Arthur E. Mongan
Universitas Sam Ratulangi

Published : 22 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Gambaran protein urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tangkin, Cecillia P.; Mongan, Arthur E.; Wowor, Mayer F.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14683

Abstract

Abstract: Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium Tuberculosis that can affect almost any organ, especially lungs. Anti-tuberculosis drugs, such as rifampicin and streptomicin, are nephrotoxic or destructive to kidney cells. One of the markers of kidney function deficiency is increase protein excretion in urine or proteinuria. Proteinuria is one of the markers of decreased kidney function. This study was aimed to obtain the description of protein urine on pulmonary tuberculosis patients at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was an observational descriptive study on pulmonary tuberculosis patients conducted at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. Samples were obtained by using random urine specimen that met the predefined criteria. Most of the tesults of protein urinalysis of 30 patients were negative for protein. Some of the patients with positive results (proteinuria) had risk factors for comorbid disease that can intervened the protein urinalysis result. Conclusion: Protein urinalysis of 30 patients showed negative results in either in-patient or out-patient of pulmonary tuberculosis patients.Keywords: pulmonary tuberculosis, urinalysis, proteinuria. Abstrak: Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Obat anti-tuberkulosis (OAT), seperti rifampisin dan streptomisin, dapat bersifat nefrotoksik atau destruktif terhadap sel-sel pada ginjal. Salah satu penanda adanya perburukan fungsi ginjal adalah ditemukan peningkatan ekskresi protein pada urin atau disebut proteniuria. Proteinuria merupakan penanda adanya perburukan fungsi ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran protein urin pada pasien tuberkulosis dewasa di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional pada pasien tuberkulosis paru dewasa yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Sampel penelitian ialah sampel urin sewaktu dari semua pasien tuberkulosis paru yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Berdasarkan urinalisis protein urin pada 30 pasien tuberkulosis paru, sebagian besar sampel menunjukkan hasil protein urin negatif. Beberapa pasien dengan hasil protein urin positif atau proteinuria memiliki faktor resiko penyakit penyerta yang dapat mengintervensi hasil urinalisis protein. Simpulan: dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil urinalisis protein pada 30 pasien tuberkulosis paru menunjukkan hasil protein urin negatif baik pada pasien rawat inap maupun rawat jalan. Kata kunci: tuberkulosis paru, urinalisis, proteinuria.
Gambaran Keton Urin pada Primigravida Trimester 1 dengan Hiperemesis Gravidarum di RS Islam Sitti Maryam Manado Karmila, Nunung; Mongan, Arthur E.; Rambert, Glady I.
e-Biomedik Vol 7, No 1 (2019): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v7i1.22622

Abstract

Abstract: Hyperemesis gravidarum could cause weight loss of more than 5%, dehydration, and electrolyte loss. In this condition the body will metabolize fat, therefore, there is an increase in ketone level in the blood (ketosis) which can deplete the body's base reserve and cause acidosis as well as ketones in the urine (ketonuria). In some cases it can cause fetal death or even the mother. This study was aimed to obtain the description of urinary ketone in primigravids in first trimester with hyperemesis gravidarum in Manado. This was an observational descriptive study with a cross sectional design. Urine samples were taken by using non-probability sampling with consecutive sampling. The results showed 10 primigravids in first trimester with hyperemesis treated at Sitti Maryam Islamic Hospital Manado during November-December 2018. Based on the laboratory tests performed on all subjects, there were 3 primigravids (30%) who had ketonuria. Conclusion: Some primigravids in first trimester with hyperemesis gravidarum had ketonuria.Keywords: primigravids, first trimester, hyperemesis, ketonuria Abstrak: Pada hiperemesis gravidarum dapat terjadi penurunan berat badan hingga lebih dari 5%, dehidrasi, dan kehilangan elektrolit. Pada keadaan ini tubuh akan memetabolisme lemak sehingga terjadi peningkatan kadar keton dalam darah (ketosis) yang dapat menghabiskan cadangan basa tubuh dan menyebabkan asidosis serta terdapatnya keton dalam urin (ketonuria). Pada beberapa kasus dapat terjadi kematian janin maupun ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keton urin pada primigravida trimester I dengan hiperemesis gravidarum di Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Sampel urin diambil dengan cara non-probability sampling jenis consecutive sampling. Hasil penelitian mendapatkan subyek penelitian yang terdiri dari 10 primigravida trimester 1 dengan hiperemesis yang dirawat di RS Islam Sitti Maryam Manado selama bulan November-Desember 2018. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dari 10 subyek (100%) terdapat 3 primigravida (30%) yang mengalami keton-uria. Simpulan: Sebagian primigravida trimester I dengan hiperemesis gravidarum mengalami ketonuria.Kata kunci: primigravida, trimester 1, hiperemesis, ketonuria
PERBANDINGAN NILAI AGREGASI TROMBOSIT PADA PASIEN HIPERTENSI YANG DIBERI ASPIRIN DAN TIDAK DIBERI ASPIRIN DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Ick, Beatrix Lusiana; Mongan, Arthur E.; Memah, Maya
e-Biomedik Vol 2, No 2 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i2.5079

