Tantiana Tantiana
Department Of Oral Biology, Faculty Of Dental Medicine, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Analgesic effect of coconut shell (Cocos nucifera L) liquid smoke on mice Meircurius Dwi C.S; Tantiana Tantiana; Ira Arundina
Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi) Vol. 45 No. 3 (2012): September 2012
Publisher : Faculty of Dental Medicine, Universitas Airlangga https://fkg.unair.ac.id/en

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.814 KB) | DOI: 10.20473/j.djmkg.v45.i3.p156-160

Abstract

Background: Drugs can be used to eliminate pain by inhibiting the activity of conversing arachidonic acid into prostaglandin. The chemical compositions of coconut shell are cellulose, pentosan, lignin, solvent extraction, uronat anhydrous, nitrogen, and water. One active ingredient in coconut shell is phenyl propanoid (consisting in lignin structure) and guaicol. Phenyl propanoid and guaicol are phenolic compounds that can be used as antioxidant, antiseptic, anti-inflammatory, anesthetic and analgesic. Liquid smoke of coconut shell (Cocos nucifera L) contains phenolic compound is believed able to bind a component conversing arachidonic acid into prostaglandin. Purpose: The study was aimed to examine the analgesic effect of liquid smoke of coconut shell (Cocos nucifera L). Methods: The study was a laboratory experimental research, conducted on 2-3 months old male mice (Mus musculus) with 20-30 grams of weight. There were control group and treatment groups each of which had seven mice. Control group was orally given 0.01 ml/weight (ml/gr) of distilled water, after 30 minutes 0.01 ml/weight (ml/gr) of acetic acid 0.6% was delivered via intraperitoneal injection. The treatment groups were given liquid smoke of coconut shell (Cocos nucifera L) with the concentrations of 25%, 50%, and 100% respectively. The analgesic effect was then determined by decreasing of writhing reflex on mice recorded every 5 minutes for 30 minutes. Results: There were significant differences of writhing reflexes in the treatment groups given liquid smoke of coconut shell with the concentrations of 25%, 50%, and 100%. The higher concentration of liquid smoke the higher its analgesic effect. Conclusion: Liquid smoke of coconut shell (Cocos nucifera L) has analgesic effect.Latar belakang: Salah satu mekanisme obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri adalah menghambat aktivitas konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin. Komposisi kimia tempurung kelapa terdiri dari selulosa, petosan, lignin, solvent, uronat unhidrat, nitrogen dan air. Salah satu bahan aktif dalam tempurung kelapa adalah phenyl propanoid (terdapat dalam struktur lignin) dan guaiakol. Phenyl propanoid dan guaiakol adalah suatu senyawa fenol yang mempunyai sifat sebagai antioksidan, antiseptic, anti-inflamasi, anastesi dan analgesik. Liquid smoke tempurung kelapa (Cocos nucifera L)mengandung senyawa fenol yang dapat mengikat komponen dalam konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk meneliti efek analgesik dari liquid smoke tempurung kelapa (Cocos nucifera L). Metode: Penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan jenis post test only control group design pada mencit (Mus musculus) jantan usia 2-3 bulan dengan berat badan 20-30gram. Kelompok kontrol dan perlakuan terdiri dari 7 hewan coba. Kelompok kontrol diberi aquades 0.01ml/bb (ml/gr) (po) dan setelah 30 menit diberi asam asetat 0.6% 0.01ml/bb (ml/gr) (ip). Kelompok perlakuan diberi liquid smoke tempurung kelapa (Cocos nucifera L) dengan konsentrasi 25%, 50% and 100%. Efek analgesik ditentukan dengan melihat penurunan writhing reflex (liukan atau geliat tubuh hewan coba) yang dihitung setiap 5 menit selama 30 menit. Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna jumlah writhing reflex pada pemberian liquid smoke tempurung kelapa konsentrasi 25%, 50% dan 100%. Semakin tinggi konsentrasi liquid smoke, semakin tinggi pula efek analgesic yang ditimbulkan. Kesimpulan: Liquid smoke tempurung kelapa mempunyai efek analgesik.
A mucoadhesive gingival patch with Epigallocatechin-3-gallate green tea (Camellia sinensis) as an alternative adjunct therapy for periodontal disease: A narrative review Yeka Ramadhani; Riski Rahayu Putri Rahmasari; Kinanti Nasywa Prajnasari; Moh. Malik Alhakim; Mohammed Aljunaid; Hesham Mohammed Al-Sharani; T. Tantiana; Wisnu Setyari Juliastuti; Rini Devijanti Ridwan; Indeswati Diyatri
Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi) Vol. 55 No. 2 (2022): June 2022
Publisher : Faculty of Dental Medicine, Universitas Airlangga https://fkg.unair.ac.id/en

