Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

TEKNOLOGI LUMPUR AKTIF DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH PEMUKIMAN KARYAWAN DAN PERKANTORAN PT KALTIM PRIMA COAL Pranoto, Kris; Pahilda, Widia Rahmawati; Abfertiawan, Muhammad Sonny; Elistyandari, Apridawati; Sutikno, Andi
Prosiding Temu Profesi Tahunan PERHAPI 2019: PROSIDING TEMU PROFESI TAHUNAN PERHAPI
Publisher : PERHAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36986/ptptp.v1i1.111

Abstract

ABSTRAK Di Indonesia, operasional penambangan batubara umumnya melibatkan tenaga kerja dengan jumlah yang besar. Kondisi ini memberikan tantangan tersendiri dalam pengelolaan dampak lingkungan yang berpotensi timbul dari aktivitas manusia. Salah satu potensi tersebut yakni air limbah domestik. Air limbah domestik merupakan air limbah yang berasal dari aktivitas hidup sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air. Di area operasional pertambangan, air limbah domestik dapat timbul dari area pemukiman karyawan dan perkantoran. Karena potensi dampaknya terhadap lingkungan, air limbah domestik harus diolah sebelum dialirkan ke badan air penerima. Sejak tahun 1990an, diawal operasi penambangan, Kaltim Prima Coal (KPC) telah membangun dan mengoperasiokan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) untuk mengolah air limbah domestik yang bersumber dari pemukiman karyawan dan perkantoran. Terdapat 12 IPALD dengan teknologi lumpur aktif yang beroperasi di area KPC. Lumpur aktif merupakan salah satu teknologi pengolahan air limbah domestik dengan memanfaatkan peran bakteri aerob untuk mendegradasi material organik yang terkandung didalam air limbah domestik. Makalah ini disajikan untuk mendeskripsikan performa teknologi lumpur aktif yang digunakan dalam IPALD KPC dan tantangan yang dihadapi dalam pengoperasiannya. Salah satu tantangan yang dihadapi yakni pemenuhan baku mutu yang tertuang dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P. 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Baku mutu terbaru mengatur konsentrasi efluen IPALD lebih ketat dari sebelumnya dan terdapat paramater baru, diantaranya amoniak yang memerlukan perhatian dalam pengoperasian IPALD. Kata kunci: air limbah domestik, lumpur aktif, ipald  ABSTRACT In Indonesia, coal mining operations generally involve a huge number of workers. This condition causes its own challenges in managing environmental impacts that potentially generated from human activities. One of them is domestic wastewater. Domestic waste water is waste water that comes from activities of daily living of humans related to water usage. In mining operations, domestic wastewater is generated from office and residential areas. Because of the potential impact on the environment, domestic wastewater must be treated before flowing to natural water bodies. Since the beginning of mining operations in 1990s, PT Kaltim Prima Coal has been building and operating Domestic Wastewater Treatment Plant (IPALD) to treat domestic wastewater resulting from offices and residential areas. There are 12 IPALDs with activated sludge technology operating in the KPC area. Active sludge is one of the domestic wastewater treatment technologies by utilizing the role of aerobic bacteria to degrade organic material contained in domestic wastewater. This paper is presented to describe the performance of activated sludge technology used in the KPC’s IPALD and the challenges faced in its operation. One of the challenges faced is the fulfillment of water quality standards in Minister of Environment and Forestry Decree No. P. 68 of 2016 concerning Domestic Wastewater Quality Standards. The latest quality standards regulate the effluent concentration of IPALD more stringent than before and there are new parameters, including ammonia which requires attention in the operation of IPALD. Keywords: domestic waste water, activated sludge, ipald 
Challenges and Opportunities for Septage Management in the Urban Areas of Indonesia – Case Study in Bandung City Pham Ngoc Bao; Muhammad Sonny Abfertiawan; Pankaj Kumar; Muhammad Fahmi Hakim
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol. 52 No. 4 (2020)
Publisher : Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2020.52.4.3

