Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Impact of Biogas Purification System on Generated Power in Gas Engine Generator Fadlilatul Taufany; Bobby Rama Jaya R; Ardhiya Ardhiya
IPTEK Journal of Proceedings Series No 1 (2015): 1st International Seminar on Science and Technology (ISST) 2015
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.741 KB) | DOI: 10.12962/j23546026.y2015i1.1026

Abstract

One of alternative renewable energy is biogas, which is the end product of anaerobic degradation by methanogens bacteria. In general, biogas contains CH4, CO2, H2S and H2O. Biogas is potential in a power generation but must be purified to meet the desired specifications by removing its impurities, i.e. CO2, H2S and H2O. This research aims to perform a feasibility study for the biogas purification with respect to CO2 and H2S removal by utilizing various alkalines and their respective salts (NaOH, KOH, Ca(OH)2, Na2CO3, K2CO3, CaCO3) as the absorbent. Additionally, its impacts on generated power are also being studied. The results indicate that NaOH was the optimum absorbent in perspective of technical and economical aspects.
Synthesis of Polymeric Membrane for Desalination Process I Made Pendi Adi Merta; Deffry Danius Dwi Putra; Siti Nurkhamidah; Fadlilatul Taufany; Yeni Rahmawati
IPTEK Journal of Proceedings Series No 1 (2015): 1st International Seminar on Science and Technology (ISST) 2015
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2015i1.1160

Abstract

Cellulose acetate/polyethylene glycol 200 (CA/PEG) membrane with ration 80/20 (wt%) was modified with varying amount of silica in many concentration (1-5% w/v). CA/PEG-200 membranes were characterized for their hydrophilicity, functional groups and permeation properties. The increasing of CA at CA/PEG membrane make membrane more dense and hydrophilicity of membrane decreases. Membrane hydrophilicity, permeate flux, permeability, and salt rejection increase with the increasing of silica concentration in CA/PEG membrane. The experiment results show that the highest salt rejection was obtained when 5% silica was added into CA/PEG (80/20) membrane.
Studi Pemisahan Bitumen dari Asbuton Menggunakan Media Air Panas dengan Penambahan Surfaktan Anionik dan NaOH Susianto Susianto; Yosita Dyah Anindita; Gissa Navira Sevie; Fadlilatul Taufany; Ali Altway
IPTEK Journal of Proceedings Series No 2 (2018): The 2nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.656 KB) | DOI: 10.12962/j23546026.y2018i1.3423

Abstract

Asbuton adalah aspal alam yang terkandung dalam deposit batuan terdapat di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Asbuton dimanfaatkan sebagai bahan alternatif pengganti aspal minyak setelah bitumen dipisahkan dari mineralnya. Penelitian proses pemisahan bitumen dari asbuton menggunakan hot water process sebelumnya telah dilakukan, tetapi bitumen yang terambil kurang maksimal. Oleh karena itu, pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan %recovery bitumen dengan modifikasi hot water process melalui penambahan surfaktan anionik dan NaOH. Proses pemisahan bitumen dari asbuton dilakukan melalui dua proses utama, yakni premixing-preheating dan digesting. Premixing-preheating dilakukan dengan mengaduk 250 rpm asbuton dan solar pada suhu 60,70,80, dan 90oC selama 30 menit. Proses digesting mengaduk 1500 rpm campuran solar-asbuton dengan penambahan wetting agent (Rwa), berupa larutan surfaktan LAS-NaOH sebesar 25%,30%,35% dan 40% terhadap massa campuran total. Konsentrasi larutan surfaktan LAS sebesar 0,5%,1%,1,5% dan 2%. Produk proses digesting dipisahkan secara gravitasi dengan menambahkan air garam konsentrasi 3.5% sehingga terbentuk tiga lapisan. Lapisan teratas merupakan larutan bitumen-solar, ditimbang berat dan diukur densitasnya untuk mengetahui persen (%) recovery yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa % recovery bitumen tertinggi diperoleh sebesar 97,74% pada suhu 90oC dengan wetting agent 25% dan konsentrasi surfaktan 1.5%
Silica-Coated Mesoporous Carbon as Solid Dessicant in Gas Dehydration Process Fadlilatul Taufany; Fahmi Fahmi; Nurhamidah Nurhamidah
IPTEK Journal of Proceedings Series No 1 (2015): 1st International Seminar on Science and Technology (ISST) 2015
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.687 KB) | DOI: 10.12962/j23546026.y2015i1.1165

