Maya Moningka
Unknown Affiliation

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

ANALISIS KAPASITAS VITAL PARU PADA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK SEBELUM DAN SETELAH MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK Bakara, Pieters MT; Moningka, Maya; LIntong, Fransisca
JKK (Jurnal Kedokteran Klinik) Vol 1, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN KLINIK
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Everyone, smokers and non smokers will eventually do physical activity. Physical activity and smoking are factors that affect vital capacity other than age, gender, history of disease, and nutritional status. Lung vital capacity is reserved inspiration volume added by tidal volume and reserved expiration volume, in this case the amount of maximum air volume that can be expelled from someone’s lung after being maximally filled and then expelling at maximum level (±4600 mL). The purpose of this study is to analyze lung vital capacity on smoker and non smoker before and after physical activity. This research design is a analytic observational research with pre-post test, done on November 2016. Research sample is 20 adult man smoker and 20 adult man non smoker at Faculty of Medicine of Sam Ratulangi University. Data is obtained by running lung vital capacity test on smoker and non smoker after physical activity, and data is analyzed with Independent T Test. In this research, it is obtained that the comparison between lung vital capacity of smoker and non smoker before physical activity using Independent T Test is p = 0,274 (p > 0,05), and after physical activity p = 0,000 (p > 0,05). Conclusion: there is no significant difference between lung vital capacity between smoker and non smoker before physical activity, but there is a difference between lung vital capacity between smoker and non smoker after physical activity. Keywords: Smoker, Lung Vital Capacity, Physical Activity   Abstrak: Setiap orang baik perokok maupun yang tidak merokok akan melakukan aktivitas fisik. Aktifitas fisik dan merokok merupakan faktor yang mempengaruhi kapasitas vital paru selain usia, jenis kelamin, riwayat penyakit, dan status gizi. Kapasitas vital paru adalah volume cadangan inspirasi ditambah dengan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi yang dalam hal ini merupakan jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya (±4600 mL). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kapasitas vital paru pada perokok dan bukan perokok sebelum dan setelah melakukan aktivitas fisik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain penelitian pre-post test design yang dilakukan pada bulan November 2016. Sampel penelitian adalah 20 pria dewasa yang perokok dan 20 pria dewasa yang bukan perokok di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Data penelitian didapatkan melalui pengukuran kapasitas vital paru pada perokok dan bukan perokok sebelum dan setelah melakukan aktivitas fisik, kemudian dianalisis menggunakan Independent T Test. Pada penelitian ini didapatkan hasil dari perbandingan kapasitas vital paru pada perokok dan bukan perokok sebelum melakukan aktivitas fisik dengan menggunakan uji T Independent didapatkan nilai p = 0,274 (p > 0,05), sedangkan setelah melakukan aktivitas fisik didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan kapasitas vital paru pada perokok dan bukan perokok sebelum aktivitas fisik, tetapi terdapat perbedaan kapasitas vital paru pada perokok dan bukan perokok setelah aktivitas fisik Kata Kunci: Perokok, Kapasitas Vital Paru, Aktivitas Fisik
HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 BINSUS MANADO Tanos, Carenia Morenza; Moningka, Maya; Rumampuk, Jimmy F
JKK (Jurnal Kedokteran Klinik) Vol 1, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN KLINIK
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Long jump is one of a jumping method in athletics. Long jump is a form of jumping, hovering, and landing as far as possible. Long jump squat stlyle is a form of long jump with both legs squat, knees bent, and hands on the front when in air. Long jump achievement depends on physical and psychological factors. One of the physical factors is leg length. Basically, a person with long legs will achieve further distance leaps than a person with short legs, because a person with long legs can do better leg swings when landing. This analytical study uses cross sectional study method. The population taken are all of the 10th grade students of SMAN 9 Binsus Manado with 40 samples which chosen by simple random sampling technique. The data obtained from the measurements of leg length and distance leaps of long jump squat style. From 40 samples, the leg length average is 88.8 cm, with standard deviation value of 3.83588 cm, minimum value of 80.7 cm, and maximum value of  96 cm while the distance leaps average is 3.3643 m, with standard deviation value of  0.61887 m, minimum value of 2.45 m, and maximum value of  5.72 m. Conclusion: This study shows that there is a significant correlation between leg length and distance leaps of long jump squat style with the Spearman correlation coefficient analysis results of  r = 0.541 and the direction of a positive correlation. Keywords: Leg Length, Long Jump Squat Style.   Abstrak: Lompat jauh  merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik.  Lompat jauh merupakan suatu  bentuk gerakan melompat, melayang dan mendarat sejauh-jauhnya. Lompat jauh gaya jongkok adalah lompat jauh dengan sikap badan di udara kedua tungkai jongkok, kedua lutut ditekuk dan kedua tangan didepan. Prestasi lompat jauh  dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis. Contoh dari  faktor fisik adalah panjang tungkai. Pada dasarnya seseorang dengan tungkai yang panjang akan mencapai jarak lompatan yang lebih jauh dibandingkan dengan orang dengan tungkai yang pendek, karena tungkai yang panjang dapat melakukan ayunan kaki yang lebih baik pada saat mendarat. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan metode studi potong lintang (cross sectional study). Populasi yang diambil adalah seluruh siswa kelas X IPA SMA Negeri 9 Binsus Manado dengan jumlah sampel 40 orang  yang diambil dengan teknik simple random sampling. Data diperoleh dari hasil pengukuran  panjang tungkai dan jauh lompatan dari lompat jauh gaya jongkok. Dari 40 sampel, diperoleh panjang tungkai dengan rata-rata 88.8 cm, standar deviasi 3.83588 cm, nilai minimum 80.7 cm, dan maksimum 96cm sedangkan jauh lompatan diperoleh nilai rata-rata 3.3643 m, standar deviasi 0.61887 m, nilai minimum 2.45 m, dan maksimum 5.72m. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan kemampuan lompat jauh gaya jongkok dengan nilai analisis koefisien korelasi Spearman diperoleh nilai r = 0.541 dengan arah korelasi positif. Kata kunci: Panjang Tungkai, Lompat Jauh Gaya Jongkok.
Hubungan antara viskositas darah dengan hematokrit pada penderita anemia dan orang normal Agawemu, Christine S.; Rumampuk, Jimmy; Moningka, Maya
eBiomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.1.2016.12485