Abstract

Abstract: Thrombocyte hyperaggregation occurs in hypertensive patients. Thrombocyte accumulates and thrombi formation caused by hyperaggregation are important factors in pathogenesis of cardiovaskular and cerebrovascular disease. Around 50 million people consume aspirin everyday to treat or to prevent cardiovascular or cerebrovascular disease. The use of aspirin known can increase bleeding risk especially when trauma occurs or intraoperative, but inhypertensive patients50 or over 50 years old, the benefit of aspirin can be greater then the bleeding risk it carries. Method: This study used comparative study, which compared thrombocyte aggregation value in hypertensive patients with aspirin and without aspirin. The tools that used for thrombocyte aggregation examination is an aggregometer and the data analysis is done by using SPSS software. Result: The difference value of thrombocyte aggregation in hypertensive patients with aspirin and without aspirin used T 2 independent samples test gave significant for ADP 10 µM and 5 µM(p <0.05), respectively 0.001 and 0.01. Conclusion: There is a difference between thrombocyte aggregation value in hypertensive patients with aspirin and without aspirin. Mean value ofthrombocyte aggregation in hypertensive patients with aspirin is lower than hypertensive patients without aspirin. Keywords: thrombocyte aggregation value, hypertensive patients, aspirin.     Abstrak: Pada pasien hipertensi terjadi hiperagregasi trombosit.Penumpukan trombosit dan pembentukan trombus akibat hiperagregasi merupakan faktor penting dalam patogenesis penyakit kardiovaskular maupun serebrovaskular.Sekitar 50 juta orang minum aspirin setiap hari untuk mengobati atau mencegah penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular.Penggunaan aspirin diketahui meningkatkan risiko perdarahan terutama saat terjadi trauma ataupun dalam prosedur pembedahan.Akan tetapi pada pasien hipertensi yang berusia 50 tahun atau lebih manfaat aspirin diperkirakan lebih besar dari pada risiko perdarahan yang mungkin terjadi. Metode: Penelitian ini menggunakan uji komparatif, yaitu dengan membandingkan nilai agregasi trombosit  pada pasien hipertensi yang diberi aspirin dan yang tidak diberi aspirin. Alat pemeriksaan agregasi trombosit menggunakan agregometer dan analisis data menggunakan program SPSS. Hasil: Perbedaan nilai agregasi trombosit pada pasien hipertensi yang diberi aspirin dan yang tidak diberi aspirin ditunjukan dengan nilai siginikasi untuk ADP 10 µM dan ADP 5 µM (p <0,05) yaitu masing-masing 0,001 dan 0,01. Simpulan: Ada perbedaan antara nilai agregasi trombosit pada pasien hipertensi yang diberi aspirin dan tidak diberi aspirin. Nilai rata-rata agregasi trombosit pada pasien hipertensi yang diberi aspirin lebih rendah dibandingkan nilai rata-rata agregasi trombosit pada pasien hipertensi yang tidak diberi aspirin. Kata Kunci: Nilai agregasi trombosit, pasien hipertensi, aspirin.
Gambaran leukosit urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Pasuhuk, Pingkan C.; Mongan, Arthur E.; Wowor, Mayer
eBiomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.2.2016.14766

