Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Bakso Jamur Sawit (Volvariella Volvacea) di Kabupaten Sanggau Yuni Selvianti Sari; Ahmad Mustangin; Marselus Hendro
COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 8 (2022): COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/comserva.v2i8.468

Abstract

Oil palm mushroom (Volvariella volvacea) is able to grow in empty bunches (tankos) of oil palm (Elaeis guineensis Jacq). This mushroom is commonly consumed, especially by people in Sanggau Regency, West Kalimantan. Palm mushrooms can be a variety of processed products, one of which is meatballs. The purpose of this study was to determine the financial feasibility of the oil palm mushroom (Volvariella volvacea) meatball business in Sanggau Regency and whether or not this business was feasible to run. The method stages in this research include literature study and the manufacture of oil palm mushroom meatballs, data collection through the questionnaire method, and financial feasibility analysis including BEP, R/C Ratio, IRR, ROI, and PP. The results of the respondent's assessment, as a whole, indicate that this oil palm mushroom meatball is feasible to sell with a financial analysis of the feasibility of the oil palm mushroom meatball business, with a BEP value of Rp. 5.368.00, BEP receipt of Rp. 235,294.00, BEP units are 29 units. The value of R/C ratio is 1.4, IRR is 47%, ROI is 29%, and PP is for 1 month. The conclusion from this research is that this business is feasible to run.
PELATIHAN PEMBUATAN MIE BASAH DARI TEPUNG JAMUR SAWIT Yuni Selvianti Sari; Ledy Purwandani; Iwan Rusiardy; Ahmad Mustangin; Marselus Hendro; Yulius Beni
Jurnal Abditani Vol. 6 No. 1 (2023): April
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/abditani.v6i1.234

Abstract

Pemanfaatan jamur sawit oleh masyarakat Sanggau, khususnya di Desa Sungai Mawang sebatas sebagai sayur yang dimasak secara langsung, karena jamur ini tidak tahan lama untuk disimpan dalam waktu yang lama. Untuk itu perlu dilakukan pelatihan pada masyarakat agar jamur ini dapat dijadikan sebagai bahan olahan pangan lainnya. Salah satu cara yang diterapkan pada program ini adalah pembuatan jamur sawit menjadi tepung. Tepung jamur sawit ini bisa disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama dan dapat diolah kembali menjadi olahan pangan lainnya. Berdasarkan penelitian Popang dkk (2016) tepung jamur sawit memiliki kandungan protein rata-rata 33,47%, serat kasar rata-rata 6,61%, dan karbohidrat 39,93%. Melihat kandungan gizi yang cukup baik pada tepung jamur sawit dan tingginya potensi jamur sawit yang ada di Kabupaten Sanggau, maka perlu dilakukan program ini agar masyarakat mendapatkan tambahan keterampilan dalam pengolahan jamur dari limbah sawit agar dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama dan dapat diolah kembali menjadi olahan pangan, salah satunya mie basah.  
Pengaruh Lama Pengomposan Terhadap Sifat Kimia Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Inokulum Trichoderma, Azobacter, dan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Ahmad Mustangin; Yulius Beni; Yuni Selvianti Sari; Danie Indra Yama
Jurnal Agroekoteknologi Vol 15, No 1 (2023)
Publisher : Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/jur.agroekotetek.v15i1.19717