Abstract

Abstract: Hematocrit is used to determine the number of red cell mass. Besides that, hematocrit level is used to determine blood viscosity. Inphysics, blood viscosity is expressed as fluid flow resistance which is the friction among the molecules of the liquid. This study aimed to determine the relationship between the viscosity of blood and hematocrit in patients with anemia and in normal people. This was an analytical study with a cross sectional design. Tis study was conducted at the Physics Laboratory Faculty of Medicine University of Sam Ratulangi Manado. Samples consisted of 5 patients with anemia and 5 normal people (without anemia). Data were analyzed by Spearman correlation coefficient by using SPSS program. The Spearman correlation coefficient test showed a p value of 0.354 for the relationship of viscosity and hematocrit in normal people, and a p value of 0.175 for the relationship of viscosity and hematocrit in patients with anemia. Conclusion: There was no significant relationship between blood viscosity and hematocrit in patients with anemia as well as in normal people. Keywords: blood viscosity, hematocrit, anemia Abstrak: Hematokrit digunakan untuk mengetahui penurunan jumlah massa eritrosit. Selain itu, kadar hematokrit juga digunakan untuk mengetahui kekentalan darah. Kekentalan darah dalam ilmu fisika dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan antara molekul-molekul cairan yang satu dengan yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara viskositas darah dengan hematokrit pada penderita anemia dan orang normal. Jenis penelitian ini analitik dengan desain potong lintang. Penelitian dilakukan di bagian Ilmu Fisika Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Sampel penelitian terdiri dari 5 penderita anemia dan 5 orang normal (tanpa anemia). Data dianalisis dengan uji koefisien korelasi Spearman menggunakan SPSS. Hasil uji koefisien korelasi Spearman mendapatkan nilai p=0,354 untuk hubungan viskositas dan hematokrit pada orang normal dan p=0,175 untuk hubungan viskositas dan hematokrit pada penderita anemia. Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara viskositas darah dan hematokrit pada penderita anemia dan pada orang normal.Kata kunci : viskositas darah, hematokrit, anemia
Perbandingan saturasi oksigen pada orang yang tinggal di pesisir pantai dan yang tinggal di daerah pegunungan Kaprawi, Taufik; Moningka, Maya; Rumampuk, Jimmy
eBiomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.1.2016.10816