Abstract

Dehydration process using solid desiccant is required to reduce water content to meet pipeline gas GPSA specification (4-7 lb/MMscf). Porous silica gel has a high specific surface area (Grade 12 brand Davisil 800 m2/g), which is generally obtained via a high-cost supercritical technology. This research aims to substitute that of high-cost super critical technology by developing silica-coated mesoporous carbon. This research uses an impregnating-silica method consisting of pretreatment and hydrophilication processes. Here we found that the pretreatment process can increase the surface area of mesoporous carbon from 504.122 m²/g to 823.5 m²/g. While for the hydrophylication process, silica-coated mesoporous carbon was obtained via mechanical and chemical force. Silica-coated mesoporous carbon has adsorption capacity 70.59% of commercial silica gel.
Pra Desain Pabrik Garam Farmasi dari Air Laut dengan Metode Multiple Effect Evaporator Ragilia Rahma Maulidia; Wahyu Adinda Larasati; Ali Altway; Fadlilatul Taufany
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i3.94236

Abstract

Garam banyak digunakan oleh beberapa industri, salah satunya pada industri farmasi yang dibutuhkan untuk bahan-bahan medis dan obat-obatan. Garam farmasi memiliki kualitas yang paling tinggi diantara garam yang lainnya yaitu memiliki kadar NaCl >99,5%. Garam farmasi tersebut dapat diperoleh dari air laut yang tersedia banyak di Indonesia. Proses yang digunakan dalam pembuatan garam farmasi yaitu dengan menggunakan multiple effect evaporator. Proses pembuatan garam farmasi dari air laut dibagi menjadi 3 unit proses, yaitu unit pemurnian, unit pengkristalan dan pengeringan, dan unit pengendalian produk. Dari hasil proses didapatkan garam farmasi dengan kemurnian 99,6%. Hasil terssebut sesuai dengan standart menurut Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV bahwa kemurnian garam farmasi adalah 99,5%. Pabrik garam farmasi berkapasitas produksi sebesar 9000 ton/tahun. Lokasi pendirian pabrik pengolahan garam farmasi direncanakan di Desa Tamansareh, Kabupaten Sampang, Madura. Dengan kapasitas tersebut dan desai umur pabrik selama 10 tahun, didapatkan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 14,79% yang dimana nilainya lebih besar dari bunga pinjaman bank sebesar 8%. Kemudian didapatkan Pay Out Time (POT) sebesar 5,71 tahun dan Break Even Point (BEP) sebesar 20,91%.
Pra Desain Pabrik Garam Industri menggunakan Teknologi Membran Reverse Osmosis Salasa Ariq Sungkono; Zulfahmi Hawali; Yeni Rahmawati; Fadlilatul Taufany
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i3.102297

Abstract

Garam merupakan salah satu komoditas strategis nasional yang secara fungsi maupun manfaat tidak kalah penting apabila dibandingkan dengan kebutuhan pokok lainnya. Akan tetapi, hingga saat ini Indonesia masih sangat bergantung pada impor untuk pemenuhan kebutuhan garam industri karena produksi garam lokal yang masih belum memenuhi standar. Maka dari itu, didirikanlah pabrik garam industri ini di daerah Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan kapasitas sebesar 400.000 ton per tahun untuk mengurangi 23,19% angka impor terhadap kebutuhan nasional. Bahan baku utama yang digunakan pada pabrik ini yaitu air laut dengan proses terpilih berupa teknologi membrane reverse osmosis dengan kristalisasi yang prosesnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu unit pemurnian bahan baku, unit kristalisasi dan pengeringan, serta unit sizing and finishing. Produk yang dihasilkan pada pabrik ini yaitu garam industri sebagai produk utama dengan kemurnian NaCl 99,8% berukuran 30 mesh dan desalinated water sebagai produk sampingnya. Usia pabrik ini diperkirakan selama 15 tahun operasi dengan proses konstruksi yang dilakukan selama 5 tahun. Pendirian pabrik ini membutuhkan investasi awal sebesar Rp 1.975.482.014.717,7 dengan pay out time selama 9,15 tahun, NPV sebesar Rp 1.293.659.980.492,9, dan IRR sebesar 23,18%.
Performance Test Membrane Contactor for CO2 Desorption from DEA Yeni Rahmawati; Salasa Ariq Sungkono; Zulfahmi Hawali; Fadlilatul Taufany; Susianto Susianto; Siti Nurkhamidah; Ali Altway
IPTEK The Journal of Engineering Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23378557.v9i1.a16642

