasi keanekaragaman serangga pada tanaman cabai merah,cabai rawit dan tomat RINA YULIA; Susanna Susanna; Hasnah Hasnah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 3 (2021): Agustus 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.413 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i3.17436

Abstract

Komparasi Keanekaragaman Serangga pada Tanaman Cabai Merah, Cabai Rawit dan TomatAbstrak. Pola penanaman monokultur merupakan penanaman satu jenis tanaman pada satu satuan luas lahan tertentu. Menurunnya produktivitas dari ketiga komoditi tersebut di Provinsi Aceh disebabkan oleh pengelolaan agroekosistem yang tidak berimbang antara faktor abiotik dan biotik. Salah satu penyebab ketidakseimbangan agroekosistem tersebut akibat penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan prinsip PHT (Pengelolahan Hama Terpadu). Perangkap yang digunakan dalam penelitian ini adalah yellow sticky trap. Peubah yang diamati meliputi populasi serangga, indeks keanekaragaman, indeks kelimpahan. Pada pertanaman cabai merah terdapat 7 ordo serangga dengan total serangga 752 individu. Pada cabai rawit terdapat 6 ordo dengan total serangga 824 individu, sedangkan pada tanaman tomat terdapat 7 ordo serangga dengan total serangga 855 individu. Ordo diptera yang paling dominan yaitu 12 famili, sedangkan ordo yang paling sedikit ditemukan pada ordo lepidoptera 1 famili. Nilai indeks keanekaragaman antar ketiga tanaman berkisaran (2,80-2,93), indeks kelimpahan antar ketiga tanaman berkisaran (00,7-00,9). Comparative Diversity Of Insects On Red Chillies, Chillies And Tomatoes Abstract. The monoculture planting pattern is the planting of one type of plant on a certain unit of land area. The decline in productivity of these three commodities in Aceh Province was caused by the unbalanced management of the agroecosystem between abiotic and biotic factors. One of the causes of the imbalance in the agroecosystem is the use of pesticides that are not in accordance with the principles of IPM (Integrated Pest Management). The trap used in this research is yellow sticky trap. The variables observed included insect population, diversity index, abundance index. In the red chili crop there are 7 insect orders with a total of 752 insects. In cayenne pepper there are 6 orders with a total of 824 insects, while in tomato plants there are 7 insect orders with a total of 855 insects. The most dominant order of Diptera was 12 families, while the least order was found in the order of lepidoptera 1 family. The diversity index value between the three plants ranged (2.80-2.93), the abundance index between the three plants ranged (00.7-00.9). 
Pengaruh Beberapa Insektisida Nabati Terhadap Perkembangan dan Mortalitas Larva Crocodolomia pavonana Fabricius di Laboratorium Mutia Aidia Nabilla; Alfian Rusdy; Hasnah Hasnah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 1 (2021): Februari 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.125 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i1.16694

