Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Effect of Sodium Hydroxide (NaOH) in Bitumen Separation Process from Asbuton in Hot Wate Hamzah, Afan; Ferdiansyah, Dita Ahmeta; Nurkhamidah, Siti; Taufany, Fadlilatul; Susianto, Susianto
IPTEK Journal of Proceedings Series No 1 (2015): 1st International Seminar on Science and Technology (ISST) 2015
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.107 KB) | DOI: 10.12962/j23546026.y2015i1.1179

Abstract

Hot water process is one of methods to separate bitumen from asbuton. For increasing %recovery of bitumen, we can modify the hot water process by adding diesel oil, sodium hydroxida (NaOH) and Sodium Ligno Sulfonat (SLS) as surfactant. This research was foccusing on effect of the addition of NaOH concentration. This research used asbuton from Kabungka and carried out in two processes, digestion and sedimentation process. % recoverey decreases with the increasing of NaOH concentration. The highest % recovery is 92% when ratio of diesel oil:asbuton 60:40, 0,5%wt SLS concentation, 30%wt SLS-NaOH solution from total solution and 1%wt NaOH concentration.
Enhancement Concentration of Bioethanol Through Packed Sieve Tray Distillation Taufany, Fadlilatul; Putra, Pranata Adi; Nuringtyas, Rydho Jalu
IPTEK Journal of Proceedings Series No 1 (2015): 1st International Seminar on Science and Technology (ISST) 2015
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2015i1.1025

Abstract

Bioethanol is one of alternative renewable energy that can be produced by distillation process. Distillation itself is a method of separation and purification that most widely used in the chemical industry. Nowadays, distillation equipment that is commonly used in the industry is sieve tray tower due to its affordable in cost and simplicity in design. Its performance can be improved by the addition of packing on the tray can improve efficiency. This study aims to evaluate the performance of the developed steel wool packing in sieve tray distillation with regards to the bioethanol purity. Our results showed that the addition of the developed packing in each tray significantly increased the concentration of ethanol up to 99.5%
Desain Pabrik Sodium Karbonat Dari CO2 Flue Gas Pabrik Semen Muhammad Fadlan Minallah; Fadlilatul Taufany; Ali Altway
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.902 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i1.22475

Abstract

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan energi di Indonesia selama beberapa tahunn terakhir ini, semakin juga meningkatkan bertambahnya gas rumah kaca yang dihasilkan. Gas rumah kaca (GRK) yang terdiri dari CO2, CH4, N2O, HCFC, dan CFC serta uap air (H2O), dimana yang menjadi sumber utama terjadinya pemasan global. Terutama pada pabrik yang menghasilkan GRK itu sendiri selama proses produksi, seperti pabrik semen 15.107.267 ton, pabrik produksi kapur 3.688.147 ton, dan pabrik kaca/gelas 170.000 ton. Prospek soda abu (nama pasar sodium karbonat) di Indonesia masih dalam kondisi baik karena kebutuhan komoditas ini semakin bertambah dengan rate 3,4% pertahun untuk industri kapur, industri gelas, dan industri keramik. Selama ini kebutuhan soda abu di Indonesia masih dipenuhi dengan adanya impor dari negara lain, karena belum adanya produsen natrium karbonat di dalam negeri yang menjadikan komoditas ini sebagai produk utama dari pabriknya. Pabrik ini direncanakan akan didirikan di Kabupaten Tuban, JawaTimur dengan estimasi waktu mulai produksi pada tahun 2017. Penentuan lokasi pabrik berdasarkan pada sumber bahan baku. Hal ini karena bahan baku yang digunakan adalah flue gas dari pabrik semen. Untuk menemuhi kebutuhan akan sodium karbonat kapasitas produk sodium karbonat ini sebesar 86,37 ton/jam. Pabrik beroperasi selama 24 jam per hari dengan hari kerja 330 hari per tahun. Proses pembuatan soda abu dengan proses karbonasi terdiri dari empat unit proses, yaitu dust removal unit, absorption unit, crystalization unit, dan soda ash unit. Dari analisa perhitungan ekonomi didapat Investasi Rp79.285.526.850, IRR sebesar 26%, POT selama 4,39 tahun, dan NPV positif 15 tahun sebesar Rp589.068.911.634. Umur dari pabrik ini diperkirakan selama 15 tahun dengan masa periode pembangunannya selama 2 tahun di mana operasi pabrik ini 330 hari/tahun.
Pengembangan Metode Pretreatment Melalui Proses Fisik dan Kimia untuk Optimasi Produksi Biogas dari Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) sebagai Alternatif Energi Listrik ─ Biogas Yudhiantono Atidhira; Adam Noviansyah; Fadlilatul Taufany
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (681.437 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.24604

