Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Kesatuan dan Warna Pada Elemen Interior Gaya Gotik dan Arsitektur Bali Pada Gereja Katolik Roh Kudus Katedral Denpasar EKA JAYA PUTRA, WAYAN; ARTAYASA, I NYOMAN; MUGI RAHARJA, I GEDE
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 21 No 2 (2017): Pabangkara
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (612.236 KB)

Abstract

Prinsip kesatuan (unity) adalah gabungan semua elemen serta saling melengkapi dan berkesinambungan satu dengan yang lain sehingga menghasilkan komposisi yang padu dan serasi. Suatu ruangan dianggap sebagai kesatuan yang harmonis dapat dicapai dengan menerapkan gabungan dari beberapa unsur desain seperti: 1) Garis; 2) Bentuk; 3) Bidang; 4) Ruang; 5) Cahaya, dan; 6) Pola. Kesatuan elemen seperti patung dan relief menjadi bagian penting dalam arsitektur gaya gotik (Eropa) yang menekankan pada kepatuhan, kejelasan dan kejernihan dari pemikiran tentang keseimbangan, proporsi suatu susunan, kontruksi/ struktur tampak pada Gereja Katedral Denpasar. Kesatuan pada gaya arsitektur Bali dapat dilihat di Gereja pada penggunaan bahan alam (bata merah), ornamen Bali serta konsep dari Bhuwana Agung dengan Trilokanya. Warna elemen dan ornamen (ragam hias) yang diaplikasikan di Gereja Katedral Denpasar juga memiliki perbedaan misalnya pada gaya Gotik lebih banyak menggunakan warna cerah (putih, kream, emas) sedangkan gaya arsitektur Bali menggunakan warna alam (cokelat, merah tanah, abu-abu). Gereja Katedral Denpasar ini terletak di jalan Tukad Musi No 1, Denpasar. Konsep arsitekturnya berbasis pada vertikalism, susunan dan keseimbangan yang sempurna, elegan dan mewah namun tetap sesuai dengan arsitektur lokal Bali.The principle of unity is a combination of all elements and complement each other and continuous one another so as to produce a composite and harmonious composition. A room regarded as a harmonious unity can be achieved by applying a combination of several design elements such as: 1) Lines; 2) Shape; 3) Fields; 4) Space; 5) Light, and; 6) Patterns. The unity of elements such as sculptures and reliefs becomes an important part of gothic architecture (Europe) which emphasizes the obedience, clarity and clarity of the thought of balance, the proportion of an arrangement, the construction / structure seen in the Cathedral Church of Denpasar. Unity on Balinese architectural styles can be seen in the Church on the use of natural materials (red brick), Balinese ornaments and the concept of Bhuwana Agung with its Triloka. The color of the elements and ornaments applied to the Cathedral Church of Denpasar also has a difference, for example Gothic style uses more bright colors (white, kream, gold) while Balinese architectural styles use natural colors (brown, red, gray). Denpasar Cathedral Church is located on the street Tukad Musi No 1, Denpasar. The architecture concept is based on verticalism, perfect arrangement and balance, elegant and luxurious but still in accordance with the local architecture of Bali.
Konsep Dan Prinsip Focal Point Pada Desain Game D’kala Adi Putra Yasa, I Wayan; Artayasa, I Nyoman; Mugi Raharja, I Gede
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 22 No 1 (2018): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (984.334 KB)