Abstract

Abstrak. Crocidolomia pavonana Fabricius merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman dari famili Brassicaceae.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan jenis ekstrak yang efektif dalam mengendalikan hama C. pavonana. Tumbuhan yang bersifat sebagai insektisida nabati antara lain Anacardium occidentale L, Persea americana Mill, Blumea balsamifera L, Morinda citrifolia L dan Lantana camara L. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) nonfaktorial yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi beberapa insektisida nabati berpengaruh terhadap mortalitas dan penghambat makan larva C. pavonana. Pada pengamatan 7 HSA aplikasi ekstrak daun tembelekan dengan konsentrasi 10% mortalitas larva C. pavonana mencapai 67,50% , selanjutnya diikuti ekstrak daun sembung 62,50%.  Pada pengamatan 7 HSA aplikasi ekstrak daun tembelekan dengan konsentrasi 10% persentase penghamabat makan mencapai  84,58%, selanjutnya diikuti ekstrak daun sembung 79,73%.  Persentase pupa yang muncul pada ekstrak tembelekan yaitu 32,50%. Dengan demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak daun tembelekan dan sembung lebih efektif dibandingkan aplikasi ekstrak daun jambu mede, alpukat dan mengkudu.The Effect of Some Botanical Insecticides on Development and Mortality of Larvae Crocidolomia pavonana Fabricius in the Laboratory Abstract. Crocidolomia pavonana Fabricius is one of the major pests which attack plants from family Brassicaceae. The aims of this research were to obtain the type of extract that is effective in controlling C. pavonana pests. Plants that act as botanical insecticides among others Anacardium occidentale L, Persea americana Mill, Blumea balsamifera L, Morinda citrifolia L and Lantana camara L. The experiment was conducted using a non-factorial Completely Randomized Design (CRD) with 5 treatments and 4 replications. The results showed that the application of several botanical insecticides had an effect on mortality and inhibited feeding of C. pavonana larvae. In the observation of 7 HSA application of tembelekan leaf extract with a concentration of 10%, the mortality of C. pavonana larvae reached 67.50%, followed by 62.50% sembung leaf extract. In the observation of 7 HSA, the application of tembelekan leaf extract with a concentration of 10%, the percentage of food contaminants reached 84.58%, followed by 79.73% of sembung. The percentage of pupae that appeared in the tembelekan extract was 32.50%. Thus, the results showed that the application of tembelekan and sembung leaf extracts was more effective than the application of cashew, avocado and noni leaf extracts.
Patogenisitas Cendawan Beauveria bassiana (Balsamo) Vuill. (Isolat Lokal) pada Plutella xylostella Linnaeus secara in vitro Meutia Silvani; Susanna Susanna; Hasnah Hasnah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.922 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i1.18941

Abstract

Abstrak. Beauveria bassiana (Bals.) Vuill merupakan salah satu cendawan yang sering digunakan sebagai agensia hayati yang berpotensi dalam mengendalikan serangga hama. Plutella xylostella L. merupakan serangga dari ordo Lepidoptera yang merupakan hama utama pada tanaman kubis yang dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 100% apabila tidak dikendalikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari patogenisitas cendawan B. bassiana (isolat lokal) dalam mengendalikan serangga P. xylostella secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan, sehingga diperoleh 24 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi cendawan B. bassiana berpengaruh nyata terhadap laju masa inkubasi, rata-rata waktu kematian, serta persentase pupa yang muncul. Rata-rata laju masa inkubasi paling lambat terdapat diantara kerapatan konidia 102 dan 103 cfu yaitu 23 jam.  Rata-rata waktu kematian tercepat pada kerapatan konidia 106 cfu yaitu 2,48 hari dan terlama pada kerapatan 101 cfu yaitu 4,98 hari. Rata-rata persentase pupa yang muncul paling tinggi terlihat pada kerapatan konidia 101 cfu yaitu 10,00%, sedangkan yang paling rendah terlihat pada kerapatan konidia 104, 105 dan 106cfu yaitu 0,00%.  Dengan demikian cendawan B. bassiana (isolat lokal) mampu menyebabkan patogenisitas tinggi pada larva P. xylostella.The Pathogenicity of Fungus Beauveria bassiana (Balsamo) Vuill. (Local Isolate) on Plutella xylostella Linnaeus in vitroAbstract. Beauveria bassiana (Bals.) Vuill is a fungus that is often used as a potential biological agent in controlling insect pests. Plutella xylostella L. is an insect of the order Lepidoptera which is the main pest on cabbage plants that can cause yield losses of up to 100% if not controlled. The aim of this research was to study the pathogenicity of the fungus B. bassiana (a local isolate) in controlling P. xylostella in vitro. This study used a Non-Factoral Completely Randomized Design (CRD) consisting of 6 treatments and 4 replications, so that obtained 24 experimental units. The results showed that the application of the fungus B. bassiana significantly affected the rate of incubation period, the average time of death, and the percentage of pupae that appeared. The slowest average incubation period was between conidia densities of 102 and 103 cfu, which was 23 hours. The fastest average time of death at a conidia density of 106 cfu is 2.48 days and the longest at a density of 101 cfu is 4.98 days. The highest average percentage of pupae that appeared was seen at conidia density of 101 cfu, which was 10.00%, while the lowest was seen at conidia density of 104, 105 and 106 cfu, which was 0.00%. Thus the fungus B. bassiana (local isolate) was able to cause high pathogenicity in P. xylostella larvae.
Patogenisitas Cendawan Metarhizium anisopliae (Metsch) dalam mengendalikan Kepik Hijau (Nezara viridula L.) pada Stadia Perkembangan yang Berbeda di Laboratorium Ahmad Alwi Azhari; Muhammad Sayuthi; Hasnah Hasnah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 2 (2019): Mei 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (731.035 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i2.7424

