Salmon Priaji Martana
Mahasiswa Program Doktor Arsitektur, Institut Teknologi Bandung

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENELITIAN TINGKAT KEBISINGAN PADA PERPUSTAKAAN DI LANTAI 8 SMART BUILDING UNIKOM Mirjaz, Naufal Najib; Syathir, Ansyarullah; Az-Zahra, Shofiya; Martana, Salmon Priaji
DESA - JURNAL DESAIN DAN ARSITEKTUR Vol 5 No 2 (2024): DESA
Publisher : Prodi Arsitektur, Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/desa.v5i2.12240

Abstract

Kebisingan dapat didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan, yang berpotensi berdampak negatif pada kesehatan dan kesejahteraan individu maupun populasi. Aktivitas manusia, terutama dalam konteks belajar, sangat dipengaruhi oleh tingkat kenyamanan audial. Situasi ini terlihat di perpustakaan lantai 8 Smart Building UNIKOM, di mana kebisingan yang berlebihan mengganggu kenyamanan dan konsentrasi mahasiswa, sehingga menurunkan efektivitas pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pendekatan gabungan kualitatif dan kuantitatif. Data diperoleh melalui pengukuran tingkat kebisingan menggunakan aplikasi Sound Meter pada smartphone Samsung Galaxy S21, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 718/MENKES/PER/XI/1987 dan standar SNI 16-7063-2004. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data aktual mengenai tingkat kebisingan di perpustakaan tersebut, yang kemudian dibandingkan dengan regulasi dan standar yang relevan guna mencapai kenyamanan audial yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran diusulkan untuk meminimalkan tingkat kebisingan di perpustakaan lantai 8, yaitu: pertama, memasang partisi di area belajar mandiri; kedua, menutup ventilasi di bagian belakang mushola; dan ketiga, menetapkan peraturan tertulis yang melarang kebisingan di dalam perpustakaan.
PENELITIAN PENCAHAYAAN PADA RUANG KELAS DAN RUANG STUDIO DI UNIKOM Imanialgi, Fahrezi Nur; Syafi’i, Muhammad Ridwan; Akbar, Muhammad Fachri Khadafi; Martana, Salmon Priaji
DESA - JURNAL DESAIN DAN ARSITEKTUR Vol 4 No 2 (2023): DESA
Publisher : Prodi Arsitektur, Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/desa.v4i2.12307

Abstract

Pencahayaan yang memadai sangat penting untuk mendukung kenyamanan dan keamanan dalam bekerja atau belajar. Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja atau mahasiswa untuk mengamati objek dengan jelas dan efisien, serta menciptakan suasana lingkungan yang menyegarkan. Sebaliknya, pencahayaan yang kurang dapat menurunkan ketajaman penglihatan, menyebabkan kelelahan mata karena mata berusaha mengakomodasi secara terus-menerus. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas pencahayaan pada beberapa ruangan di Kampus UNIKOM, yang digunakan oleh mahasiswa setiap hari. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan pengumpulan data dari sampel berdasarkan kriteria tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ruang kelas 5505 dan ruang studio 4609 tidak memenuhi standar pencahayaan yang ditetapkan oleh SNI 03-6575-2001. Hasil iluminansi (LUX) pada sebagian besar meja kerja di ruang kelas 5505 hanya berkisar antara 20-220 LUX, sedangkan pada ruang studio 4609 berkisar antara 32-721 LUX. Temuan ini menunjukkan perlunya perbaikan pencahayaan agar memenuhi standar yang disarankan untuk ruang kelas dan ruang studio, yang dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas pengguna.
Bentuk Fasade Gereja Protestan di Kota Bandung Aditya, Nova Chandra; Purba, Jhon Walter; Martana, Salmon Priaji
Waca Cipta Ruang Vol. 6 No. 1 (2020): Waca Cipta Ruang : Jurnal Ilmiah Desain Interior
Publisher : Program Studi Desain Interior Unikom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/wcr.v6i1.4196