Abstract

Oil Palm Empty Fruit Bunches (OPEFB) have only been used as organic fertilizer by placing it between plants without prior treatment, as a result, the decomposition process of OPEFB takes a long time and produces toxic ammonia. The composting process with variations in composting time and decomposer is a solution in utilizing OPEFB as compost with the best quality. The purpose of this study was to analyze the effect of composting time with Trichoderma sp, Azotobacter, and Palm Oil Mill Effluent (POME) inoculums on the quality of OPEFB compost. The study was structured using a 2-factor Randomized Block Design, which was repeated 3 times. The first factor was the variation of decomposers (Trichoderma sp, Azotobacter, POME) and the second factor is the composting time of 20 days, 40 days and 60 days. The observed parameters including temperature, pH, levels of N, P, K, C, and C/N. The data were statistically analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) then further tested with the Least Significant Differences (LSD) test with 95% confidence level if significant effect occured. The treatment gave a significant effect on the levels of N, P and K in OPEFB compost. OPEFB compost had a temperature of 27.33 – 29.33°C, the highest N content was 0.7162%, P content was 0.2222% - 0.8423%, K content was 0.3953% - 0.9043% and C 20.19% - 25.66% which is in accordance with SNI 19-7030-2004 regarding compost quality. The value of the C/N ratio of OPEFB compost products produced from the all treatment was 29.86 – 98.66 so that it did not meet the compost maturity standard of 10 – 20. The production of OPEFB compost can be done with a longer composting time than the treatment in the study, in order to increase maturity value.Keywords: Compost; Composting time; Decomposers; OPEFB
NILAI pH, KEKENTALAN, DAN ANALISIS FINANSIAL YOGURT DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA MUDA Ahmad Mustangin; Hendri Bastian; Narsih
Jurnal BETAHPA Vol. 2 No. 2 Desember (2023): JURNAL BETAHPA (Besemah Teknologi Hasil Pertanian)
Publisher : P3M Institut Teknologi Pagar Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Yogurt merupakan produk hasil fermentasi berbahan baku susu dengan Bakteri Asam Laktat (BAL) seperti Lactobacillus bulgaricus dan Streptococus thermophillus sebagai agen fermentor. Air kelapa muda mempunyai potensi yang baik sebagai bahan tambahan dalam pembuatan yogurt karena kandungan zat gizinya yang baik. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh penambahan air kelapa muda terhadap pH dan viskositas yogurt serta menghitung analisis finansial produk. Tahapan membuat yogurt diawali dengan mengukur susu UHT sebanyak 500 ml untuk setiap perlakuan, kemudian ditambahkan air kelapa muda dengan konsentrasi kontrol (0 ml),  P1 50 ml, P2 75 ml, P3 100 ml, P4 125 ml, diinokulasi 5% yogurt plain dan diinkubasi selama 9 jam. Produk yogurt yang dihasilkan dianalisa nilai pH, viskositas dan analisis finansial. Hasil penelitian menunjukan penambahan air kelapa muda memberikan penurunan nilai pH yogurt berkisar antara 4,37 – 3,87, viskositas yogurt berkisar antara 31,33 dpa.s – 9,33 dpa.s dan kelayakan finansial dengan R/C 1,59, BEP harga 15.700 dan BEP unit 1.859.
KANDUNGAN PROKSIMAT JAMUR LIAR (Volvariella volvacea) PADA TANDAN BUAH KOSONG KELAPA SAWIT (Proximate Content edible wild mushroom Volvariella volvacea On The Empty Fruit Oil Palm Fruit) Ahmad Mustangin
FoodTech: Jurnal Teknologi Pangan Vol 3, No 1 (2020): May
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jft.v3i1.38147

Abstract

The processing of oil palm fruit in the factory produces waste in the form of empty fruit bunches (EFB). During the decomposition process of EFB into organic materials, it is very easy to grow edible wild mushrooms. Sanggau Regency people call it mushroom pentol. The mushrooms is known as an excellent source of nutrition including macronutrients. This study aims to determine the proximate content of edible wild mushrooms (pentol) that grow on oil palm empty fruit bunches (Elaeis guineensis Jacq). The results showed the water content (wb) was 91.94%; ash content (db) 8.19%; total protein content (db) 47.02%; fat content (db) 17.25%; crude fiber content (db) 5.09% and carbohydrate content (db) 22.45%. So it can be concluded pentol fungus can be a good source of macronutrients.Keywords: empty fruit bunches (EFB), mushroom pentol, proximate Pengolahan buah kelapa sawit di pabrik menghasilkan limbah berupa tandan buah kosong (tankos). Selama proses dekomposisi tankos menjadi bahan organik, dengan sangat mudah tumbuh jamur liar yang edible. Masyarakat Kabupaten Sanggau biasa menyebutnya jamur pentol. Jamur dikenal sebagai sumber nutrisi yang sangat baik termasuk didalamnya makronutrien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan proksimat jamur liar edible (pentol) yang tumbuh pada tandan buah kosong kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Hasil penelitian menunjukkan kadar air (wb) 91,94%; kadar abu (db) 8,19%; kadar protein total (db) 47.02%; kadar lemak (db) 17.25%; kadar serat kasar (db) 5,09% dan kadar karbohidrat (db) 22.45%. Sehingga dapat disimpulkan jamur pentol dapat dijadikan sumber makronutrien yang baik.Kata Kunci: tankos, jamur pentol, proksimat
Pengolahan Makanan Beku Berbahan Dasar Jamur Sawit di Kelurahan Tanjung Kapuas Kabupaten Sanggau Mustangin, Ahmad; Hendro, Marselus; Sari, Yuni Selvianti; Beni, Yulius; Sari, Sethyo Vieni; Rusiardy, Iwan; Purwandani, Ledy; Fachri, Muhammad Julyan; Nurhana, Zita
Kapuas Vol. 3 No. 2 (2023): Kapuas : Jurnal Publikasi Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Politeknik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31573/jk.v3i2.578