Abstract

Abstract: Tuberculosis (TB) is an infectious diseases caused by Mycobacterium Tuberculosis. Consuming the anti-tuberculosis medicine such as streptomycin and rifampicin will cause nephrotoxic effect. In kidney disfunction especially the glomeruli, the number of leukocytes in the urine increase. The most common urinalysis tests are chemical test and microscopic test, especially the leukocyte urine test. These tests can be used to detect the kidney disfunction and the urinary tract infection. In normal urine, the result of the dipstick test is negative, and the result of microscopic test is 0-5/HPF. This study was aimed to obtain the description of leukocyte urinalysis in pulmonary tuberculosis patients at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was an observational descriptive study conducted in October-November 2016 at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. Samples were random urine specimens that met the predefined criteria. The results showed that based on the urinalysis, of 30 patients with pulmonary tuberculosis, 27 patients had negative results and 3 patients had positive results. Conclusion: There was no relationship between urine leucocyte and pulmonary tuberculosis in adult patients.Keywords: pulmonary tuberculosis, urinalysis, urine leukocyte Abstrak: Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Obat anti-tuberkulosis seperti streptomisn dan rifampisin memiliki efek nefrotoksik. Kerusakan ginjal terutama glomerulus dapat menimbulkan peningkatan leukosit dalam urin. Metode urinalisis yang sering digunakan yaitu uji kimia/ carik-celup dan mikroskopik. Pemeriksaan leukosit urin dapat digunakan untuk mengetahui adanya gangguan pada ginjal dan infeksi saluran kemih. Pada urin normal hasil pemeriksaan dipstick negatif dan hasil pemeriksaan mikroskopik urin 0-5 leukosit/LPB. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran leukosit urin pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dan dilakukan pada bulan Oktober-November 2016 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Sampel penelitian ialah sampel urin sewaktu dari semua pasien tuberkulosis paru yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Hasil urinalisis dari 30 pasien terdiagnosis penyakit tuberkulosis paru mendapatkan 27 pasien dengan hasil negatif dan 3 pasien dengan hasil positif. Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara leukosit urin dengan tuberkulosis paru dewasa. Kata kunci: TB paru, urinalisis, leukosit urin
Gambaran kadar serum magnesium pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis di Manado Kawilarang, Medhyka S.A.; Mongan, Arthur E.; Memah, Maya
eBiomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.1.2016.10868

Abstract

Abstract: Magnesium is a metal, one of the eight most abundant element in universe. Magnesium also is a mineral that responsible for bone metabolism control, neural transmission, cardiac excitability, neuromuscular conduction, muscular contraction, vasomotor, and blood pressure. In chronic kidney disease stage 4-5, compensation mechanism become inadequate that caused a hypermagnesemia. Objectives: This study aimed to know the picture of magnesium serum in non dialysis CKD stage 5 in Manado. Material Methods: This is a descriptive study, conducted by selecting 35 blood samples in Nephrology-Hypertension Polyclinic and IRINA of Interna of Prof. Dr. R.D Kandou Hospital and Teling Adventist Hospital. Result: There are 16 samples (45.7%) experience hypomagnesemia consisted of 8 home-care patient (22.9%) and 8 hospital-care patient (22.9%), 10 samples (28.6%) are in normal range consisted of 3 home-care patient (8.6%) and 7 hospital-care patient (20.0%), and 9 samples (25.7%) are experience hypermagnesemia consisted of 6 home-care patient (17.1%) and 3 hospital-care patient (8.6%) from total non dialysis CKD stage 5 samples result from laboratory examination. Conclusion: Patient with hypomagnesemia most frekuent than patient with hypermagnesemia.Keywords: magnesium, chronic kidney disease, non dialysisAbstrak: Magnesium merupakan logam yang masuk dalam delapan elemen paling melimpah di alam semesta. Magnesium juga merupakan mineral yang bertanggung jawab dalam pengaturan metabolisme tulang, transmisi saraf, eksitabilitas jantung, konduksi neuromuskular, kontraksi muscular, vasomotor, dan tekanan darah. Pada penyakit ginjal kronik stadium 4-5 mekanisme kompensasi ginjal menjadi inadekuat sehingga dapat menghasilkan hipermagnesemia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar serum magnesium pada pasien PGK non dialisis stadium 5 di Manado. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif yang dilaksanakan dengan cara mengambil sampel darah di Poliklinik Nefrologi-Hipertensi dan IRINA bagian Penyakit Dalam RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado dan RS Advent Teling sebanyak 35 sampel. Hasil: Tercatat 16 orang yang mengalami hipomagnesemia (45,7%) diantaranya 8 orang pasien rawat jalan (22,9%) dan 8 orang pasien rawat inap (22,9%), 10 orang dalam batas nilai normal (28,6%) diantaranya 3 orang pasien rawat jalan (8,6%) dan 7 orang pasien rawat inap (20,0%), serta 9 orang mengalami hipermagnesemia (25,7%) diantaranya 6 orang pasien rawat jalan (17,1%) dan 3 orang pasien rawat inap (8,6%) dari total jumlah pasien terdiagnosis dokter PGK stadium 5 non dialisis yang didapatkan dari hasil pemeriksaan laboratorium. Simpulan: Frekuensi pasien yang mengalami hipomagnesemia lebih banyak dibandingkan pasien hipermagnesemiaKata kunci: magnesium, penyakit ginjal kronik, non dialisis
Gambaran kadar kreatinin serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis Alfonso, Astrid A.; Mongan, Arthur E.; Memah, Maya F.
eBiomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.1.2016.10862