Abstract

Because of the burgeoning urban population, there is huge pressure on both natural resources and basic urban infrastructure, especially sewerage systems, with Indonesia as no exception. It is estimated that about 95% of human waste in Indonesia ends up untreated or partially treated in septic tanks before being discharged in the natural environment, contaminating the living environment as well as adversely affecting human health and economic development. This study conducted a comprehensive investigation on septage management in Bandung City, Indonesia, to gain a better understanding of the challenges and opportunities for improved performance of on-site sanitation systems as well as septage management across its sanitation service chain. The results showed that the following issues are the main reasons behind poor sanitation in Bandung city: a) poor design and construction of septic tanks with no or only partial lining, resulting in leaking (>90% of septic tanks are malfunctioning); b) irregular desludging, i.e. about 2/3 of population desludge their septic tanks only once in more than 5 years; c) lack of proper guidelines and awareness about the benefits of regular monitoring and operation of septic tanks; d) lack of good sanitation service providers; and e) lack of funds for building sufficient capacity of septage treatment plants.
Studi Kondisi Eksisting Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat di Kota Denpasar Muhammad Sonny Abfertiawan
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 17, No 3 (2019): November 2019
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.26 KB) | DOI: 10.14710/jil.17.3.443-451

Abstract

Pengelolaan air limbah domestik di Indonesia masih dihadapkan dengan cukup banyak tantangan teknis maupun non-teknis. Beberapa data menunjukkan masih terdapat 10,41% penduduk Indonesia yang memiliki perilaku buang air besar sembarangan dan 32,1% penduduk belum memiliki pengelolaan sanitasi yang layak. Sebagai negara yang memiliki populasi 260 juta jiwa, terbesar keempat di dunia, dan luas mencapai 2 juta km2, Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pengelolaan air limbah domestik yang efektif dan efisien. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang menyeimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Denpasar, sebagai salah satu kota besar pariwisata di Indonesia, memiliki kepentingan terhadap upaya peningkatan pengelolaan air limbah domestik agar tidak memberikan dampak negatif terhadap industri pariwisata. Hasil studi menujukkan bahwa pengelolaan air limbah domestik di Kota Denpasar masih didominasi dengan sistem setempat yakni sebesar 96,8% dari total populasi. Sebesar 3% dari populasi telah dilayani oleh sistem jaringan perpipaan terpusat dan 0,2% populasi masih memiliki perilaku buang air besar sembarangan. Sistem setempat dipandang masih menjadi solusi terbaik dalam pengelolaan air limbah domestik di kota-kota Indonesia. Namun, sistem ini dinilai masih memiliki cukup banyak permasalahan terkait dengan institusi pengelolaan, finansial, infrastruktur pengolahan setempat, dan kebijakan atau regulasi. Oleh karena itu, Kota Denpasar memiliki tantangan yang besar untuk memastikan sistem pengelolaan air limbah domestik dapat berjalan dengan baik. Makalah ini mendeskripsikan kondisi eksisting sistem pengelolaan air limbah domestik setempat di Kota Denpasar yang meliputi sub-sistem pengolahan setempat, sub-sistem pengangkutan lumpur tinja, dan sub-sistem pengolahan lumpur tinja. Penelitian ini dilakukan untuk menjadi dasar dalam pengembangan model pengelolaan air limbah domestik setempat di Kota Denpasar.   
Studi Model Bisnis Eksisting dalam Implementasi Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) di Bawah Satuan Kerja (Studi kasus: Kota Bekasi dan Kota Makassar) dan BUMD (Studi kasus: Kota Medan dan Kota Surakarta) Saffanah Gumilangsari; Muhammad Sonny Abfertiawan; Prayatni Soewondo
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 3 (2021): November 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.3.599-611