Abstract

Gereja merupakan tempat peribadatan umat kristiani, di mana pada awalnya umat Kristen mengadakan pertemuan-pertemuan di rumah ibadah yang dikenal sebagai gereja rumah. Seiring dengan perkembangan zaman pada akhirnya dibuatlah bangunan gereja formal. Gereja tradisional berbeda dengan gereja modern, di mana gereja tradisional cenderung memiliki bentuk menyerupai salib dengan beratapkan kubah dan adanya menara, sementra itu seiring berkembangnya ilmu arsitektur, bentuk gereja menjadi lebih beragam di era modern sesuai dengan jamannya. Hal ini membangkitkan ciri gereja melalui corak fisiknya, yang senantiasa menjadi ciri penampilannya sesuai dengan masa perkembangannya. Gereja dibuat oleh masyarakat Kristiani Indonesia melalui karyanya di dalam melaksanakan ajaran Kristus. Dari observasi sumber primer dan sekunder, di Kota Bandung terdapat enam gereja yang memiliki bentuk beraneka ragam sesuai dengan lokasi gereja tersebut. Meskipun gereja merupakan tempat beribadah secara umum, tidak dipungkiri setiap gereja memiliki ciri khas. Ada gereja yang memiliki fasade modern, ada pula yang memiliki fasade yang mengacu pada adat istiadat penganutnya. Melalui metode survai arsitektural, penelitian ini berusaha menunjukkan wujud dan variasi dari fasade tersebut sesuai dengan latar belakangnya. Pada akhirnya, ditemukan bahwa selain aspek dogmatis, faktor alam lingkungan, iklim, kenyamanan dan beberapa faktor lain juga berperan dalam keputusan desain para perancang mewujudkan karya fasade gereja di Bandung.
Kriteria Ruang Sekolah Khusus Penyandang Autisme Hafilda, Hafilda; Martana, Salmon Priaji
Waca Cipta Ruang Vol. 7 No. 1 (2021): Waca Cipta Ruang : Jurnal Ilmiah Desain Interior
Publisher : Program Studi Desain Interior Unikom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/wcr.v7i1.4749

Abstract

Autism is a condition of children with developmental disorders. This condition encourages the establishment of special schools to accommodate children with autism. This special school must have specific standards and criteria so that children with autism can learn at school as well as in turn have adequate therapeutic facilities. This paper aims to describe the criteria of those special schools for children with autism, in particular the design criteria that can be applied to the interior of a building. The research was conducted with a qualitative approach using a literature survey method with a review of government regulations and design standards for spaces of children at special schools recommended for persons with autism. It is hoped that with an understanding of these design criteria, spaces for persons with autism in special schools can be designed more effective and efficient.
Pengaruh Gaya Amsterdam School pada fasade Gedung Villa Merah Martana, Salmon Priaji; Yapsie, Jonathan Christiady; Saty, Yoga
Waca Cipta Ruang Vol. 7 No. 2 (2021): Waca Cipta Ruang : Jurnal Ilmiah Desain Interior
Publisher : Program Studi Desain Interior Unikom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/wcr.v7i2.6073

Abstract

Indonesia memiliki sebuah periode di mana gaya-gaya arsitektur yang unik dari negeri-negeri Eropa datang membanjiri. Diawali dengan Empire Stijl di sekitar pergantian abad 20 hingga merebaknya Art Deco di 1930an pra Perang Dunia II, arsitektur Amsterdam School berada di antaranya dan dikatakan sebagai pembuka jalan bagi art deco yang jauh lebih populer. Artikel ini akan membahas mengenai bagaimana arsitektur unik Amsterdam School ini mewujud dalam karya besar Arsitek RLA Schoemaker –Villa Merah- utamanya pada bagian perwajahannya. Metode yang digunakan adalah metode Survai Arsitektural yang pada gilirannya diharapkan dapat menghasilkan pengkajian fasade, yang langsung bisa dikembangkan kearah pendayagunaan elemen gubahan massa lainnya. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, arsitektur Amsterdam School dapat lebih dipahami, diapresiasi dan dipelajari untuk diterapkan di pekerjaan arsitektural lainnya sebagai jawaban atas monotonnya desain bangunan fungsi sejenis akhir-akhir ini.
PENCAHAYAAN RUANG AUDITORIUM SEBAGAI RUANG PERKULIAHAN PADA GEDUNG MIRACLE UNIKOM LANTAI 4 Andini, Rieke Aulia; Ridwan, Hasna Saffanah; Dewi, Luvita Ayuni; Martana, Salmon Priaji
DESA - JURNAL DESAIN DAN ARSITEKTUR Vol 6 No 1 (2025): DESA
Publisher : Prodi Arsitektur, Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/w2px9t46