Abstract

Abstract: Oxygen is a basic requirement for survival. Normal blood oxygen level is a measurement of oxygen saturation in the blood. This study aimed to determine the oxygen saturation value of people who lived in highlands and of people who lived in lowlands. This study eas conducted in two places: Girian village Bitung and Wulurmaatus village South Minahasa in October-December 2014. Sampels were 60 people: 30 people living in the highland and 30 people living in the lowland. Data were analyzed by using SPSS 20 and Mann-Whitney test. The Mann-Whitney test showed that there was a difference in oxygen saturation between the highland people and the lowland people with a p value of 0.0001 <α = 0.05. The lowland people had higher value of oxygen saturation than the highland people. Conclusion: There was a difference in oxygen saturation value between the highland people and the lowland people.Keywords: oxygen saturation, highlands, lowlandsAbstrak: Oksigen merupakan kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup. Tingkat oksigen darah normal adalah pengukuran saturasi oksigen dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai saturasi oksigen pada orang yang tinggal di dataran tinggi dan yang tinggal di dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu Kelurahan Girian Bawah Kota Bitung dan Desa Wulurmaatus Kabupaten Minahasa Selatan pada bulan Oktober-Desember 2014. Sampel penelitian berjumlah 60 orang yaitu 30 orang yang tinggal di dataran tinggi dan 30 orang yang tinggal di dataran rendah. Data dianalisis menggunakan SPSS 20 dan uji Mann-Whitney. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan saturasi oksigen antara orang yang bertempat tinggal di dataran tinggi dan orang yang bertempat tinggal di dataran rendah dengan nilai p = 0.0001 < α = 0,05. Yang tinggal di dataran rendah lebih tinggi nilai saturasi oksigennya daripada dataran tinggi. Simpulan: Terdapat perbedaan nilai saturasi oksigen pada orang yang tinggal di dataran tinggi dan yang tinggal di dataran rendah.Kata kunci: saturasi oksigen, dataran tinggi, dataran rendah
VARIASI PERBEDAAN JUMLAH DENYUT NADI PENYELAM TRADISIONALPADA SIMULASI PENYELAMAN Mandagi, Rheiner V.; Moningka, Maya
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.3752

Abstract

Abstract: Human dive response aims to conserve oxygen. Direct contact of the water on the forehead, eyes and nose is a strong stimulus for which is innervated by the trigeminal nerve stimulation causes inhibition against respiratory and vasomotor centers and the activation of cardiac vagal motoneuron. The cardiovascular response that causes a decrease in the heart rate and vasoconstriction  Facial cold receptors more strongly activated by low water temperature (10 – 150C). The specific objective of this study was to analyze differences in pulse number of healthy male traditional diver before, while, and after simulated dives. This research is an experimental study with 20 analytical samples are housed in Malalayang 2 Data were analyzed using SPSS and Test T. The results of this study found the number of pulses during a breath hold and facial immersion in cold water was significantly lower than that before doing the activity (p = 0.0001) with 17.1±10.2 difference. The number after the pulse raised face of the water was significantly higher than the current hold your breath and facial immersion in cold water (p = 0.0001), with the difference in the amount of as much as 16.6±10.8 pulse. Conclusion : there are significant difference (p = 0.0001) number of pulses in healthy male traditional divers during the interim before and after the while doing simulations hold your breath and dive with facial immersion in cold water.                                                                                                         . Keywords : Pulse, Traditional Diving    Abstrak.Respon penyelaman manusia bertujuan untuk menghemat oksigen.Kontak langsung terhadap air pada dahi, mata dan hidung merupakan stimulus kuat karena dipersarafi oleh nervus trigeminus dimana stimulasi terhadapnya menyebabkan penghambatan pernafasan dan pengaktifan pusat vasomotor dan motoneuron vagal jantung.Respon kardiovaskuler ini yang menyebabkan penurunan denyut jantung dan terjadinya vasokontriksi.Reseptor dingin wajah lebih kuat teraktivasi dengan air temperatur rendah (10-150C).Tujuan khusus penelitian ini adalah menganalisa perbedaan jumlah denyut nadi laki-laki sehat penyelam tradisional sebelum, sementara, dan sesudah simulasi penyelaman.Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik eksperimental dengan 20 sampel yang bertempat di Malalayang 2. Data dianalisis dengan menggunakanSPSS dan Uji T. Hasil penelitian ini didapatkan jumlah denyut nadi saat melakukan tahan napas dan perendaman wajah dalam air dingin secara bermakna lebih rendah dibandingkan dengan sebelum melakukan kegiatan tersebut (p=0,0001) dengan perbedaan sebanyak 17,1+10,2. Jumlah denyut nadi sesudah wajah diangkat dari dalam air bermakna lebih tinggi daripada saat tahan napas dan perendaman wajah dalam air dingin (p=0,0001), dengan perbedaan jumlah denyut nadi sebanyak 16,6+10,8. Simpulan: ada perbedaan bermakna (p=0,0001) jumlah denyut nadi pada laki-laki sehat penyelam tradisional pada saat sebelum dengan sementara dan sesudah dengan sementara melakukan simulasi penyelaman dengan tahan napas dan perendaman wajah dalam air dingin. Kata Kunci: Denyut Nadi, Penyelaman Tradisional.
PENGARUH KOMPRES PANAS TERHADAP PENURUNAN DERAJAT NYERI HAID PADA SISWI SMA DAN SMK YADIKA KOPANDAKAN II Bonde, Fitra M. P.; Moningka, Maya
eBiomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.2.1.2014.3751