Abstract

Pengelolaan lumpur tinja masih menjadi tantangan yang besar bagi kota-kota di Indonesia. Untuk mendukung optimasi pengelolaan lumpur tinja, Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan lembaga nasional maupun internasional telah mengimplementasikan metode Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) untuk memastikan tercapainya target sanitasi aman. LLTT merupakan bagian dari Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) yang telah diterapkan di beberapa kota di Indonesia dengan perbagai bentuk model bisnis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi model bisnis yang mengimplementasikan metode LLTT di bawah operator satuan kerja atau UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) dan di bawah operator BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) dengan metode observasi, studi literatur, serta wawancara. Untuk bentuk UPTD, penelitian dilakukan di Kota Bekasi dan Makassar sedangkan BUMD dilakukan di Kota Medan dan Surakarta. Hasilnya terdapat perbedaan dalam aspek teknis maupun tata kelola dalam implentasi layanan secara terjadwal. Pelaksanaan LLTT di bawah BUMD air minum memiliki pola penentuan zona layan berdasarkan meter air dan radius pelayanan IPLT untuk aspek teknis sedangkan perbedaan dalam hal tata kelola yaitu BUMD memiliki keunggulan atas tarif yang terintegrasi dengan rekening air minum dan memiliki otoritas lebih dalam alokasi pendapatan yang diperoleh atas tarif tersebut. Operator UPTD menentukan zona layanan berdasarkan batas administrasi kota, selain itu untuk aspek tata kelola UPTD memiliki keterbatasan dalam pengelolaan keuangan karena operasionalnya yang dianggarkan satu tahun sekali dalam APBD dan keterbatasan dalam memperoleh pendapatan lain diluar retribusi yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah. ABSTRACTFaecal sludge management (FSM) is still a big challenge for cities in Indonesia. The Government of Indonesia in collaboration with national and international institutions has implemented the scheduled desludging service, in Indonesia we called it Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT), to support the optimization of sludge management due in ensuring the achievement of safely managed sanitation targets. LLTT is part of the domestic wastewater management system which has been implemented in several cities in Indonesia with various forms of business models. This study aims to identify and evaluate the business model that implements the LLTT method that operate under Local’s Work Units (UPTD) and under Regional/Locals’s Owned Enterprises (BUMD) with the method of observation, literature study, and interviews. The research was conducted in the cities of Bekasi and Makassar for UPTD, while the BUMD was conducted in the cities of Medan and Surakarta. The result shows the differences in technical and governance aspects in the implementation of scheduled services. The implementation of LLTT under drinking water BUMD determine the service zone based on water meters and fecal sludge treatment plant’s service radius for technical aspects, while the difference in governance aspect is that BUMD has advantages over tariffs that are integrated with drinking water bills and has more authority in the allocation of income earned on those revenue. UPTD operators determine service zones based on city administrative boundaries, in addition to aspects of governance, UPTD has limitations in financial management due to their operation expenditure which are budgeted once a year in the local revenue budget and limitations in obtaining other income outside the retribution that has been legalized in city/district regulations.
Activated Sludge Technology to Treat Wastewater from Offices and Residential Areas PT Kaltim Prima Coal Kris Pranoto; Widia Rahmawati Pahilda; Muhammad Sonny Abfertiawan; Apridawati Elistyandari; Andi Sutikno
Indonesian Mining Professionals Journal Vol 1, No 1 (2019): NOVEMBER
Publisher : PERHAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36986/impj.v1i1.14

Abstract

In Indonesia, coal mining operations generally involve a huge number of workers. This condition causes its own challenges in managing environmental impacts that potentially generated from human activities. One of them is domestic wastewater. Domestic waste water is waste water that comes from activities of daily living of humans related to water usage. In mining operations, domestic wastewater is generated from office and residential areas. Because of the potential impact on the environment, domestic wastewater must be treated before flowing to natural water bodies. Since the beginning of mining operations in 1990s, PT Kaltim Prima Coal has been building and operating Domestic Wastewater Treatment Plant (IPALD) to treat domestic wastewater resulting from offices and residential areas. There are 12 IPALDs with activated sludge technology operating in the PT KPC area. Active sludge is one of the domestic wastewater treatment technologies by utilizing the role of aerobic bacteria to degrade organic material contained in domestic wastewater. This paper is presented to describe the performance of activated sludge technology usedin the KPC’s IPALD and the challenges faced in its operation. One of the challenges faced is the fulfillment of water quality standards in Minister of Environment and Forestry Decree No. P. 68 of 2016 concerning Domestic Wastewater Quality Standards. The latest quality standards regulate the effluent concentration of IPALD more stringent than before and there are new parameters, including ammonia which requires attention in the operation of IPALD.
Determining Strategies for Improving Lltt Business Performance with Inequal (Internal Quality) and Servqual (Service Quality) Analysis Case Study: Deli Serdang, North Sumatera) Clarita Bangun; Muhammad Sonny Abfertiawan
Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal) Vol 5, No 3 (2022): Budapest International Research and Critics Institute August
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v5i3.6685