Abstract

Game merupakan salah satu produk hasil integrasi antara seni dengan teknologi ditengah berkembangnya industri kreatif saat ini. Dibutuhkan berbagai macam disiplin ilmu untuk menciptakan sebuah game. Pemikiran yang kreatif menjadi suatu konsep dasar untuk mengembangkan sebuah game. Mulai dari merancang ide, menentukan jenis permainan, alur permainan dan visual game. Salah satu game kreatif tersebut ialah game D’Kala yang mengangkatbudayamenjadisebuahgamepuzzle.GameD’Kalahinggasaatinisudahdiunduh lebih dari 10.000 pengguna android sejak awal perilisannya. Hal ini tidak terlepas dari desain game D’Kala sebagai elemen penting untuk menarik minat pemain. Perlu dilakukan pengamatan menganai konsep desain yang digunakan pada desain game D’Kala. Begitu juga dengan fokus utama yang ditonjolkan game D’Kala dalam setiap halaman desain game menggunakan prinsip focal point. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan interpretatif dalam analisis data. Data didapat dengan melakukanwawancaradenganinforman,observasisertadidukungolehdokumenterkait.Data yang berhasil dikumpulkan, dianalisis secara desktriptif kemudian diinterpretasikan. Untuk mengetahui konsep desain pada desain game D’Kala digunakan pendekatan menggunakan teori represerentasi dan teori simulasi. Sedangkan pada focal point pada desain game D’Kala digunakan pendekatan teori desain game. Hasil penelitian menunjukan bahwa, (1) konsep desain game D’Kala yang terdiri dari desain background, karakter, user interface dan aset desainpendukungialahkonseppenyederhanaan.Halinitercermindaridesainyangdigunakan mengalami penyederhanaan dari objek yang dimaksud sesungguhnya. Diperkuat juga dari adanya proses produksi yang merupakan proses simulasi desain menggunakan teknologi digital. (2) Focal point atau pusat perhatian digunakan pada game D’Kala untuk menonjolkan budaya ogoh-ogoh kepada pemain. Mulai proses pembuatan , menggotong dan membakar ogoh-ogoh. Hal ini dilakukan melalui menonjolkan objek dengan cara yang berbeda, yaitu berupa siluet dan animasi.Game is one of the result of integration between art with technology amid the development of creativeindustrytoday.Ittakesawholerangeofdisciplinestocreateagame.Creativethinking becomes a basic concept for developing a game. Starting from designing ideas, determining gametypes,gameplaysandvisualgames.OnesuchcreativegameistheD’Kalagamethatlifts the culture into a puzzle game. Game D’Kala to date has been downloaded more than 10,000 android users since the beginning of its release. This is not apart from D’Kala game design as animportantelementtoattractplayers. It isnecessarytoobservetheconceptofdesignusedin D’Kala game design. So also with the main focus that highlighted D’Kala game in every page gamedesignusingtheprincipleoffocalpoint.Thisresearchisafieldresearchusingdescriptive qualitative and interpretative techniques in data analysis. Data obtained by conducting interviews with informants, observations and supported by related documents. Thedata collected,analyzeddescriptivelyandtheninterpreted.Toknowtheconceptofdesignongame design D’Kala used approach using the theory of represerentasi and simulation theory. While the focal point on game design D’Kala used game design theory approach. The results show that, (1) D’Kala game design concept which consists of background design, character, user interface and supporting design asset is simplification concept. This is reflected in the design used to experience the simplification of the object in question actually. Reinforced also from theproductionprocesswhichisadesignsimulationprocessusingdigitaltechnology.(2)Focal point or center of attention is used in the game D’Kala to highlight ogoh-ogoh culture to the players. Start the process of making, carrying and burning ogoh-ogoh. This is done through highlighting the object in different ways, namely in the form of silhouette and animation. 
Desain Kemasan Loloh Cemcem Angga Maha Putra, I Komang; Mugi Raharja, I Gede; Muka, I Ketut
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 22 No 2 (2018): Desember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.225 KB)