Abstract

Abstract: Chronic kidney disease is a pathophysiology process with various etiology, causing a progressive decline on kidney function, and in general ends with kidney failure (stage 5). For the last forty years, creatinine serum had been the most common and affordable detection serum to measure kidney performance. The amount of creatinine serum is increased on non-dialysis chronic kidney disease patients. Approximately, 57% of non-dialysis chronic kidney disease patients have 7-12 mg/dL creatinine level. Research objective: To understand the description of creatinine serum level on non-dialysis chronic kidney disease patients. Research method: Cross sectional descriptive, to obtain the data of creatinine serum on non-dialysis chronic kidney disease patients carried out on December 2015 – January 2016 at two hospitals, which are RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado and Rumah Sakit Advent Manado. The research sample were the blood sample from 35 people suffering a stage five non dialysis chronic kidney disease, which determined by consecutive sampling from non-probability sampling model. Result: Based on the laboratory result, the 35 patients diagnosed with a stage five non dialysis chronic kidney disease are undergoing an increase on creatinine serum (100%). Conclusion: Based on the research result, it can be concluded that the increase of creatinine level is occurred on stage five non dialysis chronic kidney disease patients.Keywords: creatinine serum, stage five chronic kidney disease, non-dialysis.Abstrak: Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal (stadium 5). Selama 40 tahun terakhir, kreatinin serum telah menjadi petanda serum paling umum dan murah untuk mengetahui fungsi ginjal. Kadar kreatinin serum meningkat pada pasien gagal ginjal non dialisis. Sekitar 57% dari pasien gagal ginjal non dialisis memiliki kadar kreatinin 7-12 mg/dL. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui gambaran kadar kreatinin serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis. Metode Penelitan: deskriptif cross sectional, untuk mendapatkan data tentang kadar kreatinin serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis yang dilakukan sejak Desember 2015-Januari 2016 di dua rumah sakit yaitu RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan Rumah Sakit Advent Manado. Sampel penelitian adalah sampel darah dari 35 orang yang menderita penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis ditentukan dengan cara non-probability sampling jenis consecutive sampling. Hasil: Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan, terdapat 35 pasien yang terdiagnosis penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis mengalami peningkatan kadar kreatinin serum (100%). Simpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kadar kreatinin serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis.Kata kunci: kreatinin serum, penyakit ginjal kronik stadium 5, non dialysis
Gambaran Kadar Glukosa Urin pada Primigravida dengan Orang Tua Penyandang Diabetes Melitus di Kota Manado Welliangan, Monica; Wowor, Mayer F.; Mongan, Arthur E.
e-Biomedik Vol 7, No 1 (2019): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v7i1.22621

Abstract

Abstract: Glycosuria is a condition characterized by an excess of sugar in the urine. Diabetes mellitus (DM) is one of the causes of glycosuria. Mortality risks of pregnant women and their babies increase in diabetes during pregnancy. Gestational diabetes mellitus (GDM) is DM diagnosed in 2nd and 3rd trimesters of pregmancy in women without DM before pregnancy. The probability of GDM among women with family history of DM is 3.46 times higher than those without family history. This study was aimed to evaluate the urine glucose level among primigravids who had diabetic parents in Manado. This was a descriptive observational study with a cross sectional design. Urine samples were obtained by using non-probability sampling with consecutive sampling adjusted to the criteria and time. The results showed that glycosuria (urin sugar level ≥50mg/dL) was found in three subjects (10%), most in age group of 20-35 years old and in 1st trimester. Conclusion: Some of the primigravids in this study had glycosuria.Keywords: DM, glycosuria, DM family history Abstrak: Glukosuria adalah kondisi dimana glukosa ditemukan dalam urin. Salah satu penyebab glukosuria ialah diabetes melitus (DM). Risiko kematian ibu dan bayi meningkat pada DM dalam kehamilan. Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah DM yang terdiagnosis pada trimester dua atau tiga kehamilan yang bukan DM sebelum kehamilan. Peluang DMG pada wanita dengan riwayat DM dalam keluarga sebesar 3,46 lebih besar daripada wanita tanpa riwayat keluaarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa urin pada primigravida dengan orang tua penyandang DM di Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Penelitian ini menggunakan non-probability sampling jenis consecutive sampling untuk mendapatkan urin dari semua subyek penelitian sesuai dengan kriteria dan waktu yang ditentukan. Hasil penelitian mendapatkan glukosuria (kadar glukosa urin ≥50mg/dL) pada 3 subyek (10%) dengan karakteristik cenderung pada kelompok usia 20-35 tahun dan pada trimester satu. Simpulan: Sebagian primigravida dengan orang tua penyandang DM memiliki glukosuria.Kata kunci: DM, glukosuria, riwayat DM pada orang tua
Gambaran kadar kalium serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis di Manado Sandala, Gabriela A.; Mongan, Arthur E.; Memah, Maya F.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.12142

