This Author published in this journals
All Journal Sari Pediatri
Lelani Reniarti
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin, Bandung

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Hubungan Kadar Feritin dan Ion Kalsium Serum pada Penyandang Thalassemia Mayor Anak yang Mendapat Transfusi Berulang Mercy Amelia; Dida Akhmad Gurnida; Lelani Reniarti
Sari Pediatri Vol 16, No 1 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.1.2014.1-4

Abstract

Latar belakang. Kadar feritin tinggi akibat transfusi berulang menyebabkan kerusakan calcium sensing receptor pada sel paratiroid dan kerusakan sel hati. Terjadi kegagalan stimulasi sekresi hormon paratiroid dan pembentukan 25(OH)D3 sehingga absorbsi kalsium terhambat, terjadi hipokalsemia.Tujuan. Menentukan hubungan feritin dengan ion kalsium serum dilakukan pemeriksaan feritin dan ion kalsium serum.Metode. Penelitian potong lintang dilaksanakan dari Mei–Juni 2013, 40 penyandang thalassemia usia 5–14 tahun yang mendapat transfusi berulang dilibatkan. Metode ECLIA (electrochemiluminescent immunoassay) digunakan untuk pemeriksaan kadar feritin serum dan ISE (ion selective electrode) untuk kadar ion kalsium serum. Perbandingan ditentukan dengan uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis dan analisis faktor risiko dengan uji regresi logistik multipel.Hasil. Didapat 40 subjek, 32 subjek menderita malnutrisi ringan dan 4 subjek mengalami anemia gravis. Duapuluh dua subjek mengalami hipokalsemi. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan kadar feritin serum memiliki hubungan bermakna dengan hipokalsemia (p<0,001, rasio odd 76,5). Faktor usia onset transfusi, penggunaan kelasi, dan frekuensi transfusi tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian hipokalsemia.Kesimpulan. Kadar feritin serum berhubungan dengan hipokalsemia pada penyandang thalassemia mayor anak yang mendapat transfusi berulang.
Korelasi Kadar Ion Kalsium Serum dengan Dimensi, Fungsi Sistol dan Diastol Ventrikel Kiri pada Thalassemia Mayor dengan Hemosiderosis Ira Furnia; Dwi Prasetyo; Lelani Reniarti
Sari Pediatri Vol 17, No 3 (2015)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp17.3.2015.195-9

Abstract

Latar belakang. Kalsium berperan penting dalam kontraksi miokardium. Besi bebas/non-transferrin bound iron (NTBI) padathalassemia mayor (TM) dengan kelebihan besi (hemosiderosis) masuk ke dalam sel jantung menggunakan L-typ e calcium channel(LTCC) sehingga mengganggu transportasi kalsium.Tujuan. Menganalisis korelasi kadar ion kalsium serum dengan dimensi, fungsi sistol, dan diastol ventrikel kiri pada TM yangsudah mengalami hemosiderosis.Metode. Penelitian potong lintang dilaksanakan dari Desember 2014–Januari 2015 melibatkan 67 kasus TMusia 7–14 tahun yangdisertai hemosiderosis. Pemeriksaan kadar ion kalsium serum menggunakan metode ion selective electrode (ISE) dan pemeriksaandimensi serta fungsi jantung menggunakan ekokardiografi 2 dimensi, M-mode, dan Doppler oleh dokter spesialis kardiologi anak.Analisis korelasi dengan uji Spearman dan Pearson.Hasil. Uji korelasi Spearman menunjukkan korelasi negatif yang signifikan antara kadar ion kalsium serum dan left ventricularposterior wall thickness/LVPWd (r=-0,25; p=0,04). Uji korelasi Pearson menunjukkan korelasi negatif yang signifikan antara kadarion kalsium serum dan ejection fraction/EF (r=-0,294; p=0,016) serta fractional shortening/FS (r=-0,252; p=0,039), tetapi tidakdengan fungsi diastol (p>0,05).Kesimpulan. Semakin rendah kadar ion kalsium serum maka semakin tinggi nilai LVWP, EF, dan FS. Kadar ion kalsium serumtidak berkorelasi dengan fungsi diastol.
Faktor Risiko Hiperkoagulasi pada Thalassemia Anak Ridha Kurnia Tejasari; Lelani Reniarti; Sjarif Hidajat Effendi
Sari Pediatri Vol 16, No 6 (2015)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.6.2015.427-33