Abstract

Abstrak. Nezara viridula (L.) (Hemiptera: Pentatomidae) adalah serangga hama yang bersifat kosmopolit dan mempunyai banyak tanaman inang (polifagus) antara lain kacang-kacangan dan kubis-kubisan. Serangan serangan hama ini dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Salah satu metoda pengendalian hama yang ramah lingkungan yaitu penggunaan cendawan entomopatogen Metarhizium anisopliae sebagai agen pengendalian hayati yang dapat menyebabkan penyakit green muscardin fungus pada serangga. Keefektifan cendawan entomopatogen sangat dipengaruhi oleh stadia perkembangan inang dan kerapatan konidia cendawan yang diaplikasikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi yang efektif dari cendawan M. anisopliae dan stadia perkembangan serangga yang paling rentan terhadap cendawan M. anisopliae. Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu konsentrasi cendawan M. anisopliae: K1 (4g/100 ml), K2 (6g/100 ml) dan K3 (8g/100 ml) serta stadia perkembangan serangga: N1 (Nimfa instar 2), N2 (Nimfa instar 4) dan N3 (Imago). Menghasilkan jumlah kombinasi perlakuan 9 dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi cendawan entomopatogen M. anisopliae berpengaruh nyata terhadap masa inkubasi, mortalitas, dan waktu kematian dari N. viridula. Masa inkubasi tercepat pada 8g/ 100 ml yaitu 1,33 hari dan terlama pada 4g/ 100 ml yaitu 1,44 hari. Masa inkubasi tercepat pada nimfa instar 2 yaitu 1,00 hari dan terlama pada imago yaitu 2,11 hari. Mortalitas tertinggi yaitu pada 8g/ 100 ml sebesar 97,67% dan terendah pada 4g/ 100 ml sebesar 87,78% pengamatan 8 HSA. Mortalitas tertinggi terjadi pada nimfa instar 2 sebesar 98,89% dan terendah pada imago sebesar 86,67% pengamatan 8 HSA. Waktu kematian tercepat pada perlakuan 8g/ 100 ml sebesar 4,49 hari dan terendah pada perlakuan 4g/ 100 ml sebesar 5,50 hari. Waktu kematian tercepat pada nimfa instar 2 sebesar 4,31 hari dan terendah pada imago sebesar 6,00 hari. Cendawan entomopatogen M. anisopliae efektif dalam mengendalikan N. viridula pada nimfa instar 2 dengan konsentrasi 8g/ 100 ml.Pathogenicity of Fungi Metarhizium anisopliae (Metsch) in controlling Green Stink bug (Nezara viridula L.) at Different Developmental Stages in LaboratoryAbstract. Nezara viridula (L.) (Hemiptera: Pentatomidae) is a cosmopolitan insect pest and has many host plants (polyphagus) such as beans and cabbage. Attack of the pests can reduce the quality and quantity of crops. One of the most environmentally friendly methods of pest control is the use of entomopathogenic fungus Metarhizium anisopliae as a biological control agent can cause green muscard fungus disease in insects. The effectiveness of entomopathogenic fungi is strongly influenced by the stadia of host development and the density of conidial fungi applied. The aim of this study is to obtain an effective concentration of the fungus M. anisopliae and the stages of development of the most vulnerable insects against the fungus M. anisopliae. The design used in the study was a Factorial Randomized Complete Random consisting of two factors: the concentration of fungus M. anisopliae: K1 (4g / 100 ml), K2 (6g / 100 ml) and K3 (8g / 100 ml) and stages insect development: N1 (instar nymph 2), N2 (instar nymph 4) and N3 (Adult). Produced a combined number of treatments 9 with 3 replications so that there were 27 experimental units. The result showed that the application of entomopathogenic fungi M. anisopliae had significant effect on the incubation period, mortality, and death time of N. viridula. The fastest incubation period at 8g / 100ml is 1.33 days and the longest at 4g / 100ml is 1.44 days. The fastest incubation period in nymph instar 2 is 1.00 days and the longest in adult is 2.11 days. The highest mortality is at 8g / 100 ml of 97,67% and the lowest at 4g / 100 ml equal to 87,78% observation 8 HSA. The highest mortality occurred in instar nymph 2 of 98.89% and the lowest in adult of 86,67% observation 8 HSA. The fastest death time in the 8g / 100 ml treatment was 4.49 days and the lowest in the 4g / 100 ml treatment was 5.50 days. The fastest death time in instar nymph 2 is 4.31 days and the lowest is adult at 6.00 days. The entomopathogenic fungus M. anisopliae is effective in controlling N. viridula in instar nymph 2 with a concentration of 8g / 100 ml.
Preferensi Arthropoda terhadap Warna Perangkap pada Pertanaman Kopi Arabika di Desa Atang Jungket Kabupaten Aceh Tengah Ulyani Ulyani; Alfian Rusdy; Hasnah Hasnah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 2 (2019): Mei 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.556 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i2.7456