Abstract

Currently, the Government has set the 2020-2024 RPJMN to achieve proper and safe access to sanitation (Domestic Wastewater) by 90% to reduce maternal mortality and stunting. In Deli Serdang Regency, the population's access to proper and safe sanitation facilities still needs improvement. Based on City/District Sanitation Strategy Update Document Data. In 2016, it was found that 158,462 residents did not have proper sanitation facilities, 95,077 residents performed open defecation and 25,750 residents disposed of wastewater directly into drainage channels. One of the Government's efforts to achieve the goal of safe sanitation is to implement the Scheduled Sludge Service (LLTT) system, which is a program that connects septic tanks to IPLT. This study aims to identify the dominant factors that affect business performance seen from the INTQUAL dimension from the manager's perspective, namely technical aspects, NSPK aspects, financial aspects, institutional aspects and public relations aspects, and SERVQUAL in terms of LLTT customers seen from the reliability aspect, tangibility, responsiveness, assurance, empathy. This study was conducted to investigate the suitability of the LLTT practice of 78 managers and 78 customers using the purposive sampling technique. The questionnaire results were then analyzed using the Structural Equation Modeling method with SPSS and AMOS. It was found that the model formed had fulfilled the goodness of fit, and it was also found that INTQUAL had a statistically significant effect on Business Performance. The recommendations are focused on the manager or executor, namely by implementing a product characterization strategy, namely product/service engineering strategy, pricing strategy and ease of payment, Development and Marketing Strategy, and Promotion Strategy.
Analisis Perubahan Tutupan Lahan Kawasan Pertambangan Batubara Terhadap Pertumbuhan Penduduk dan Ekonomi: Studi Kasus Kota Ombilin dan Sangatta Syarah Dahlia; Annisa Luthfia; Muhammad Sonny Abfertiawan
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan SATU BUMI Vol 2, No 1 (2020): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-II
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1398.169 KB) | DOI: 10.31315/psb.v2i1.4454

Abstract

Pertambangan batubara maupun mineral merupakan industri ekstraktif yang melibatkan kegiatan pemindahan material secara masif. Hal ini berpotensi memberikan dampak terhadap perubahan tutupan lahan dan morfologi kawasan area penambangan maupun sekitar.  Selain aktivitas penambangan, perubahan tutupan lahan tersebut juga  terjadi selaras dengan peningkatan pertumbuhan penduduk dan pembangunan daerah sebagai multiplier effect pertumbuhan ekonomi dari kegiatan penambangan. Pada perspektif keekonomian tentu hal ini harus dapat dipandang positif karena akan memberikan dampak secara langsung terhadap kehidupan masyarakat. Pemahaman terhadap dampak positif maupun negatif sangat penting untuk dipelajari dari sejarah kegiatan penambangan yang pernah atau sedang beroperasi sebagai lesson learn di masa depan. Studi ini dilakukan untuk mempelajari dampak pertumbuhan kawasan dari kegiatan penambangan dengan mengambil Kota Sawahlunto, Sumatera Barat dan Sangatta, Kalimantan Timur sebagai kawasan studi kasus. Analisis spasial dilakukan untuk membandingkan perubahan struktur kawasan, perubahan pertumbuhan ekonomi, pembangunan daerah, dan pertumbuhan penduduk sejak periode awal penambangan hingga pascatambang. Metode analisis spasial tutupan lahan dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode klasifikasi terbimbing (metode supervised) untuk memahami perubahan-perubahan sejak periode awal penambangan hingga saat ini. Hasil analisa menunjukkan tingkat perubahan tutupan lahan pada lingkar tambang sebanding dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, baik pada tahapan pertambangan, reklamasi, hingga pascatambang. Namun, selain faktor-faktor tersebut, terdapat faktor lain khususnya terkait pengelolaan lingkungan yang mengakibatkan perbedaaan pertumbuhan ekonomi, pembangunan daerah, dan pertumbuhan penduduk. Makalah ini diharapkan dapat menggambarkan bahwa dampak negatif akibat adanya pertambangan apabila dikelola dengan baik akan membawa dampak yang positif bagi komponen ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kata Kunci: metode supervised; pascatambang,  tutupan lahan
Penggunaan Life Cycle Assessment dalam Penilaian Resiko Dampak Lingkungan dan Pemilihan Alternatif Teknologi di Pertambangan Batubara Indonesia Annisa Luthfia; Muhammad Sonny Abfertiawan; Siska Nuraprianisandi; Kris Pranoto; Pascal Randolph Samban; Apridawati Elistyandari
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan SATU BUMI Vol 2, No 1 (2020): Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian (Satu Bumi) Ke-II
Publisher : UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1367.843 KB) | DOI: 10.31315/psb.v2i1.4455