Abstract

Latar belakang. Hiperkoagulasi merupakan salah satu komplikasi thalassemia yang telah terjadi sebelummanifestasi klinis ditemukan pada thalassemia anak. Sampai saat ini belum pernah ada penelitian khususmengenai faktor risiko hiperkoagulasi pada thalassemia anak.Tujuan. Menentukan faktor risiko hiperkoagulasi pada thalassemia anak.Metode. Desain penelitian potong lintang dilakukan sejak bulan Maret hingga April 2014 terhadap 87 subjekdi Poliklinik Thalassemia Anak RSHS Bandung. Hiperkoagulasi diketahui berdasarkan tromboelastografi(TEG), apabila ditemukan minimal 2 dari 4 parameter terpenuhi dengan atau tanpa nilai CI lebih dari 3.Analisis statistik faktor risiko dengan uji chi-square/Fisher dan regresi logistik.Hasil. Prevalensi hiperkoagulasi thalassemia anak di RSHS Bandung 70% (61 subjek). Usia termudahiperkoagulasi positif adalah 5 tahun. Faktor risiko hiperkoagulasi thalassemia anak yang bermakna adalahpeningkatan jumlah trombosit (p=0,002; RP1,08; IK95%:1,003−1,013), sedangkan variabel lainnyatidak berhubungan. Pasien pascasplenektomi sejumlah 9 subjek dengan kadar trombosit >500.000 mm3.Hiperkoagulasi positif dapat memiliki jumlah trombosit yang meningkat dan/atau gangguan fungsi trombositberdasarkan TEG.Kesimpulan. Peningkatan jumlah trombosit merupakan faktor risiko hiperkoagulasi thalassemia anak diRSHS Bandung
Hubungan Kadar Procalcitonindengan Demam Neutropenia pada Leukemia Limfoblastik Akut Anak Yutta Inten; Lelani Reniarti; Alex Chairulfatah
Sari Pediatri Vol 17, No 4 (2015)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp17.4.2015.267-72

Abstract

Latar belakang. Kejadian infeksi bakteri pada leukemia limfoblastik akut (LLA) lebih tinggi pada demam neutropenia (DN).Procalcitonin(PCT) memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik dibanding dengan C-reactive protein(CRP). Hal ini masih menjadi perdebatan, pada penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa CRP lebih baik dibanding dengan PCT. Tujuan. Menentukan hubungan PCT dengan DN pada LLA anak dengan mengikutsertakan CRP. Metode. Penelitian potong lintang pada 78 subjek usia 0-13 tahun dengan DN dan demam tanpa neutropenia (DTN) yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan pemeriksaan PCT serum. Pemilihan subjek secara consecutive sampling. Variabel dengan nilai p<0,25 pada analisis bivariat dilanjutkan analisis multivariat dengan rasio Odds (RO) dan interval kepercayaan (IK) 95%. Hasil.Di antara 78 pasien LLA didapatkan 27 DN dan 51 DTN. Hubungan kadar PCT dan CRP serum dengan DN berturut-turut RO 3,618 (IK95%: 1,227–10,665) dan RO 3,676 (IK95%: 1,22–11,028). Procalcitonin dan CRP memperlihatkan diskriminasi yang baik dengan AUC 0,752 (IK 95%: 0,639–0,866) serta kalibrasi yang kuat (p=0,692).Kesimpulan. Procalcitoninserum berhubungan dengan DN pada LLA anak yang meningkat hubungannya dengan mengikutsertakan CRP
Kadar Procalcitonin pada Anak dengan Demam Neutropenia Finia Cahayasari; Lelani Reniarti; Alex Chairulfatah
Sari Pediatri Vol 14, No 2 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.293 KB) | DOI: 10.14238/sp14.2.2012.104-9

Abstract

Latar belakang.Demam neutropenia merupakan penyulit yang sering terjadi pada anak dengan penyakit keganasan sehingga menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sebagian besar demam neutropenia disebabkan oleh bakteri, sehingga perlu diberikan terapi empiris dengan antibiotik spektrum luas. Pemberian antibiotik bukan tidak berbahaya, karena itu diperlukan penanda bahwa demam yang terjadi disebabkan oleh bakteri. Procalcitonin(PCT) merupakan penanda terjadinya respons inflamasi tubuh yang disebabkan oleh bakteri. Tujuan.Untuk mengetahui nilai diagnostik PCT sebagai penanda infeksi bakteri pada anak keganasan dengan demam neutropenia. Metode.Penelitian potong lintang dilakukan sejak bulan Januari sampai Agustus 2011 di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, pada 49 pasien usia 1−13 tahun dengan demam neutropenia pada berbagai kasus keganasan. Sediaan darah untuk pemeriksaan biakan dan kadar PCT dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit atau pertama kali demam dan hari ke-5 untuk pemeriksaan PCT kedua. Penelitian kami telah disetujui oleh Komite Etik RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. Analisis statistik menggunakanchi-square,Mann Whitney, uji t, dan korelasirankSpearman.Hasil.Dari 49 subjek penelitian ditemukan 18 (37%) dengan hasil biakan bakteri positif dan 31 (69%) tidak ditemukan bakteri. Pada pasien dengan hasil biakan bakteri positif ditemukan perbedaan bermakna dibanding dengan hasil biakan negatif dalam jumlah leukosit (p=0,020), absolute neutrophyl count(ANC)(p=0,020), dan kadar PCT (p=0,021) pada pemeriksaan awal. Demikian pula pemeriksaan pada hari ke-5 terdapat perbedaan bermakna dalam jumlah leukosit (p=0,003), ANC (p=0,002), dan kadar PCT (p<0,001). Pada kelompok biakan darah positif jumlah leukosit, ANC, dan kadar PCT pada pemeriksaan awal dibandingkan dengan pemeriksaan hari ke-5 tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Terdapat korelasi negatif antara PCT dan ANC (rs-0,598; p=0,001). Kadar PCT >0,84 ng/mL memiliki sensitivitas 77,8%; spesifisitas 87,1%; dan akurasi 83,7% dalam mendeteksi kemungkinan infeksi bakteri pada pasien demam neutropenia.Kesimpulan.Procalcitoninmempunyai nilai diagnostik yang baik untuk memprediksi bakteremia pada demam neutropenia.