Abstract

Membrane-based desorption of carbon dioxide (CO2) using a membrane contactor is considered a novel process for separating CO2 from solvents. It can be carried out using temperature regeneration, sweep gas, and vacuum method. In this work, the vacuum regeneration method is applied in the CO2 desorption process from 30% wt of diethanolamine (DEA) solution. This study investigates the effect of operating parameters such as liquid flowrate, vacuum pressure, and CO2 loading on the mass transfer rate and desorption efficiency of CO2. The highest mass transfer rate of 2.2013 × 10-7 mol/m2s is achieved at a liquid flowrate of 500 mL/min, CO2 loading of 0.27 mol CO2/mol DEA, and vacuum pressure of 50 cmHg while the maximum desorption efficiency of 71.45% is achieved at lower liquid flowrate of 100 mL/min, CO2 loading of 0.27 mol CO2/mol DEA, and vacuum pressure of 50 cmHg. The result demonstrates that membrane contactor is a promising method for the CO2 desorption process which requires further investigation. 
Pra Desain Pabrik di-(Palmitic Carboxyethyl) Hydroxyethyl Methyl Ammonium Methyl Sulfate (Esterquats) Surfaktan Berbasis Fatty Acid Fadlilatul Taufany; Merisa Veronika Suparto; Nadhifa Auria Andini; Ali Altway
Jurnal Teknik ITS Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v12i1.122207

Abstract

Surfaktan (Surface Active Agent) merupakan molekul kimia dengan karakteristik yang dapat menurunkan tegangan permukaan antara dua fasa cairan berbeda berdasarkan sifat kepolarannya. Esterquat adalah senyawa surfaktan kationik berbahan baku minyak kelapa sawit yang mengandung ion amonium kuaterner sebagai bagian hidrofilik-nya. Esterquat secara signifikan telah menggantikan surfaktan pendahuluya (dimethyl disteril) karena memiliki karakteristik yang lebih mudah terurai secara hayati dan menunjukkan tingkat toksisitas yang rendah. Esterquat dapat digunakan sebagai bahan aktif pelembut (softener) dan produk personal care, diproduksi dengan cara proses esterifikasi dan kuartenerisasi. Pabrik Di-(Palmitic Carboxyethyl) Hydroxyethyl Methyl Ammonium Methyl Sulfate (Esterquat) Surfaktan Berbasis Fatty acid direncanakan dengan kapasitas produksi sebesar 30.000 ton per tahun didirikan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Sumatera Utara karena dekat dengan sumber bahan baku, tersedianya fasilitas penunjang, transportasi dan tenaga kerja. Berdasarkan analisa neraca massa dan neraca energi, pabrik ini membutuhkan bahan baku Fatty acid 2111,03 sebanyak kg/jam, triethanolamine sebanyak 667,49 kg.jam, HPA sebanyak 4,22 kg/jam, DMS sebanyak 533,31 kg/jam, dan IPA sebanyak 277,6 kg/jam. Sedangkan untuk low pressure steam sebanyak 103,184 kg/jam, medium pressure steam sebanyak 468,39 kg/jam, dan cooling water sebanyak 34966,59 kg/jam. Pengolahan fatty acid menjadi esterquat melalui 2 tahap reaksi utama, yaitu tahap esterifikasi dan tahap quaternisasi. Tahap esterifikasi merupakan tahap pembentukan esteramine dari reaksi antara fatty acid dan triethanolamine pada reaktor batch dengan tingkat konversi mencapai 99% yang beroperasi dengan tekanan 0,2 bar dan temperatur 170°C. Sedangkan tahap quaternisasi merupakan tahap pembuatan esteramine secara batch dari reaksi esteramine dan dimetil sulfat (DMS) reaktor batch untuk mencapai konversi reaksi 91,4%. Hasil dari tahap quaternisasi merupakan esterquat dengan konsentrasi 84% w/w. Pabrik ini membutuhkan investasi awal Rp 828.939.202.144 dimana setelah proses konstruksi 2 tahun dan produksi 15 tahun, didapatkan nilai IRR 17.580%, Pay Out Time 5.86 tahun, dan WACC sebesar 9,318%.