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/j.djmkg.v55.i2.p114-119

Abstract

Background: Periodontitis is a progressive destructive periodontal disease. The prevalence of periodontal disease in Indonesia reaches 74.1% and mostly occurs in the productive age group. Most of the periodontopathogenic bacteria are gram-negative bacteria and have endotoxin in the form of lipopolysaccharide (LPS), which can penetrate the periodontal tissue and induce an inflammatory response. In inflammatory conditions, osteoclastic activity is higher than osteoblastic activity, which causes bone destruction. This results in an imbalance between osteoclast-induced bone resorption and osteoblast-induced bone formation. The current preferred treatment for periodontitis is scaling root planning (SRP), but this therapy cannot repair the damaged periodontal tissue caused by periodontitis. Purpose: To describe the possibility of using a mucoadhesive gingival patch with Epigallocatechin-3-gallate (EGCG) green tea (Camellia sinensis) as alternative adjunct therapy for periodontal disease. Review: EGCG is the main component of green tea catechins, which have antitumor, antioxidant, anti-inflammatory, anti-fibrotic, and pro-osteogenic effects. However, the weaknesses so far regarding the use of EGCG as an alternative treatment is its low oral bioavailability and the concentration of EGCG absorbed by the body decreasing when accompanied by food. EGCG can be used with a mucoadhesive gingival patch to optimise bioavailability and absorption and increase local concentration and sustained release of EGCG. EGCG encourages bone development and braces mesenchymal stem cells (MSCs) differentiation for osteoblast by enhancing the expression of bone morphogenic protein 2 (BMP2). EGCG also has been proven to increase the expression of RUNX2 and ALP activity that induces osteoblast differentiation and bone mineralisation. Conclusion: A mucoadhesive gingival patch containing EGCG Green Tea (C. sinensis) may potentially induce osteoblastic activity as an adjunct therapy to repair the periodontal tissue damage due to periodontal disease.
HUBUNGAN KONSENTRASI PROTEIN MUCIN SALIVA RONGGA MULUT DENGAN PENYAKIT XEROSTOMIA PADA GERIATRI: LITERATURE REVIEW Okta Mulia Nur Fadila; Destiana Hardianti Putri; Tantiana Tantiana
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 2 (2023): JUNI 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i2.14373

Abstract

Kondisi penurunan saliva sering terjadi pada usia lanjut. Mucin merupakan komponen penting saliva yang melapisi mukosa mulut dan saliva dapat menjadi kental. Perubahan struktural pada komposisi saliva ditemukan pada pasien dengan xerostomia. Mucin yang tidak teregulasi dengan baik mengakibatkan penurunan fungsi mucin dalam mempertahankan jumlah kandungan air saliva sehingga menyebabkan penurunan kesehatan dari host (inang). Studi literatur ini  bertujuan  untuk  menjelaskan  hubungan tentang konsentrasi mucin saliva dengan xerostomia pada geriatri. Artikel dikumpulkan dengan menggunakan database Google Scholar, Elsevier, PubMed, Researchgate, Sciencedirect, serta database lainnya. Kriteria inklusi yang dipilih adalah konsentrasi protein mucin, xerostomia, subjek geriatri, randomized clinical trials, studi kohort, laporan kasus, tinjauan sistematis, meta-analisis, atau penelitian dengan validitas tinggi. Kriteria eksklusi yang dipilih adalah usia muda, penyakit sistemik, dan bukan studi yang relevan pada abstrak dan topik yang akan dibahas. Pada geriatri, terjadi penurunan sekresi saliva akibat terjadinya atrofi dan hilangnya parenkim kelenjar saliva sehingga digantikan oleh jaringan ikat dan lemak. Atrofi pada kelenjar saliva diakibatkan oleh penurunan proliferasi sel kelenjar saliva mayor dan minor. Penurunan sekresi saliva menyebabkan berkurangnya kandungan protein dan bikarbonat, termasuk mucin. Kandungan bikarbonat yang berkurang menyebabkan pH saliva menurun. Penurunan pH dan protein yang rusak menyebabkan peningkatan viskositas saliva. Pada geriatri, turunnya sekresi saliva disertai dengan peningkatan viskositas saliva dapat menyebabkan resiko terjadinya xerostomia. Diperlukan studi lanjutan berbasis fakta, seperti studi penelitian, atau studi lainnya yang lebih relevan dan aktual agar mendapatkan unsur kebaruan sebagai penunjang studi berikutnya.
Proses Feeding Bayi Dengan Celah Candra Aditya Satria Utama Sukarno Putra; Maulana Hanif Ibrahim; Anis Irmawati; Tantiana Tantiana
Journals of Ners Community Vol 13 No 6 (2022): Journals of Ners Community
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jnerscommunity.v13i6.2430