Abstract

Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) berupa pelatihan dan penerapan teknologi Pengolahan Makanan Beku Berbahan Dasar Jamur Sawit Di Kelurahan Tanjung Kapuas, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam teknologi pengolahan makanan beku berbahan dasar jamur sawit yaitu Sosis dan Bakso kepada ibu-ibu PKK. Pelatihan dilakukan dengan metode ceramah, praktik dan demonstrasi yang disertai tanya jawab. Metode ceramah digunakan untuk menjelaskan konsep teknologi pengolahannya. Metode demonstrasi dipakai untuk menunjukkan suatu proses kerja yaitu tahap-tahap teknologi pengolahannya serta praktik langsung yang dilakukan peserta dalam pembuatan produk bakso dan Sosis. Secara keseluruhan kegiatan PPM yang dilaksanakan dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan ini dapat dilihat dari setelah mengikuti kegiatan PPM, 100% peserta menyatakan 1). produk yang dihasilkan menarik, 2). bernilai jual, 3). tertarik untuk membuat sendiri, 4). tertarik serta bersedia membuat usaha kecil dengan produk yang dihasilkan selain itu juga, kepuasan peserta setelah mengikuti kegiatan. Kata Kunci : Pengabdian Pada Masyarakat, Penerapan Teknologi Pengolahan, Jamur Sawit
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU MELALUI PELATIHAN TEPUNG TEBU TELUR MENJADI OLAHAN PANGAN Sari, Yuni Selvianti; Dody Radiansah; Ahmad Mustangin; Marselus Hendro; Sethyo Vieni Sari; Yulius Beni; Vika Yudistina
Jurnal Abditani Vol. 7 No. 2 (2024): Oktober
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/abditani.v7i2.369

Abstract

Tanaman yang cukup potensial pada sektor pertanian di Kelurahan Bunut adalah tanaman tebu telur. Masyarakat belum mengetahui bahwa tanaman tebu telur ini bisa dibuat menjadi beraneka olahan pangan yang bisa menjadi nilai tambah usaha di bidang pertanian. Tebu telur ini dapat dibuat menjadi tepung yang kemudian bisa dibuat menjadi aneka olahan pangan. Kondisi mitra saat ini adalah kurangnya pengetahuan dalam pengolahan tebu telur menjadi olahan pangan lain selain hanya dimanfaatkan sebagai sayur. Tujuan dari Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Kelurahan Bunut Kabupaten Sanggau adalah sebagai bentuk penerapan inovasi teknologi dalam pengolahan tebu telur yang lebih tahan lama dan menjadi bentuk olahan pangan lain, sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam pengolahan tebu telur, serta memberikan pelatihan dalam penggunaan alat produksi, pengemasan serta cara pemasaran produk. Metode yang dipakai dalam mencapai tujuan PKM yaitu memberikan pelatihan agar mitra memperoleh informasi, pengetahuan dan keterampilan dalam pengolahan serta pengemasan produk agar lebih menarik. Hasil yang didapat dari pengolahan tebu telur berupa tepung tebu telur yang selanjutnya dibuat menjadi produk kerupuk dan brownies. Kesimpulan dari kegiatan PKM ini masyarakat bisa menerapkan inovasi teknologi pengolahan tebu telur menjadi produk kerupuk dan brownies sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengolahan serta pengemasan produk yang lebih menarik. Kata kunci: tebu telur; kerupuk; brownies
Financial Analysis of Purple Sweet Potato Flour Production Business Marselus Hendro; Sethyo Vieni Sari; Ahmad Mustangin
IRDH International Journal of Technology, Agriculture and Natural Sciences Vol. 1 No. 3 (2024): November
Publisher : International Research & Development for Human Beings (IRDH)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Purple sweet potato flour can be used as a substitute for wheat flour in donuts, bread, brownies, noodles, cookies, muffins, and other products. Processing purple sweet potato into flour can not only extend its shelf life but also make it easier to process into a variety of food products. With its nutritional content, such as minerals, vitamins, crude fiber, anthocyanin compounds, and antioxidants, sweet potato is very suitable for staple food development. Although purple sweet potato has a lot of potential, commercially it has not been widely used as a raw material for salak seed kolak. One of the problems encountered is the lack of in-depth economic analyses on the manufacture of purple sweet potato flour and its use as a raw material for salak seed kolak. The purpose of this study was to determine the business feasibility of making purple sweet potato flour, variations in drying temperature, and the best drying method, as well as the level of panelist acceptance (sensory test) of sweet potato flour and its application to the resulting salak seed kolak. The research used an experimental design with variations in drying methods and temperatures, namely cabinet dryer with a temperature of 70 OC) and direct sun drying. The results of this study indicate that the business of making sweet potato flour can be declared feasible, seen from the R / C ratio value greater than 1, namely 1.1, and the payback period of 3.6, which is a long time to be able to return investment capital.
PENILAIAN TERHADAP PENERAPAN GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP) PADA UKM TEMPE TOMPO DI SUNGAI MAWANG KABUPATEN SANGGAU Hendro, Marselus; Mustangin, Ahmad; Rusiardy, Iwan; Sari, Sethyo Vieni; Lestari, Fatma Puji
Agricore Vol 8, No 2 (2023): Agricore Volume 8 Nomor 2
Publisher : Departemen Sosial Ekonomi Faperta Unpad dan Perhepi Komisariat Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agricore.v8i2.42032