Abstract

Biogas merupakan produk akhir dari degradasi anaerobik oleh bakteri methanogen. Biogas memanfaatkan bahan-bahan yang renewable dan penggunaannya pun ramah lingkungan, contohnya limbah perairan yaitu eceng gondok. Eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang selama ini merugikan ternyata potensial untuk dijadikan biogas. Namun, lignin yang menjadi inhibitor menunjukkan perlu adanya proses pretreatment yang optimum agar biogas yang terbentuk lebih banyak dan lebih cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses pretreatment dengan metode fisik dan kimia. Metode-metodenya yaitu untuk mengetahui pengaruh suhu menggunakan alat oven, autoclave, dan hot water bath pada suhu 70-110⁰C, serta jenis asam organik yaitu asetat, oksalat, dan sitrat dengan kadar 5%, 10% dan 15% (w/w). Adapun parameter yang diukur yaitu kandungan lignoselulosa, COD, yield biogas serta hasil analisa kandungan metana biogas. Dari penelitian ini dihasilkan bahwa proses pretreatment terbaik dihasilkan oleh pretreatment menggunakan oven dengan suhu 100⁰C dan asam oksalat 15 % (w/w) selama 1 jam dengan kandungan hemiselulosa, selulosa, lignin dan COD yaitu 46.11%, 23.14%, 0.86% dan 31360 mg COD/L. Kemudian, kuantitas produksi biogas yang dihasilkan oleh eceng gondok dengan proses pretreatment (kombinasi oven dengan suhu 100⁰C serta asam oksalat 15% (w/w) selama 1 jam) lebih tinggi yaitu 375.68 L/kg VS daripada produksi biogas oleh eceng gondok tanpa proses pretreatment yaitu 368.654 L/kg VS. Dengan produksi gas tersebut, dapat dihasilkan listrik dengan beban maksimum pada load 300-Watt dan efisiensi optimum sebesar 10.64% menggunakan gas generator 600-Watt.
Pra-Desain Pabrik LPG dari Gas Alam Faradisa Ayu Rahmatika; Yulian Naufal Ariq; Susianto Susianto; Fadlilatul Taufany
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.904 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v8i2.43597

Abstract

Liquefied Petroleum Gas (LPG) merupakan suatu produk bahan bakar gas yang pada umumnya berupa gas propana atau butana atau merupakan campuran keduanya yang dalam temperatur kamar akan berbenduk fasa gas tetapi dalam tekanan tinggi atau pada temperatur sangat rendah akan berbentuk cair yang tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau. Salah satu bahan pembuatan LPG adalah gas alam. Gas alam merupakan bahan bakar fosil berbentuk gas yang utamanya terdiri dari metana (CH4). Gas alam merupakan komponen yang vital dalam hal suplai energi, dikarenakan karakteristiknya yang bersih, aman, dan paling efisien dibandingkan dengan sumber energi yang lain. Kelebihan dari LPG yaitu emisi CO2 yang dikeluarkan lebih sedikit dibanding penggunaan bahan bakar minyak, serta ketersediaan gas alam yang melimpah sehingga LPG dapat dijadikan energi alternatif pengganti bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin menipis. Pabrik LPG dari gas alam ini terdiri dari 4 unit utama yaitu: Acid gas removal unit dimana dalam unit ini CO2 dan H2S yang terkandung dikurangi kadarnya hingga batas yang diperbolehkan, Dehidration unit untuk menghilangkan uap air yang terkandung, Refrigerasi Propane untuk menfingingankan gas alam sebelum menuju unit fraksinasi, dan Fractination unit untuk memisahkan hidrokarbon berat dalam gas alam sehingga menghasilkan LPG dengan kandungan metana tinggi. Pabrik ini beroperasi secara kontinyu 24 jam selama 330 hari dengan kapasitas produksi 98.712 LPG/tahun. Analisa perhitungan ekonomi didapatkan IRR 51,29%/tahun, Pay Out Time (POT) 7,97 tahun, dan Break Evemt Point (BEP) 22,96%.
Pra Desain Pabrik Triple Superphosphate (TSP) dari Batuan Fosfat Imanuel Berin; Naufal Ahmad Murtadho; Siti Nurkhamidah; Fadlilatul Taufany
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.54802