Abstract

Celah bibir dan palatum merupakan malformasi kongenital yang melibatkan gangguan jaringan embriologis di atas bibir yang dapat berlanjut ke palatum durum dan/atau palatum mole. Celah bibir dan palatum dapat menimbulkan kesulitan makan dan menelan sehingga berpotensi terjadinya kekurangan nutrisi dan komplikasi pada saluran pernafasan. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian alat bantu makan pada bayi dengan celah bibir atau palatum diharapkan akan mengoptimalkan nutrisi pada bayi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses feeding pada bayi dengan celah. Cleft adalah celah atau ruang abnormal terjadi karena kelainan kongenital pada bibir atas, alveolus atau langit-langit. Cleft palate atau celah palatum adalah terpisahnya atap rongga mulut yang dapat menimbulkan beberapa masalah yaitu gangguan pada fungsi bicara, penelanan, pendengaran, keadaan malposisi gigi-geligi, fungsi pernafasan, perkembangan wajah dan gangguan psikologis dari orang tua pasien. Variasi cleft palate terbagi dalam bentuk, ukuran, dan perluasan celah pada cleft palate primer, sekunder, dan gabungan. Cleft lip adalah salah satu kelainan bawaan yang paling umum, dan manajemen memerlukan pendekatan interprofessional untuk mengatasi kelainan bentuk celah fisik bersama dengan masalah yang dihasilkan dalam berbicara dan menelan. Pembentukan bibir sumbing kemungkinan besar dipengaruhi oleh susunan genetik pasien tetapi multifaktorial. Malnutrisi ibu hamil serta paparan fenitoin, steroid, tembakau, alkohol, dan Accutane diketahui meningkatkan kemungkinan kelainan bentuk bibir sumbing. Apabila terdapat celah pada bayi, proses feeding akan sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya. Proses feeding pada bayi dengan celah dapat dilakukan dengan cara menyusui secara langsung atau menggunakan puting buatan. Hal tersebut lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan botol, karena celah tersebut akan menyulitkan bayi dalam menggigit botol tersebut. Cleft adalah celah atau ruang abnormal terjadi karena kelainan kongenital pada bibir atas, alveolus atau langit-langit. Proses feeding pada bayi dengan cleft perlu diperhatikan agar nutrisi yang diterima bayi tetap ideal.
Studi Naratif Korelasi Kadar Glukosa Tinggi dalam Darah dan Kanker Rongga Mulut pada Perokok Sherina Fatwa Imanu; Zilzala Irqon Ambiya; Tantiana Tantiana
-
Publisher : Jurnal KeDayMas: Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14414/kedaymas.v3i2.3800