Abstract

Loloh cemcem merupakan minuman khas Desa Penglipuran yang dibuat dengan menggunakan olahan daun cemcem (spondias pinnata) yang dicampurkan dengan air kelapa, dan beberapa bahan lainnya. Kualitas yang dimiliki oleh produk loloh cemcem serta tren minuman herbal dalam menjaga kesehatan, menjadi sebuah peluang untuk meningkatkan nilai jual produk. Namun dengan kondisi tampilan kemasan loloh cemcem saat ini, masih belum mengkomunikasikan kualitas yang dimiliki oleh produk tersebut. Sehingga perlu sebuah upaya untuk menciptakan tampilan kemasan yang baru, yang memiliki tampilan yang lebih informatif, persuasif dan estetis, guna menarik minat wisatawan domestik maupun internasional terhadap produk loloh cemcem. Penciptaan bertujuan untuk menghasilkan produk dengan tampilan yang lebih baik, memiliki media promosi yang tepat sehingga berdampak pada ketertarikan konsumen. Penciptaan menggunakan metode desain sistematis yang dikemukakan oleh Christoper Jones, yaitu analisis, sintesis dan evaluasi. Metode desain sistematis tersebut kemudian dikolaborasikan dengan proses kreatif pencipta yang menghasilkan sebuah tahapan penciptaan yang terdiri dari observasi, ide, purwarupa dan perwujudan. Observasi dilaksanakan melalui pengumpulan data primer dan sekunder. Pencarian ide dilakukan dengan menggunakan pendekatan logis dan imajinatif sehingga menghasilkan konsep. Purwarupa dilaksanakan dengan membuat beberapa alternatif sketsa sampai mockup desain, sehingga bisa diwujudkan menjadi sebuah produk kongkrit yang dihasilkan dengan pertimbangan ukuran, material dan teknik produksi yang sesuai. Kemasan loloh cemcem yang memiliki tampilan baru, dirancang dengan tampilan visual yang memperhatikan aspek-aspek desain komunikasi visual, sehingga menghasilkan tampilan yang lebih estetis, mampu menarik perhatian dan menciptakan differensiasi serta menampilkan informasi yang sesuai dengan fungsi-fungsi kemasan.
POSTREALITY REPRESENTATION OF DESIGN OF THE BUILDING OF THE GOVERNMENT CENTER OF BADUNG REGENCY, BALI Mugi Raharja, I Gede
E-Journal of Cultural Studies Volume 6, Number 3, November 2013
Publisher : Cultural Studies Doctorate Program, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.933 KB)

Abstract

ABSTRACT Postreality representation of design of the Building of the Government Center of Badung Regency is interesting to explore as it is designed using the most recent simulation. This study is intended to understand the form of representation, the process of the deconstruction of representation, and the meaning of the postreality representation of design of the Building of the Government Center of Badung Regency. As part of cultural studies, this study is a qualitative one. The theory of virtual space design, the theory of simulation, and the theory of deconstruction were eclectically used in the present study. The data were collected through observation, interview, and library research. The results of the study showed that the postreality representation of the design of the Building of the Government Center of Badung Regency represented the image of chronoscope, the image of the Government of Badung Regency, the appreciation of traditional architecture, hybrid of design, semiotization of design. The deconstruction process of the postreality representation of the design of the Building of the Government Center of Badung Regency represented the deconstruction of space and power. The postreality representation of design of the Building of the Government Center of Badung Regency implied the scientific and technological meaning. The meaning of the postreality representation of the Building of the Government Center of Badung Regency is implied from the integration of the computer technology and the field of fine arts and design.
MOTIF TRADISI WAYANG KHAS BALI PADA PENCIPTAAN SENI KERAMIK I Wayan Mudra; I Gede Mugi Raharja; I Wayan Sukarya
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 8, No 2 (2019): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v8i2.14813