Abstract

Pertambangan merupakan salah satu industri dengan kompleksitas tinggi yang melibatkan aktivitas dan peralatan yang sangat besar dan beragam. Industri ini beroperasi dengan karakteristik yang unik dan spesifik sehingga memiliki tantangan yang berbeda-beda. Selain dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian, industri pertambangan juga memiliki potensi dampak terhadap lingkungan. Isu dampak lingkungan menjadi perhatian serius bagi seluruh pemangku kepentingan. Oleh karena itu, dalam pengoperasiannya, pertambangan harus dapat mengedepankan kaidah penambangan yang baik dengan memperhatikan upaya-upaya pengendalian dampak lingkungan. Salah satu metode penilaian potensi resiko dampak lingkungan yang dapat digunakan di industri pertambangan yakni Life Cycle Assessment (LCA) atau Penilaian Daur Hidup. LCA merupakan metode yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dampak lingkungan di setiap tahapan kegiatan penambangan dan pengolahan komoditas. Metode ini dapat memberikan informasi yang komprehensif terkait peluang-peluang atau opsi-opsi teknologi atau metode yang dapat dipilih dan dilakukan untuk memperbaiki performa pengelolaan lingkungan maupun upaya pencegahannya. Selain itu, LCA juga dapat memberikan informasi yang terukur terkait kinerja pengelolaan lingkungan dari setiap tahapan penambangan yang dapat digunakan atau dimanfaatkan dalam perencanaan kegiatan penambangan serta memberikan peluang menjadi strategi pemasaran produk hasil tambang kepada konsumen atas upaya-upaya perlindungan lingkungan. Makalah ini disajikan untuk memberikan gambaran penggunaan LCA dalam penilaian resiko dampak lingkungan dan pemilihan alternatif teknologi di industri pertambangan Indonesia. Sebagai contoh, makalah ini menyajikan analisis penggunaan alternatif energi di kegiatan penambangan dan potensi dampak gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan. Melalui pendekatan LCA, industri pertambangan dapat memperoleh gambaran penggunaan energi terhadap potensi emisi yang dihasilkannya. Kata Kunci: Penilaian Daur Hidup; Pertambangan; Dampak Lingkungan ; Gas Rumah Kaca
STATISTICAL ANALYSIS IN SELECTING THE BEST ELECTRODE BETWEEN ALUMINUM AND IRON IN TSS REMOVAL USING ELECTROCOAGULATION Mindriany Syafila; Muhammad Sonny Abfertiawan; Marisa Handajani; Faiz Hasan; Hanifah Oktaviani; Nur Novilina Arifianingsih
INDONESIAN JOURNAL OF URBAN AND ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY VOLUME 6, NUMBER 2, OCTOBER 2023
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/urbanenvirotech.v6i2.17835

Abstract

Indonesia is a country that has considerable coal reserves with coal resources of 149.01 billion tons. One of the problems of coal mining is turbidity. The turbidity is caused by the excavation of the open pit mine so that rainwater contact with the main wall. So that mud is formed, which can increase turbidity levels. The concentration of Total Suspended Solids (TSS) due to this phenomenon reaches 5,400 mg/L. Aim: This study aims to set aside TSS by electrocoagulation processing method using a batch system with eight pairs of iron electrodes arranged monopolarly. Methodology and Results: Comparisons using statistically independent t-tests showed that there was no significant difference between the iron and aluminium electrodes in the pH parameter. Conclusion, significance, and impact study:There were significant differences between iron and aluminum electrodes in the parameters of TDS and TSS. In the measured TDS and TSS parameters, the electrocoagulation process using iron electrodes has a higher value than aluminum electrodes. In the TSS removal, there is no significant difference between the two electrodes (iron and aluminium).