Abstract

Pendahuluan : Perilaku merokok menjadi salah satu kebiasaan yang sering ditemui di sekitar kita. Bahaya rokok bagi kesehatan menimbulkan faktor resiko terjadinya berbagai penyakit, satu diantaranya adalah kenaikan gula darah yang berimbas pada terjadinya diabetes melitus. Efek tersebut salah satunya pada rongga mulut yang bisa bermanifestasi pada turunnya sistem imunitas tubuh sehingga menyebabkan timbulnya mutasi gendan bisa menjadi etiologi dari terjadinya kanker mulut. Tujuan: Membandingkan dan menjelaskan kaitan antara kadar glukosa tinggi dalam darah dengan kanker rongga mulut pada perokok. Metode : Studi ini menggunakan 3 jurnal utama yang dijadikan dikaji hasilnya. Pembahasan : Penggunaan rokok tembakau yang dipaparkan epitel rongga mulut terhadap oksigen bebas dan radikal nitrogen, yang dapat merusak mekanisme pertahanan antioksidan. Peningkatan kadar radikal bebas ini ditemukan pada lesi prakanker dan kanker rongga mulut. Peningkatan kadar glukosa mempercepat sintesis sel tumor DNA dan menyebabkan kegagalan dalam mekanisme keseimbangan oksidatif. Hal tersebut menyebabkan pelepasan banyak growth factor dan sitokin, molekul yang memfasilitasi pertumbuhan dan penyebaran sel ganas. Kesimpulan : Jumlah penderita kanker rongga mulut yang mengalami gangguan metabolisme glukosa lebih rendah dibandingkan dengan prevalensi penderita kanker rongga mulut yang tidak mengalami gangguan metabolisme glukosa.Keyword : kadar glukosa tinggi, kanker rongga mulut, perokok
Pengaruh pH dan Suhu Saliva terhadap Perubahan Struktur Mikrobiota dan Keganasannya pada Rongga Mulut Tantiana, Tantiana; Sona, Nabila; Tania, Cindy Grace
Seroja Husada: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No. 5 (2024): Seroja Husada: Jurnal Kesehatan Masyarakat
Publisher : Seroja Husada: Jurnal Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mikrobiota oral merupakan organisme yang majemuk dengan lebih dari 700 spesies yang teridentifikasi. Mikrobiota saliva didominasi oleh filum Firmicutes dan secara keseluruhan, komposisi bakteri terbagi atas mikrobiota lidah, tonsil, dan tenggorokan. Saliva memberi nutrisi ke mikrobiota oral, dan juga memiliki faktor antimikroba yang mengatur mikrobiota dan mempertahankan homeostasis mikroba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki Pengaruh pH dan suhu saliva terhadap perubahan struktur mikrobiota dan keganasannya pada rongga mulut.
Proses Feeding Bayi Dengan Celah Aditya Satria Utama Sukarno Putra, Candra; Hanif Ibrahim, Maulana; Irmawati, Anis; Tantiana, Tantiana
Journals of Ners Community Vol 13 No 6 (2022): Journals of Ners Community
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jnerscommunity.v13i6.2430

Abstract

Celah bibir dan palatum merupakan malformasi kongenital yang melibatkan gangguan jaringan embriologis di atas bibir yang dapat berlanjut ke palatum durum dan/atau palatum mole. Celah bibir dan palatum dapat menimbulkan kesulitan makan dan menelan sehingga berpotensi terjadinya kekurangan nutrisi dan komplikasi pada saluran pernafasan. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian alat bantu makan pada bayi dengan celah bibir atau palatum diharapkan akan mengoptimalkan nutrisi pada bayi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses feeding pada bayi dengan celah. Cleft adalah celah atau ruang abnormal terjadi karena kelainan kongenital pada bibir atas, alveolus atau langit-langit. Cleft palate atau celah palatum adalah terpisahnya atap rongga mulut yang dapat menimbulkan beberapa masalah yaitu gangguan pada fungsi bicara, penelanan, pendengaran, keadaan malposisi gigi-geligi, fungsi pernafasan, perkembangan wajah dan gangguan psikologis dari orang tua pasien. Variasi cleft palate terbagi dalam bentuk, ukuran, dan perluasan celah pada cleft palate primer, sekunder, dan gabungan. Cleft lip adalah salah satu kelainan bawaan yang paling umum, dan manajemen memerlukan pendekatan interprofessional untuk mengatasi kelainan bentuk celah fisik bersama dengan masalah yang dihasilkan dalam berbicara dan menelan. Pembentukan bibir sumbing kemungkinan besar dipengaruhi oleh susunan genetik pasien tetapi multifaktorial. Malnutrisi ibu hamil serta paparan fenitoin, steroid, tembakau, alkohol, dan Accutane diketahui meningkatkan kemungkinan kelainan bentuk bibir sumbing. Apabila terdapat celah pada bayi, proses feeding akan sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya. Proses feeding pada bayi dengan celah dapat dilakukan dengan cara menyusui secara langsung atau menggunakan puting buatan. Hal tersebut lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan botol, karena celah tersebut akan menyulitkan bayi dalam menggigit botol tersebut. Cleft adalah celah atau ruang abnormal terjadi karena kelainan kongenital pada bibir atas, alveolus atau langit-langit. Proses feeding pada bayi dengan cleft perlu diperhatikan agar nutrisi yang diterima bayi tetap ideal.
Analysis of Theil Comparative Decomposition Index to Measure Regional Inequality Due to Industrialization Residues Susanto, Deni Aditya; Wijaya, Oki; Ardiana, Wiwik; Tantiana, Tantiana
Jambura Equilibrium Journal Vol 6, No 2 (2024): Vol 6. No 2. July 2024
Publisher : Gorontalo State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37479/jej.v6i2.25202