Abstract

AbstrakPara pencipta karya keramik di Indonesia terlihat telah berusaha mengangkat muatan tradisi khas Indonesia untuk mengimbangi dominasi kuasa produk keramik image Cina yang ada di Indonesia. Wayang khas Bali adalah salah satu motif tradisi yang sering dipilih dalam menciptakan karya-karya kriya keramik ini. Penulisan atikel ini bertujuan untuk membahas penciptaan karya-karya keramik yang terinspirasi dari motif wayang khas Bali. Penelitian ini memfokuskan bahasan pada jenis-jenis karya yang diwujudkan, teknik pembentukan, teknik penerapan ornamen, tokoh-tokoh wayang khas Bali yang divisualkan dan kualitas garapan dari karya-karya tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dokumentasi, analisis data dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karya-karya yang diwujudkan pada penciptaan keramik ini jenisnya terdiri dari guci dalam berbagai variasi dan ukuran, tempat lampu, dan dalam bentuk lukisan. Teknik pembentukan karya dikerjakan dengan teknik putar dan slab, dan penerapan ornamen dikerjakan dengan teknik lukis, ukir, dan toreh. Tokoh-tokoh wayang yang dominan dipilih dalam penciptaan ini, diambil dari seri ceritera Ramayana maupun Mahabrata, misalnya tokoh Rama, Sinta, Laksmana, Anoman, Bima, dan Arjuna. Kualitas garapan karya masing-masing pencipta cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari kerapian garapan dan kerumitan bentuk ornamen. Simpulan yang dapat disampaikan bahwa karya-karya keramik hasil ciptaan ini mampu menjadi pembeda ditengah maraknya keramik bernuansa Cina di Indonesia.Kata Kunci: ornamen; wayang; penciptaan; seni; keramik.AbstractThe ceramic creators in Indonesia seems to have tried to lift the content of the typical Indonesian tradition to offset the power dominance of the Chinese image ceramic products in Indonesia. The Balinese puppets were one of the traditional motifs often chosen to creating these ceramics crafts. The article writing aims discussed the ceramic work's creation inspired by Balinese puppet motifs. This research focused on the types of works that are realized, the formation techniques, the applying ornaments techniques, the character figures that visualized and the quality of the works. The data collection method was done by observation and documentation, data analysis done with qualitative descriptive. The results showed that the ceramic works embodied consisted of jars in various variations and sizes, places of lights, and in the form of paintings. The technique forming work is done with swivel and slab techniques, and the ornaments application was done by painting, carving, and incising techniques. The dominant puppet characters chosen in this creation were taken from the Ramayana and Mahabharata stories, for example, the characters Rama, Sinta, Laksmana, Anoman, Bima, and Arjuna. The work quality of each creator was quite good. This can be seen from the neatness of the claim and the form complexity of the ornaments. The conclusions that can be conveyed were that the ceramics produced were able to make a difference in the midst of the rise of Chinese nuanced ceramics in Indonesia.Keywords: ornaments; puppet; creation; art; ceramic. 
DESAIN INTERIOR MUSEUM KAIN TENUN IKAT BALI DI DENPASAR I Dewa Ayu Sukma Indriawati; I Gede Mugi Raharja; I Kadek Dwi Noorwatha
Jurnal Vastukara Vol 1 No 2 (2021): Jurnal Vastukara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kain tenun ikat endek dan kain tenun ikat gringsing pada tahun 2015 telah ditetapkan sebagai warisan tak benda yang harus dilestarikan. Kain tenun ikat oleh masyarakat Bali banyak digunakan untuk untuk upacara besar maupun sembahyang ke Pura, seiring perkembangan zaman dan mode kain tenun juga digunakan untuk bahan pakaian sehari-hari, hal ini didukung dengan surat edaran Gubernur Bali nomor 4 tahun 2021 tentang penggunaan Kain Tradisional Bali yang membuat belakangan ini muncul produk kain bermotif seperti tenun ikat Bali yang bukan hasil kerajinan Masyarakat Bali yang mengancam keberadaan kain tenun ikat Bali. Melihat dari permasalahan tersebut perlunya upaya pelestarian kain tenun tradisional Bali dengan mendirikan museum kain tenun ikat Bali yang didesain dengan menggunakan metode pengumpulan data, metode analisis juga menggunakan metode desain serta parameter yang ideal bagi masyarakat khususnya di Denpasar. Dalam visualisasinya, desain interior Museum Kain Tenun Ikat Bali mengangkat konsep hasri wastra ning wastu memiliki arti keindahan kain pada bangunan. Konsep ini dapat menjadi solusi dari isu permasalahan museum sebagai pusat edukasi kain tenun ikat Bali yang dapat menarik minat pengunjung dengan menampilkan kemewahan hasil karya tangan kain tenun ikat perempuan Bali.
Estetika Visual Kriya Keramik Berornamen Wayang Khas Bali I Wayan Mudra; I Gede Mugi Raharja; I Wayan Sukarya
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 5, No 1 (2021): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2021
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (913.22 KB) | DOI: 10.24114/gondang.v5i1.21036