Abstract

Abstract: Painful menstruation or dysmenorrhea in addition to a problem most also be a reason for the decreased activity of women during menstruation , for example, no school . Handling this problem by means of nonpharmacologic need to be developed , for example with a hot compress . The purpose of the study to determine the effect of a hot compress to decrease the degree of menstrual pain in high school and vocational Yadika Kopandakan II . This type of research is experimental design One group pre and post test . Samples were obtained based on the inclusion and exclusion criteria were 30 . The data obtained through observation sheet Bourbonais a pain scale . Data were analyzed using SPSS (Statistical Product and Service Solution Program ) and the Wilcoxon test . The p-value indicates that there is a significant association between hot compress with a decrease in the degree of menstrual pain ( p = 0.00 ) . Based on these results it can be concluded that a hot compress effect on the degree of reduction in menstrual pain in high school and vocational Yadika Kopandakan II . Keywords : Compress Heat , menstrual pain.    Abstrak: Nyeri haid atau Dismenore selain merupakan masalah terbanyak  juga menjadi alasan terjadinya penurunan aktivitas wanita saat menstruasi, misalnya tidak masuk sekolah. Penanganan masalah ini dengan cara nonfarmakologis perlu di kembangkan misalnya dengan kompres panas. Tujuan penelitian untuk mengetahui  pengaruh  kompres  panas  terhadap penurunan  derajat  nyeri  haid  pada siswi  SMA dan SMK  Yadika Kopandakan II. Jenis  penelitian  yang  digunakan  yaitu  eksperimental dengan  desain  One group pre  &  post  test. Sampel  didapatkan  berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang berjumlah 30 orang. Data diperoleh melalui lembar observasi berupa skala nyeri Bourbonais.Data dianalisis menggunakan SPSS (Statistical Program Product and Service Solution) dan Uji Wilcoxon. Nilai p menunjukkan  bahwa ada hubungan yang bermakna antara kompres panas dengan penurunan derajat nyeri haid (p=0,00). Berdasarkan  hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kompres panas berpengaruh terhadap penurunan derajat nyeri haid pada siswi SMA dan SMK Yadika Kopandakan II. Kata kunci:Kompres Panas ,Nyeri haid.
KORELASI ANTARA TEKANAN DARAH DAN INDEKS MASSA VENTRIKEL KIRI (LEFT VENTRICULAR MASS INDEX) PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Nur, Asdiana; Lintong, Fransiska; Moningka, Maya
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.6631