Abstract

Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) memiliki dua gedung utama, yaitu Smart Building dan Gedung Miracle. Auditorium di Gedung Miracle sering digunakan sebagai ruang serbaguna untuk kegiatan akademik maupun nonakademik. Kenyamanan audiens, khususnya dari aspek pencahayaan, menjadi hal penting yang perlu diperhatikan, karena pencahayaan memengaruhi kenyamanan visual dalam beraktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur intensitas cahaya di Auditorium Gedung Miracle dan menilai kesesuaiannya dengan standar pencahayaan menurut SNI 03-6575-2001. Metode yang digunakan adalah survei dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, serta pengukuran menggunakan alat lux meter. Hasil menunjukkan bahwa intensitas cahaya tertinggi mencapai 300 lux, terendah 22 lux, dan rata-rata 102 lux. Nilai rata-rata ini belum memenuhi standar SNI sebesar 200 lux. Kesimpulannya, pencahayaan di auditorium tersebut belum optimal dan dapat memengaruhi kenyamanan serta kesehatan mata audiens. Penelitian ini merekomendasikan pengaturan ulang arah distribusi lampu menjadi indirect lighting untuk meningkatkan kualitas pencahayaan. Hasil ini dapat menjadi masukan bagi pihak kampus dalam merancang fasilitas auditorium yang lebih baik
ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA RUANG KELAS PRODI AKUNTANSI 4307 DI UNIKOM -, Kurnia; Nrul Haq, Maryam Najwatun; Nurtiara, Nurtiara; Martana, Salmon Priaji
DESA - JURNAL DESAIN DAN ARSITEKTUR Vol 6 No 1 (2025): DESA
Publisher : Prodi Arsitektur, Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/k4rj3851

Abstract

Kenyamanan termal memiliki peran penting dalam mendukung proses belajar yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kenyamanan termal di ruang kelas 4307 Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Metode yang digunakan adalah survei dan observasi langsung, dengan pengukuran suhu udara, kelembapan relatif, dan indeks suhu. Data dikumpulkan selama dua hari dengan jumlah mahasiswa yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil observasi, mayoritas mahasiswa menyatakan bahwa konsentrasi belajar mereka terganggu ketika berada dalam ruangan dengan suhu rata-rata 29,5°C. Sebagian besar lainnya bahkan merasakan suhu ruang kelas sangat panas, yaitu mencapai 30,5°C. Kondisi ini tidak sesuai dengan standar kenyamanan termal berdasarkan SNI 03-6572-2001, yang menyarankan suhu ruang kelas ideal berada pada rentang 20°C hingga 27°C. Salah satu faktor penyebab adalah pengaruh perubahan cuaca serta kurangnya sistem ventilasi dan pendinginan yang memadai. Temuan ini menunjukkan bahwa kondisi termal ruang kelas 4307 tidak mendukung terciptanya suasana belajar yang optimal. Oleh karena itu, hasil studi ini diharapkan menjadi dasar bagi pihak UNIKOM untuk melakukan evaluasi dan peningkatan kondisi termal ruang kelas demi menunjang kenyamanan dan kinerja akademik mahasiswa  
The Role Of Bale Sarasehan In The Maintenance And Preservation Of Local Cultural Identity in Cireundeu Traditional Village Turmudzi, Bassya Saquf; Fariz, Muhammad Al; Putri, Sarah Salmadha; Al Aziz, Balya Ramdifa; Martana, Salmon Priaji
Waca Cipta Ruang Vol. 10 No. 1 (2024): Waca Cipta Ruang : Jurnal Ilmiah Desain Interior
Publisher : Program Studi Desain Interior Unikom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/wcr.v10i1.12601

Abstract

Cireundeu traditional village is one of the traditional villages in West Java that still keeping its noble values applied to the community from generation to generation. These noble values are also applied through one of its architectural cultural products, Bale Sarasehan. Its existence is very important in terms of functional and symbolic aspects. Functionally, Bale Sarasehan acts as a gathering place for the community to carry out various traditional activities that can strengthen social ties and cultural values inherent in their identity, such as religious ceremonies, traditional art performances, a space to transmit and pass on cultural knowledge to the younger generation. While the building is symbolically conveyed through its architectural form and also the use of materials in its structure, it also has a connotative meaning or message about the life teachings of its community. This research uses a limited fieldwork method with a qualitative approach and collects data through observation, interviews and documentary studies. Through this research, it is expected to gain a better understanding of the role of Bale Sarasehan, which can contribute to the sustainability of the maintenance and preservation of local wisdom as a local cultural identity in Cireundeu Traditional Village. Cireundeu traditional village is one of the traditional villages in West Java that still keeping its noble values applied to the community from generation to generation. These noble values are also applied through one of its architectural cultural products, Bale Sarasehan. Its existence is very important in terms of functional and symbolic aspects. Functionally, Bale Sarasehan acts as a gathering place for the community to carry out various traditional activities that can strengthen social ties and cultural values inherent in their identity, such as religious ceremonies, traditional art performances, a space to transmit and pass on cultural knowledge to the younger generation. While the building is symbolically conveyed through its architectural form and also the use of materials in its structure, it also has a connotative meaning or message about the life teachings of its community. This research uses a limited fieldwork method with a qualitative approach and collects data through observation, interviews and documentary studies. Through this research, it is expected to gain a better understanding of the role of Bale Sarasehan, which can contribute to the sustainability of the maintenance and preservation of local wisdom as a local cultural identity in Cireundeu Traditional Village.