Abstract

The Balinese puppets in the traditional paintings as a cultural heritage has inspired Balinese craftsmen created ceramic works of aesthetic value. The efforts these craftsmen can be read as resistance to entry the ceramic works from outside and the production of the ceramic art in Indonesia that ignore Indonesian characters. This study aims to discuss the aesthetics of visuals ceramic works that apply Balinese puppets ornaments. The data collection method by observation and documentation. The results showed that the aesthetics of the ceramic craft products with Balinese puppets ornaments seen from unity, harmony, symmetry, balance, and contrast are quite good, although not yet optimal. Besides, the visual aesthetics of the ceramic works have not displayed good complexity, so the beauty that obtained was not optimal. The visual aesthetic assessment of this work was subjective in nature, so it was possible that there will be different judgments. The conclusion that aesthetics can be achieved by elevating the cultural traditions of the past and at the same time as a form of appreciation for that culture and become a differentiator amid the rise of Chinese ceramics in Indonesia.
Balinese Puppet Style As An Idea Of Ceramic Art Creation I Wayan Mudra; I Gede Mugi Raharja; I Nyoman Wiwana; I Wayan Sukarya
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 33 No 3 (2018): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v33i3.516

Abstract

Ceramic art products distributed in Indonesia are dominantly found as Chinese identity. This creation is aimed to create the art ceramics by Balinese style puppet ornaments. The creation method followed Gustami’s theory, namely exploration, improvisation, and embodiment. At the exploration stage, the data collection wasconducted through observation, interviews, and documentation. The design process was conducted in the improvisation stage, while the process of forming, burning, and finishing were conducted in the embodiment stage. The partners involved in this creation are UD Tri Surya Keramik and Bali Technology Center of Creative Ceramic Industry (BTIIK). The results of the creation show several works which have been created were inspired by the forms of potteries from Bali, Lombok, and Java which are marketed in Bali, namely sangku (rice bowl) and vase with various ornaments and sizes. This ceramic artwork was made using rotary technique and burned to a temperature of 1250oC. Balinese puppet style ornaments were applied using painting techniques.Produk Seni keramik yang dibuat dan dijual di Indonesia dominan ditemukan berindentitas Cina. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menciptakan produk seni keramik berornamen wayang style Bali. Metode penciptaan mengikuti teori Gustami, yaitu eksplorasi, improvisasi, dan perwujudan. Tahap eksplorasi, dilakukan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Tahap improvisasi dilakukan proses desain dan pada tahap perwujudan dilakukan proses pembentukan, pembakaran dan finishing. Mitra yang dilibatkan dalam perwujudan adalah UD Tri Surya Keramik di Desa Kapal, Badung Bali dan Balai Teknologi Industri Kreatif Keramik (BTIKK) Bali. Hasil penciptaan menunjukkan beberapa karya seni keramik tercipta terinspirasi dari bentuk-bentuk gerabah Bali, Lombok, dan Jawa yang dipasarkan di Bali, seperti sangku dan guci. Karya seni keramik ini dibuat dengan teknik putar dan dibakar sampai mencapai suhu 1250oC. Karya seni keramik yang diciptakan berbentuk sangku dan guci dengan beberapa variasi ornamen dan ukuran. Wayang style Bali menjadi ornamen karya seni keramik ini, dibuat dengan teknik lukis. 
PROSES DAUR ULANG PLASTIK SEBAGAI FURNITUR YANG MEMENUHI STANDAR ERGONOMI I Gusti Ayu Agung Ana Berliana; I Gede Mugi Raharja; I Nyoman Artayasa
Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi Vol 21, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/dk.2022.v21i2.7136