Abstract

Abstract: Potassium is the main intracellular ion in the body and plays a key role in maintaining cell function. Total body potassium distributed 98% in intracellular and 2% in extracellular fluid. A slight change in the distribution of these can cause hypokalemia or hyperkalemia. A healthy kidney has great capacity to maintain potassium homeostasis in the cace of excess potassium. The kidney is primarily responsible for maintaining total body potassium content by matching potassium intake with potassium excretion. This study aimed to obtain the profile of potassium serum in non dialysis CKD stage 5 patients in Manado. This was an obsevartional descriptive study. There were 35 blood samples obtained from patients in Nephrology-Hypertension Polyclinic and IRINA of Prof. Dr. R.D Kandou Hospital and Teling Adventist Hospital. There were 11 samples (31,4%) with hypokalemia consisted of 6 home-care patients (35.3%) and 5 hospital-care patients (27.8%), 15 samples (42.9%) were in normal range consisted of 8 home-care patients (47.1%) and 7 hospital-care patients (38.9%), and 9 samples (25.7%) with hyperkalemia consisted of 3 home-care patients (17.6%) and 6 hospital-care patients (33,3%) from total non-dialysis CKD stage 5 samples resulted from laboratory examination. Conclusion: In non dialysis CKD stage 5 patients in Manado, normokalemia was the most common found than hypokalemia and hyperkalemia. Keywords: potassium, chronic kidney disease stage 5, non dialysis. Abstrak: Kalium adalah ion intraseluler utama dalam tubuh dan berperan penting dalam menjaga fungsi sel. Kalium tubuh total terdistribusi 98% intrasel dan 2% ekstrasel. Sedikit saja terjadi perubahan dalam distribusi ini dapat menyebabkan hipokalemia atau hiperkalemia. Ginjal yang sehat memiliki kapasitas yang besar untuk mempertahankan homeostasis kalium dalam menghadapi kalium yang berlebih. Ginjal bertanggung jawab dalam menjaga kadar kalium tubuh total dengan mencocokkan asupan kalium dan ekskresi kalium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar kalium serum pada pasien PGK non dialisis stadium 5 di Manado. Jenis penelitian ini deskriptif obsevasional. Sampel darah diambil dari pasien di Poliklinik Nefrologi-Hipertensi dan IRINA Bagian Penyakit Dalam RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado dan RS Advent Teling sebanyak 35 sampel. Hasil: penelitian mendapatkan 11 orang yang mengalami hipokalemia (31,4%) diantaranya 6 orang pasien rawat jalan (35,3%) dan 5 orang pasien rawat inap (27,8%); 15 orang dalam batas nilai normal (42,9%) diantaranya 8 orang pasien rawat jalan (47,1%) dan 7 orang pasien rawat inap (38,9%); serta 9 orang mengalami hiperkalemia (25,7%) diantaranya 3 orang pasien rawat jalan (17,6%) dan 6 orang pasien rawat inap (33,3%) dari jumlah total pasien terdiagnosis dokter PGK stadium 5 non dialisis yang didapatkan dari hasil pemeriksaan laboratorium. Simpulan: Pada pasien PGK non-dialisis stadium 5 di Manado, normokalemia yang paling sering ditemukan dibandingkan hiper dan hipokalemia.Kata kunci: kalium serum, penyakit ginjal kronik stadium 5, non dialisis
PERBANDINGAN JUMLAH TROMBOSIT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG MENGGUNAKAN ASPIRIN DAN TIDAK MENGGUNAKAN ASPIRIN Palimbunga, Dwi P.; Pandelaki, Karel; Mongan, Arthur E.; Manoppo, Firginia
eBiomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.1.1.2013.1618