Abstract

Fosfat adalah salah satu unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh semua jenis tanaman untuk memacu perkembangan akar, batang, bunga, dan buah menjadi lebih cepat. Kekurangan fosfat dapat menyebabkan tanaman akan tumbuh kerdil, daun berwarna hijau tua, anakan sedikit, pemasakan lambat dan sering tidak menghasilkan buah. Pupuk TSP (Triple Superposphate) merupakan jenis pupuk anorganik multi-komponen yang memiliki kandungan komponen hara N atau P secara parsial yang lebih besar jika dibanding dengan pupuk NPK. Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat pupuk TSP ini adalah batuan fosfat. Pemilihan proses untuk memproduksi pupuk TSP perlu dianalisis agar produksi yang dihasilkan lebih optimal. Pupuk TSP dapat diprodiksi melalui dua macam proses, yaitu proses Odda dan Dorr-Oliver. Pada proses Odda, digunakan bahan baku berupa batuan fosfat dan asam nitrat atau asam klorida. Sedangkan pada proses Dorr-Oliver, digunakan bahan baku berupa batuan fosfat dan asam fosfat. Dari studi yang telah dilakukan, proses Odda lebih dipilih karena ditinjau dari aspek bahan baku, konversi, kondisi operasi, dan ekonomi, proses Odda lebih baik daripada proses Dorr-Oliver. Dengan desain umur pabrik selama 30 tahun, didapatkan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 18.6% yang dimana nilainya lebih besar dari bunga pinjaman bank sebesar 9.18%. Kemudian didapatkan Pay Out Time (POT) sebesar 5.1 tahun dan Break Even Point (BEP) sebesar 26%.
Pra Desain Pabrik Poly Lactic Acid (PLA) dari Porang Mathilda Jowito Pasaribu; Berlina Yunita Sari Romaji; Yeni Rahmawati; Fadlilatul Taufany
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.69208

Abstract

Poly Lactic Acid atau disingkat PLA merupakan termoplastik biodegradable turunan dari sumber daya terbarukan. Kebutuhan dunia akan plastik yang terus meningkat diiringi dengan pencemaran lingkungan akan plastik yang juga terus meningkat, membuat PLA menjadi alternatif baik pengganti plastik non-degradable seperti PET, PP dan PS. Selain membantu mengurangi pencemaran lingkungan, PLA dapat membantu mengurangi penggunaan sumber daya fosil serta mengurangi emisi CO2 secara bersamaan. Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat PLA adalah umbi Porang basah (Amorphophallus muelleri). Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan adanya peluang ekspor yang masih terbuka, maka dirancang pabrik PLA dengan kapasitas 10.000 ton/tahun. Pabrik direncanakan berdiri di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur pada tahun 2025. Proses pembuatan PLA melalui beberapa tahap proses, meliputi proses pembentukan asam laktat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus pentosus B-227, proses pemurnian asam laktat melalui proses esterifikasi, dan proses polimerisasi melalui proses ring-opening polymerization. Dengan desain umur pabrik selama 10 tahun, didapatkan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 14,50% yang dimana nilainya lebih besar dari bunga pinjaman bank sebesar 8%. Kemudian didapatkan Pay Out Time (POT) sebesar 8,08 tahun dan Break Even Point (BEP) sebesar 35,6%.
Pra-Desain Pabrik Konnyaku dari Tepung Glukomanan Umbi Porang (Amorphophallus Oncophyllus) Rahmasari Nur Setyono; Abdul Wasi'; Yeni Rahmawati; Fadlilatul Taufany
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.69690