Abstract

Abstrak. Arthropoda merupakan filum yang paling dominan di antara filum hewan lainnya jika ditinjau dari keanekaragaman, penyebaran, dan jumlah spesiesnya. Pada pertanaman kopi arabika terdapat arthropoda yang berperan sebagai herbivor, musuh alami, serangga penyerbuk, serangga netral, dan dekomposer. Secara umum, tindakan pengelolaan yang dilakukan oleh petani pada pertanaman kopi di Desa Atang Jungket Kabupaten Aceh Tengah adalah dengan menggunakan pestisida sintetik tanpa mempedulikan kondisi agroekosistemnya. Supaya agroekosistem kopi tetap stabil dan berkelanjutan, maka perlu dilakukan tindakan pengelolaan yang ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan perangkap warna dimana proses penemuan inang serangga didasari oleh faktor visual yang bertujuan untuk mengetahui warna perangkap yang disukai oleh arthropoda pada areal pertanaman kopi arabika. Pada penelitian ini digunakan metode purposive sampling (ditetapkan) dengan luas lahan 5.000 yang berjumlah 138 tanaman, kemudian dibagi menjadi empat petak secara berjajar. Setiap petak diambil 20 tanaman sampel dengan menggunakan perangkap warna merah, kuning, hijau, dan putih. Peubah yang diamati meliputi komposisi dan kelimpahan arthropoda berdasarkan warna perangkap, indeks similaritas famili antar warna perangkap, serta kepadatan relatif Famili Scolytidae. Hasil penelitian  menunjukkan bahwa arthropoda yang ditemukan berjumlah 2.062 individu yang terdiri dari 2 kelas, 12 ordo, dan 72 famili. Ordo Hymenoptera merupakan ordo dengan jumlah individu paling banyak. Perangkap warna kuning merupakan paling banyak memerangkap arthropoda yaitu 552 individu dibandingkan perangkap warna merah, hijau, dan putih yang masing-masingnya hanya 547 individu, 527 individu, dan 436 individu. Nilai indeks similaritas famili arthropoda antar warna perangkap tergolong rendah berarti keragaman famili yang menyusun komunitas tersebut tinggi. Kepadatan Famili Scolytidae berjumlah 0,02 individu/m2 dan kepadatan relatif 0,04%. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan tanah dan tanamannya secara ekologis masih menguntungkan, tidak mengancam keberlangsungan budi daya tanaman.Preference of Arthropod to Color of Trap on Arabica Coffee Plantation in Atang Jungket Village Aceh Tengah DistrictAbstract. Arthropods are the most dominant phylum among other animal phyla when viewed from the diversity, distribution, and number of species. In arabica coffee plantation there arthropods that act as herbivor, natural enemies, pollinating insects, neutral insects, and decomposers. In general, the management actions carried out by farmers on coffee plantations in Atang Jungket Village, Central Aceh District is to use synthetic pesticides regardless of agro-ecosystem condition. For coffee agro-ecosystem to remain stable and sustainable, it is necessary to do an environmentally friendly management action that is by using color trap where the process of invention of insect host is based on visual factor which aim to know color of trap were liked by arthropod  in arabica coffee plantation area. This research uses purposive sampling method with 5,000  land area of 138 plants, then divided into four plots in a row. Each plot was taken 20 sample plants using red, yellow, green, and white traps. The observed variables include the composition and abundance of arthropods based on the trap color, the family similarity index between the trap colors, and the relative density of the Scolytidae Family. The results showed that the arthropods were 2,062 individuals consisting of 2 classes, 12 orders, and 72 families. The Hymenoptera Order is the order of the largest number of individuals. The yellow trap is the most arthropod trap of 552 individuals compared to the red, green, and white traps of 547 individuals, 527 individuals and 436 individuals each. The value of the arthropod family similarity index between the trap colors is low, meaning that the diversity of families that make up the community is high. The Scolytidae Family density was 0.02 individuals/m2 and the relative density was 0.04%. This indicates that the management of land and plants are ecologically still profitable, not threatening the sustainability of cultivation of crops.
Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Persentase Serangan Hama Penggerek Polong (Maruca testulalis) serta Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang (Vigna sinensis) Hudal Hakki; Hasnah Hasnah; Husni Husni
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/jimfp.v8i1.23346