Abstract

Abstract: Patients with type-2 diabetes mellitus are characterized by an acceleration thrombopoiesis, an increased platelet turnover and a decreased platelet survival time which affect platelet count, that cause the increasing of proportion of large and reactive platelets, and hence more thrombogenic. People with diabetes have a two- to fourfold increase in the risk of dying from the complications of cardiovascular disease. Aspirin therapy is recommended for the primary and secondary prevention of cardiovascular events in most people with diabetes. This study was an descriptive analytic method with cross sectional study design. The subjects in this study involve 112 people, 56 people treated with aspirin, and the 56 others were not who signed in endocrine metabolic department of RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado. Data were taken from medical record. The Mann-Whitney test showed that there was no significant difference between the platelet count in patients with type-2 diabetes mellitus treated with aspirin and patients who were not. Conclusion: There was no significant difference between the platelet count in patients with type-2 diabetes mellitustreated with aspirin and patients who were not. Key word:Aspirin, Type-2 Diabetes Mellitus, Platelet Count  Abstrak: Pada pasien diabetes melitus tipe-2 terjadi percepatan trombopoiesis, peningkatan pergantian trombosit dan penurunan waktu hidup trombosit yang mempengaruhi jumlah trombosit, yang menyebabkan terjadinya peningkatan ukuran trombosit yang lebih besar dan reaktif, sehingga bersifat trombogenik. Risiko kematian karena komplikasi penyakit jantung meningkat dua sampai empat kali lipat. Aspirin digunakan sebagai pencegahan primer dan sekunder terhadap kejadian kardiovaskular pada pasien diabetes. Tujuan penelitian ini untuk melihat perbedaan jumlah trombosit pada pasien diabetes melitus tipe-2 yang menggunakan aspirin dan tidak menggunakan aspirin. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancang penelitian cross sectional. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 112 orang, 56 orang yang menggunakan aspirin dan 56 orang lainnya tidak menggunakan aspirin yang terdaftar di Poliklinik Endokrin Metabolik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Data diambil dari catatan rekam medik. Hasil penelitian menggunakan uji Mann-Whitney,menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah trombosit pada pasien diabetes melitus tipe-2 yang menggunakan aspirin dan tidak menggunakan aspirin (p=0,059). Simpulan: Tidak terdapat perbedaan signifikan antara jumlah trombosit pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang menggunakan aspirin dan tidak menggunakan aspirin. Kata Kunci: Aspirin, Diabetes Melitus Tipe-2, Jumlah Trombosit
Gambaran pH urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou manado Tuah, Satrio Z.; Mongan, Arthur E.; Wowor, Mayer F.
eBiomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.2.2016.14649

Abstract

Abstract: Tuberculosis (TB) is a chronic contagious infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis with several clinical manifestations and treatment with nephrotoxic drug regimen. This situation affects the kidney function to maintain acid-base balance of the body through urine excretion. This study aim to describe urine pH in adult tuberculosis patients in Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was an observational descriptive study with samples taken by non-probability sampling, consecutive sampling types to get the urine of all tuberculosis adult patients with specified period and criteria. From 30 adult patients with pulmonary tuberculosis are inpatient and outpatient, showed the average pH of the urine in patients with pulmonary tuberculosis without comorbidities was 6.2 and in pulmonary tuberculosis patients with comorbidities was 6.4. Conclusion: The urine pH in adult pulmonary tuberculosis in RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado with or without comorbidities are normal.Keywords: urine pH, urinalysis, tuberculosis. Abstrak: Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronik menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan beragam manifestasi klinis dan pengobatan yang menggunakan resimen obat nefrotoksik. Keadaan ini mempengaruhi ginjal dalam fungsinya untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh melalui ekskresi urin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pH urin pada pasien tuberkulosis dewasa di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dan sampel diambil dengan cara non-probability sampling jenis consecutive sampling untuk mendapatkan urin dari semua pasien tuberkulosis dewasa dalam kurun waktu dan kriteria yang ditentukan. Dari 30 pasien tuberkulosis paru dewasa rawat inap dan rawat jalan, menunjukkan rerata pH urin pada pasien tuberkulosis paru tanpa penyakit penyerta adalah 6,2 dan pada pasien tuberkulosis paru dengan penyakit penyerta adalah 6,4. Simpulan: Gambaran pH urin pada penyakit tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dengan atau tanpa penyakit penyerta adalah normal. Kata kunci: pH urin, urinalisis, tuberkulosis