Abstract

Abstract: Left ventricular hypertrophy (LVH) is target organ damage of cardiac with high prevalence in patients with hypertension. Increase of left ventricular mass was caused by increase in wall thickness as compensatory mechanism to minimize wall stress in response to elevated blood pressure. Left Ventricular Mass Index (LVMI) is one of echocardiography parameters used to diagnose LVH. The purpose of this study is to know the correlation between blood pressure and LVMI in patients with hypertension. A cross sectional study was performed at Cardiac Vascular and Brain Centre/ Central General Hospital of Prof. Dr. R. D Kandou. Sample was determined with consecutive sampling. Blood pressure of subjects were measurement and LVMI were taken from medical record. Data were analyzed used SPSS 21. Fifty one subjects, including 34 subjects with adequate blood pressure control and 17 subjects with inadequate blood pressure control are enrolled with ≥60 years old and men (64.7%) mostly found in this study. Pearson Correlation Test found a positive and significant correlation between systolic blood pressure and LVMI (r=0.488;p<0.05) while Spearman Correlation Test found a positive but not significant correlation between diastolic blood pressure and LVMI (r=0.226;p>0.05). In conclusion, there is a positive correlation between blood pressure and LVMI in patients with hypertension but a significant correlation was just found between systolic blood pressure and LVMI.Keywords: hypertension, Left ventricular hypertrophy (LVH), blood pressure, echocardiography, left ventricular mass index (LVMI)Abstrak: Hipertrofi ventrikel kiri (Left Ventricular Hypertrophy= LVH) merupakan kerusakan target organ jantung dengan prevalensi yang tinggi pada penderita hipertensi. Peningkatan massa ventrikel kiri disebabkan oleh penebalan dinding ventrikel kiri sebagai mekanisme kompensasi untuk meminimalkan tegangan dinding akibat respon terhadap peningkatan tekanan darah. Indeks massa ventrikel kiri (Left Ventricular Mass Index= LVMI) merupakan salah satu parameter ekokardiografi yang digunakan dalam mendiagnosa LVH. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui korelasi antara tekanan darah dan LVMI pada penderita hipertensi. Penelitian dengan desain potong lintang dilakukan di instalasi pusat jantung dan pembuluh darah RSUP Prof Dr. R. D. Kandou. Sampel ditentukan secara consecutive sampling. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada subyek penelitian dan LVMI diperoleh dari rekam medik. Data dianalisa menggunakan SPSS 21. Sebanyak 51 subyek penelitian, termasuk 34 subyek dengan hipertensi terkontrol dan 17 subyek dengan hipertensi tidak terkontrol, terdaftar pada penelitian ini dengan usia ≥60 tahun (39,2%) dan pria (64,7%)paling banyak ditemukan.Uji Korelasi Pearson menemukan tekanan darah sistolik mempunyai korelasi positif dan signifikan dengan LVMI (r=0,488;p<0,05) sedangkan uji Korelasi Spearman menemukan korelasi yang positif namun tidak signifikan antara tekanan darah diastolik dan LVMI (r=0,226;p>0,05). kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat korelasi positif antara tekanan darah dan LVMI pada penderita hipertensi, namun hubungan yang signifikan hanya ditemukan antara tekanan darah sistolik dan LVMI.Kata Kunci : hipertensi, hipertrofi ventrikel kiri, tekanan darah, ekokardiografi, indeks massa ventrikel kiri
GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA DI TEMPAT HIBURAN MALAM DI KOTA MANADO Junianto, Hanry; Moningka, Maya
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.4082

Abstract

Abstract: Noise-induced hearing loss, hearing loss is either a part or the whole hearing, irreversible, occurs in one or both ears, can be mild, moderate or severe, occurs because of exposure to continuous noise from the environment. Noise-induced hearing loss varies among individuals. The specific objective of this study was to determine the intensity of noise in the workplace ( discotheque ), which can cause hearing loss . This research is a descriptive study using cross sectional approach. The results of this study are of hearing loss by 40 %. Ranging from mild hearing loss and hearing loss 35 % was 5 %, it can be concluded that working in an environment of high -intensity noise can affect auditory function, so in need of extension and outreach to workers in nightclubs so they know about noise-induced hearing loss. Keywords : Noise, Hearing Function, SCORE Workers nightclub in Manado, Safety work.  Abstrak: Gangguan pendengaran akibat kebisingan, adalah gangguan pendengaran baik sebagian atau seluruh pendengaran, bersifat menetap, terjadi pada satu atau dua telinga, dapat bersifat ringan, sedang atau berat, terjadi karena paparan bising yang terus-menerus dari lingkungan. Gangguan pendengaran akibat kebisingan bervariasi diantara individu. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui intensitas kebisingan pada tempat kerja (diskotik) yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan secara cross sectional. Hasil penelitian ini terdapat gangguan pendengaran sebesar 40%. Mulai dari gangguan pendengaran ringan 35% dan gangguan pendengaran sedang 5%, dapat di simpulkan bahwa bekerja di lingkungan yang berintensitas bising tinggi dapat menpengaruhi fungsi pendengaran, sehingga di butuhkan penyuluhan dan sosialisasi kepada pekerja di tempat hiburan malam agar mereka mengtahui tentang gangguan pendengaran akibat kebisingan. Kata Kunci: Bising, Fungsi Pendengaran, Pekerja hiburan malam di SCORE manado, Keselamatan kerja.
Hubungan Paparan Suhu Dingin terhadap Perubahan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Lopak, Grace N.; Lintong, Fransiska; Moningka, Maya
eBiomedik Vol 5, No 2 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.5.2.2017.18516