Abstract

Sampah plastik semakin menjadi permasalahan lingkungan disetiap negara termasuk Indonesia yang telah menduduki peringkat ke tiga penghasil sampah plastik di dunia. Kondisi mengkhawatirkan ini berusaha diatasi dengan regulasi oleh pemerintah dan industry kreatif yang memanfaatkan plastik sebagai furnitur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sampah plastik yang dijadikan material furnitur. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawamcara, dokumentasi, dan literatur. Analisis data dengan metode interaktif Miles dan Huberman yang datanya diinterpretasikan menggunakan teori ergonomi. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak semua jenis plastik dapat didaur ulang dan dimanfaatkan sebagai furnitur sebab setiap jenis plastik memiliki kelebihan dan kekurangannya. Proses pengolahan plastik sangat penting untuk keamanan terhadap faktor manusia yang memproduksi dan memakai. Sehingga tujuan penelitian yang untuk memudahkan desainer dalam perancangan karya furnitur dapat dipastikan aman dan nyaman digunakan.Kesimpulannya yaitu, plastik daur ulang memiliki standar untuk dijadikan sebagai furnitur yang dapat diketahui dari pemilihan jenis plastik, pengolahan atau daur ulang sampah plastik, hingga ke tahap perancangan furnitur.
KAJIAN PENATAAN NEW STRUAN SCHOOL SEBAGAI FASILITAS MEDIA TERAPI BERDASARKAN TEORI SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE Ni Wayan Sri Wahyuni; Ida Ayu Dyah Maharani; I Gede Mugi Raharja
Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi Vol 21, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/dk.2022.v21i2.6258

Abstract

Anak dengan spektrum autisma mengalami kesulitan dalam bergaul dengan anak normal lainnya, sehingga perlu penanganan secara khusus baik dalam hal pendidikan maupun lingkungan sekitarnya agar anak autis dapat berkembang dan berinteraksi dengan baik. Sekolah merupakan salah satu media yang dapat difungsikan untuk terapi anak autis. Salah satu sekolah yang terkenal di dunia yang menangani anak autis adalah New Struan School. New Struan School memiliki interior yang didesain untuk membantu terapi dan menyediakan pendidikan yang layak untuk anak autis. Melihat hal tersebut, penulis memiliki keinginan untuk mengkaji New Struan School dengan ilmu semiotika Ferdinand De Saussure. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna-makna dari penataan New Struan School di Inggris sebagai fasilitas media terapi. Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan dokumentasi secara online dan pengkajiannya menggunakan teori semiotika Ferdinand De Saussure. Hasil yang diperoleh bahwa pada New Struan School terdapat Signifier (penanda) yang dapat dilihat dari desain interior dan eksterior New Struan School yang menunjukkan bahwa New Struan School merupakan sekolah untuk anak autis. Hal ini dapat dilihat dari elemen yang ada pada bangunan baik bagian interior maupun eksteriornya. Sedangkan makna signified (petanda) dapat dilihat pada penerapan elemen interior bangunan di New Struan School membantu proses untuk terapi anak autis. Hal ini dapat dilihat pada bentuk bangunan bagian Atap menyerupai bentuk sayap camar yang menggambarkan tentang kekuatan burung camar tetap terbang walaupun terluka serta penerapan warna pada pintu ruang kelas seperti ungu muda, merah, jingga, kuning, hijau muda dan biru muda.