Abstract

AbstrakPerkembangan industri makanan semakin meningkat, banyak dijumpai terdapat pencemaran pada makanan yang dikonsumsi. Penyebabnya adalah kontaminasi produk pangan atau makanan pada saat proses produksi. Good Manufacturing Practices (GMP) merupakan pedoman atau tata cara memproduksi olahan makanan yang baik, sehingga produsen pangan atau makanan dapat memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk makanan yang bermutu. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pengusaha UKM agar dapat memproduksi pangan yang aman, bermutu dan bebas dari cemaran berbahaya. Metode penelitian dilakukan dengan tahapan pengumpulan data dan observasi. Analisa data dilakukan dalam setiap tahap proses produksi, pencatatan dan penilaian, penyusunan dokumen GMP dengan membandingkan data pengamatan secara langsung dengan literatur. Berdasarkan hasil evaluasi didapati bahwa UKM Tempe Tompo termasuk kedalam Usaha Jasaboga Golongan A3 dengan ketentuan nilai minimal 74 dan maksimal 83. Namun, hasil penilaian GMP yang diperoleh adalah 68 yang berarti penerapan GMP di UKM Tempe Tompo dikategorikan masih kurang sesuai dengan pengolahan yang benar. Aspek seperti bangunan, higiene karyawan dan sanitasi masih perlu untuk diperbaiki. Penerapan sistem pengendalian hama yang baik serta mesin dan peralatan pengolahan harus dilaksanakan sesuai standar.Kata kunci: GMP, UKM, Tempe Tompo, SanggauAbstractThe development of the food industry is on the rise, and there is a lot of contamination in the food consumed. The cause is contamination of food products or food at the time of the production process. Good Manufacturing Practices (GMP) are guidelines or procedures for producing good processed foods so that food producers can meet the requirements that have been established to produce quality food products. The research aims to enhance the competence of SME entrepreneurs to produce safe, quality, and safe foods. Research methods are carried out in stages of data collection and observation. Data analysis is carried out at every stage of the production process, from recording and evaluation to the preparation of the GMP document, by comparing the observation data directly with the literature. Based on the results of the evaluation, it was found that Tempe TompoUKM is included in the A3 category with a minimum value of 74 and a maximum of 83. However, the GMP assessment result obtained is 68, which means that the application of GMP in Tempe Tompo UKM is still classified as less in accordance with the correct processing. Aspects such as building, employee hygiene, and sanitation still need to be improved. Implementation of good pest control systems as well as machinery and processing equipment must be carried out in accordance with standards.Keywords: GMP, UKM, Tempe Tompo, Sanggau
Uji Kesukaan Bakso Jamur dengan Perbedaan Persentase Jamur Sawit (Volvariella volvacea) dan Tepung Tapioka Sari, Yuni Selvianti; Mustangin, Ahmad; Hendro, Marselus
Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Program Studi Teknologi Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/jiphp.v4i2.7387

Abstract

Jamur sawit sangat berpotensi untuk diolah menjadi sumber makanan alternatif dan beragam produk yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dan memiliki umur simpan yang lebih lama. Salah satunya adalah bakso. Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji komposisi jamur sawit dan tepung tapioka yang sesuai untuk dijadikan bakso jamur sawit yang dapat diterima dan disukai oleh konsumen dan mengetahui kandungan kadar abu, protein, dan kadar serat kasar pada bakso jamur sawit. Hasil penelitian menunjukkan bakso jamur sawit yang disukai konsumen rata-rata tertinggi pada perlakuan J2T2, yaitu dengan komposisi jamur sawit 50% dan tepung tapioka 50%.Â