Abstract

The Industrial sector in Kendal County, Indonesia, is one of the national strategic projects aimed at promoting investment accumulation and job creation. Unfortunately, the rapid development of this Industrial sector has resulted in income inequality compared to other sectors. This research aims to examine and measure the contribution of the Industrial sector in Kendal County to aggregate inequality. Methodologically, this research uses a quantitative descriptive approach, which involves indexing inequality to reveal economic phenomena. The inequality indices include the Gini ratio index, the Williamson index, and the Theil index. In Kendal County, inequality is at a moderate to high level, as evidenced by a Gini ratio index of 0.411 and a Williamson index of 0.775. On the other hand, the Theil index reaches 0.519, placing it in between the Gini ratio and the Williamson index. The high inequality in Kendal County is attributed to the Industrial sector, accounting for 41.19%. The Industrial sector significantly contributes to the widening of inequality in Kendal County. This is due to the Industrial sector attracting production input factors such as investments, resources, human capital, monetary conditions, and technological innovation. However, the trickle-down effect does not occur between the Industrial sector and other economic sectors such as agriculture, food and beverages, trade, services, and accommodation.
Proses Feeding Bayi Dengan Celah Aditya Satria Utama Sukarno Putra, Candra; Hanif Ibrahim, Maulana; Irmawati, Anis; Tantiana, Tantiana
Journals of Ners Community Vol 13 No 6 (2022): Journals of Ners Community
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jnerscommunity.v13i6.2430

Abstract

Celah bibir dan palatum merupakan malformasi kongenital yang melibatkan gangguan jaringan embriologis di atas bibir yang dapat berlanjut ke palatum durum dan/atau palatum mole. Celah bibir dan palatum dapat menimbulkan kesulitan makan dan menelan sehingga berpotensi terjadinya kekurangan nutrisi dan komplikasi pada saluran pernafasan. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian alat bantu makan pada bayi dengan celah bibir atau palatum diharapkan akan mengoptimalkan nutrisi pada bayi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses feeding pada bayi dengan celah. Cleft adalah celah atau ruang abnormal terjadi karena kelainan kongenital pada bibir atas, alveolus atau langit-langit. Cleft palate atau celah palatum adalah terpisahnya atap rongga mulut yang dapat menimbulkan beberapa masalah yaitu gangguan pada fungsi bicara, penelanan, pendengaran, keadaan malposisi gigi-geligi, fungsi pernafasan, perkembangan wajah dan gangguan psikologis dari orang tua pasien. Variasi cleft palate terbagi dalam bentuk, ukuran, dan perluasan celah pada cleft palate primer, sekunder, dan gabungan. Cleft lip adalah salah satu kelainan bawaan yang paling umum, dan manajemen memerlukan pendekatan interprofessional untuk mengatasi kelainan bentuk celah fisik bersama dengan masalah yang dihasilkan dalam berbicara dan menelan. Pembentukan bibir sumbing kemungkinan besar dipengaruhi oleh susunan genetik pasien tetapi multifaktorial. Malnutrisi ibu hamil serta paparan fenitoin, steroid, tembakau, alkohol, dan Accutane diketahui meningkatkan kemungkinan kelainan bentuk bibir sumbing. Apabila terdapat celah pada bayi, proses feeding akan sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya. Proses feeding pada bayi dengan celah dapat dilakukan dengan cara menyusui secara langsung atau menggunakan puting buatan. Hal tersebut lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan botol, karena celah tersebut akan menyulitkan bayi dalam menggigit botol tersebut. Cleft adalah celah atau ruang abnormal terjadi karena kelainan kongenital pada bibir atas, alveolus atau langit-langit. Proses feeding pada bayi dengan cleft perlu diperhatikan agar nutrisi yang diterima bayi tetap ideal.