Abstract

Abstrak. Peningkatan produktivitas kacang panjang dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya yaitu pemupukan yang berimbang. Pupuk NPK berguna sebagai penyeimbang unsur hara makro dan mikro di dalam tanah karena mengandung nitrogen, posfor, kalium, kalsium, dan magnesium yang dibutuhkan tanaman. Salah satu hama penting dalam budidaya kacang panjang adalah penggerek polong. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dosis pupuk NPK yang paling berpengaruh terhadap tingkat serangan hama penggerek polong serta pertumbuhan dan hasil kacang panjang. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non-Faktorial dengan perlakuan dosisi pupuk NPK (16:16:16) yang terdiri atas 5 taraf perlakuan yaitu: D0 (0 Kg/ Ha), D1 (75 Kg/Ha), D2 (150 Kg/Ha), D3 (225 Kg/Ha), dan D4 (300 Kg/Ha). Varietas kacang panjang yang digunakan adalah Black Seed. Tanaman kacang panjang yang diberi dosisi pupuk NPK 225 kg/Ha menunjukkan persentase serangan hama penggerek polong yang tidak berbeda nyata dengan dosis 75 dan 150 kg/Ha, tinggi tanaman tidak berbeda nyata dengan dosis 300 kg/Ha, serta bobot polong layak pasar maupun bobot polong utuh yang tidak berbeda nyata dibandingkan dosis 300 kg/Ha. Effect of NPK Fertilizer Doses on the Proportion of Pod Borer (Maruca testulalis) Attack and the Growth and Yield of Long Bean (Vigna sinensis)Abstract. Increasing the productivity of long beans is influenced by several factors, one of which is balanced fertilization. NPK fertilizer is useful as a balancer for macro and micro nutrients in the soil because it contains nitrogen, phosphorus, potassium, calcium and magnesium that plants need. One of the important pests in long bean cultivation is the pod borer. The purpose of this study was to determine the most influential dose of NPK fertilizer on the level of pod borer attack and the growth and yield of long beans. The design used was a non-factorial randomized block design (RBD) with doses of NPK fertilizer (16:16:16) consisting of 5 treatment levels, namely: D0 (0 Kg/Ha), D1 (75 Kg/Ha), D2 (150 Kg/Ha), D3 (225 Kg/Ha), and D4 (300 Kg/Ha). The string bean variety used is Black Seed. Long bean plants dosed with NPK fertilizer 225 kg/Ha showed a percentage of pod borer attack that was not significantly different at doses of 75 and 150 kg/Ha, plant height was not significantly different at a dose of 300 kg/Ha, and marketable pod weight and weight intact pods which were not significantly different from the dose of 300 kg/Ha.