Abstract

Glukomanan merupakan salah satu kandungan yang terdapat di dalam tepung porang dan dikenal sebagai Konjac Glucomannan (KGM). KGM banyak digunakan sebagai bahan makanan tradisional di Asia seperti mie, tofu dan jelly. Manfaat dari KGM adalah mengurangi kolesterol darah, memperlambat pengosongan perut, mempercepat rasa kenyang sehingga cocok untuk makanan diet dan bagi penderita diabetes. Tepung glukomanan memiliki banyak sekali manfaat, namun di Indonesia hanya terdapat 1 pabrik yang dapat mengolah umbi porang menjadi makanan olahan yang mengandung tepung glukomanan yaitu konnyaku blocks. Salah satu tanaman yang mengandung glukomanan tinggi adalah umbi porang atau Amorphophallus Oncophyllus. Sayangnya dalam umbi porang ini masih terdapat kandungan kalsium oksalat sehingga tidak dapat langsung dikonsumsi. Terdapat tiga tahapan utama dalam pembuatan konnyaku dari umbi porang. Tahap pertama adalah proses persiapan bahan baku dan pengecilan partikel dari umbi porang menjadi grabula. Tahap kedua yaitu proses pemurnian glukomanan dan pengeringan hingga diperoleh tepung high grade glucomannan. Tahap ketiga adalah tahap pembuatan konnyaku. Proses pemurnian dikakukan dengan melakukan penambahan aluminium sulfat untuk mengikat impurities dan etanol 95% untuk mengendapkan glukomanan yang sebelumnya terlarut didalam air. Pabrik konnyaku dari umbi porang akan didirikan di Nganjuk, Jawa Timur, dengan estimasi waktu mulai produksi pada tahun 2024. Berdasarkan analisis ekonomi untuk kapasitas produksi 10.000 ton per tahun, dengan laju pengembalian modal (IRR) pabrik ini sebesar 32,55% pada tingkat suku bunga per tahun 8,00% dan laju inflasi sebesar 1,94% per tahun. Sedangkan untuk waktu pengembalian modal (POT) adalah 5 Tahun 4 Bulan dan titik impas (BEP) sebesar 39,14%.
Tin Extraction from Slags Used Hydrochloric Acid Nonot Soewarno; Ali Altway; Susianto Susianto; Fadlilatul Taufany; Siti Nurkamidah
IPTEK The Journal of Engineering Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23378557.v1i1.a438

Abstract

Slag is a mixture of mineral in tin sand or by product in the smelting process. By using separation process, tin can be separated from other minerals in slag. Extraction process with a solvent is usually used to separate tin from other minerals. Furthermore, solution that still contains many dissolved compounds is adsorbed by activated carbon and desorption back with NaOH solution. This study only focuses on the extraction process to obtain a stannate chloride solution with extraction temperature, solvent concentration, extraction time, and liquid/solid ratio as variables. Hydrochloric acid (HCl) has been used as solvent in this study. The concentration of tin in the extracts of each variable was analyzed to determine the percentage of recovery of tin and the optimum operating conditions in the recovery process of tin from waste slag. Experiment results show that the percentage of recovery increases with the increasing of extraction temperature and solvent concentration The highest recovery is 61.5% which is obtained when the extraction temperature is 80 ºC, concentration of HCl is 10 wt%, with a HCl solution and slag ratio is 7: 1 and extraction time is about 30 minutes.
The Effect of Furnace Temperature and Precursor Concentration Ratio to The Characteristics of Nanocomposite ZnO-Silica Iva Maula; Widiyastuti Widiyastuti; Tantular Nurtono; Fadlilatul Taufany; Siti Machmudah; Sugeng Winardi
IPTEK Journal of Proceedings Series Vol 1, No 1 (2014): International Seminar on Applied Technology, Science, and Arts (APTECS) 2013
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2014i1.323

Abstract

Zinc Oxide is a semiconductor with relatively non-toxic, cheap and abundant properties which can be applied to LEDs. ZnO colloids are unstable due to further chemical reactions and coagulation so the addition of silica is needed to inhibit the growth of ZnO. ZnO was synthesized using sol-gel method by hydrolyze zinc acetate dihydrate in ethanol solution. Silica colloids was prepared by dissolving waterglass in distilled water at a temperature of 60 °C then passed into cation resin that has been activated using 2N HCl for ion exchange with Na+ to H+. In this study, the spray drying method was used to produce ZnO-silica nanocomposite. Morphological characterization of particles formed was analyzed using Scanning Electrostatic Microscope (SEM) (Zeiss Evo MA LS, Cambridge, England). X-Ray Diffraction (XRD) (Cu-Kα 1.54 A0, 40 kV, 30 mA, X’pert Pro, PAN alytical, Netherlands) and Fourier Transform Infrared (FTIR) (Therniscientific Nicolet iS10, US) were used to analyze the crystallinity and group functionalization, respectively. The results show that more particles are formed on 10% concentration volume of ZnO colloids rather than 5%.