Abstract

Abstract: Exposure to cold temperature causes human body to maintain a fixed normal body temperature, enabling it to adapt to changes in the environment. Blood pressure is the pressure of blood pumped by the heart against the artery walls. Cold temperature of working environment might be a factor effecting blood pressure changes. This study was aimed to obtain the relationship between the exposure of cold temperature and the changes in blood pressure before and after working. This was an analytical experimental study conducted in October to November 2017 at Big Fish and Bakso Mutiara restaurants Manado. The Paired t-test on the relationship between systolic blood pressure before and after working showed a P value of 0.000, meanwhile on the relationship between diastolic blood pressure before and after working showed a P value of 0.000. Conclusion: There was a relationship between the exposure of cold temperature and the changes in blood pressure before and after workingKeywords: cold temperature, blood pressure Abstrak: Paparan suhu dingin menyebabkan tubuh manusia selalu mempertahankan suhu tubuh tetap normal sehingga dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan sekitar. Tekanan darah merupakan tekanan dari darah yang dipompa oleh jantung terhadap dinding arteri. Suhu lingkungan kerja yang dingin dapat menjadi faktor yang memengaruhi perubahan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan suhu dingin terhadap perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja. Jenis penelitian ialah analitik eksperimental yang dilakukan pada bulan Oktober – November 2017 di RM Big Fish dan RM Bakso Mutiara Manado. Berdasarkan hasil analisis dengan uji Paired t-test terhadap tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah bekerja diperoleh hasil P = 0,000 dan terhadap tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah bekerja dengan hasil P = 0,000. Simpulan: Terdapat hubungan paparan suhu dingin dan perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.Kata kunci: suhu dingin, tekanan darah
HUBUNGAN BISING DAN FUNGSI PENDENGARAN PADA TEKNISI MESIN KAPAL YANG BERSANDAR DI PELABUHAN BITUNG Lumonang, Nina P.; Moningka, Maya; Danes, Vennetia R.
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.9366

Abstract

Abstract: Noise is one of the unavoidable problems as a result of technological development. Hearing loss due to noise is called sensorineural hearing loss, which is oftenly not realized because it does not disturb daily conversation. Risk factors of hearing loss are inter alia noise intensity, length of employment, length of noise exposure in a day, and the usage of Ear Protective Equipment (EPE). This study aimed to determine the relationship between noise and hearing function among ship engine technicians in Bitung Port. This was an analytical study using a cross-sectional design. Samples consisted of 20 respondents. Noise measurement obtained noise intensities of 87 dB and 93 dB. Of 20 respondents, there were 7 exposed to over a predetermined noise. The audiometric examination showed 3 of 20 respondents (15%) with hearing loss. The bivariate analysis showed a significant relationship between hearing loss and noise intensity (p = 0.008). Conclusion: There was a significant relationship between noise and hearing function among ship engine technicians in Bitung port.Keywords: noise, ship engines technician, hearingAbstrak: Kebisingan merupakan salah satu masalah yang tidak dapat dihindari akibat kemajuan teknologi. Gangguan pendengaran akibat bising ialah tuli sensorineural, yang pada awalnya tidak disadari, karena belum mengganggu percakapan sehari-hari. Faktor resiko terjadinya tuli ialah antara lain intensitas bising, lama masa kerja, lama terpajan bising dalam sehari, ketaatan pemakaian Alat Pelindung Telinga (APT). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan adanya hubungan antara bising dan fungsi pendengaran pada teknisi mesin kapal yang bersandar di Pelabuhan Bitung. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan rancangan potong lintang. Sampel berjumlah 20 orang. Hasil pengukuran kebisingan mendapatkan intensitas bising 87 dB dan 93 dB. Dari 20 petugas hanya 7 orang yang bekerja melebihi NAB kebisingan yang telah ditetapkan. Hasil pemeriksaan dengan audiometri mendapatkan 3 orang (15%) yang menderita tuli dan 17 orang (85%) normal. Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara gangguan pendengaran dan intensitas bising (p=0,008). Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara bising dan fungsi pendengaran pada teknisi mesin kapal di pelabuhan Bitung.Kata kunci: bising, teknisi mesin kapal, fungsi pendengaran